Jam menunjukkan pukul 05.30. Nadin segera membuka matanya dan meraba bagian samping, dia tidak ada. Nadin bangkit dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Masa tidur disana, ck! apa masih marah ya?" bingung Nadin. Ia sangat lelah bertempur dengan otaknya semalam mengerjakan tugas yang diberikan Alvano.
Segera ia melaksanakan sholat subuh, setelah selesai ia mandi. Kemudian ia berjalan menuju walk in closet. Memakai pakaian yang sedikit tertutup, tak lupa ia menyiapkan pakaian kantor Alvano dan meletakkannya diatas kasur.
Setelah dirasa cukup bersiap, ia keluar dari kamar dan menuju ruangan kerja Alvano. Saat ingin membuka pintu, ia mengerutkan keningnya. Pintunya terkunci.
"Dikunci lagi." ucap Nadin.
"Mas, ayo bangun! Sholat subuh dulu!" teriak Nadin agar didengar oleh Alvano.
Setelah itu ia pergi dari sana menuju dapur untuk membantu para pelayan memasak. Tanpa ia sadari, Alvano sudah melaksanakan sholat bertepatan dengan ia tadi. Tapi Alvano masih belum ingin membuka pintu.
Saat dirasa Nadin sudah menuruni tangga, Alvano membuka pintu dan menuju kamar untuk bersiap siap juga.
"SALAM NYONYA!!!" seru pelayan dan para bibi.
Nadin tersenyum dan mengangguk.
"Masak apa hari ini Bi?" tanya Nadin melihat para bibi sudah masak lebih dulu.
"Masakan kesukaan Ny. Sama Tn," jawabnya.
"Yaudah lanjut Bi, saya mau keatas dulu."
Nadin kembali memasuki kamar dan melihat Alvano memakai jas nya dengan arogan wajah datarnya terlihat dikaca besar itu.
Saat Alvano ingin memasang dasi, Nadin menahan nya dan ingin mengambil alih tugasnya. Namun, Alvano menepisnya dengan cepat. Nadin menghela napas dan tersenyum manis dihadapan Alvano.
Nadin menatap Alvano dan kembali menghela napas. Raut wajah Alvano sangat tidak bersahabat. Nadin duduk diatas ranjang dan menatap punggung Alvano yang membelakanginya.
Seketika ide terlintas dipikiran Nadin. "Bodoamat dikatain apa, udah suami gue juga yeekan?!" batin Nadin mendukungnya.
Nadin berdiri dari duduknya dan memeluk Alvano dari belakang. Alvano terlihat biasa saja namun juga sedikit terheran dengan tangan yang melingkar diperutnya. Saat ingin melepas pelukan itu, Nadin mempererat pelukannya seraya berkata, "Maaf ya udah buat kamu marahh." ucap Nadin.
Alvano hanya diam.
Nadin melepas pelukan nya, ia berdiri didepan Alvano kali ini dan kembali tersenyum pada Alvano.
"Yaudah kalo gitu, turun sarapan." setelah mengatakan itu Nadin turun kebawah meninggalkan Alvano sendiri dikamar.
Nadin menuruni tangga. "Berasa kayak cewek murahan gue tadi, HAHAHA ya ampun!" ucap Nadin terbahak bahak.
"Gue emang salah, maka dari itu gue harus bersikap lembut dan lebih baik lagi dan gak ngulangin kesalahan yang sama! Oke Nad?" yakin Nadin sembari duduk dikursi makan sambil menunggu Alvano turun kebawah, ia membuka ponselnya dan akhirnya terlalu keasikan sendiri.
Beberapa menit kemudian Alvano tak kunjung turun kebawah untuk sarapan bersama. Nadin terus mengotak atik ponselnya, sesekali melirik keatas tangga berharap Alvano turun untuk sarapan.
Nadin memutuskan untuk naik keatas menghampiri Alvano. Sesampainya dikamar, Alvano tidak ada. Dicari nya sekeliling tempat biasa Alvano berada tapi hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...