AN-44

2.7K 80 0
                                    

"Dad, antarkan aku kesekolah dulu" ucap Arsen melirik singkat kekaca mobil yang ada didepan kemudi.

"Tentu saja boy,"

"Sayang, apa akan ada ujian dikelasmu?" tanya Nadin melihat Arsen sedang fokus pada buku bukunya dan berusaha memahami.

"Yes, Mommy." jawabnya tersenyum menatap Nadin. Ibunya sangat perhatian, setiap hari selalu menanyakan apa kegiatan yang akan ia lalui. Dan, Alvano yang akan mempertegas nya agar ia belajar menjadi anak yang mandiri nantinya.

"Kau harus mendapat nilai terbaik Arsen," ucap Alvano yang terus menggenggam tangan Nadin, tangan satu nya digunakan untuk menyetir.

"Aku tidak janji, Dad. Tapi, aku akan belajar. Bahkan tadi malam aku sudah belajar dengan giat. Doakan aku saja Dad Mom," jelas Arsen.

"Tidak apa apa sayang. Mau itu nilai rendah atau tinggi, Mom tetap menerima nilaimu itu. Karena, bagaimana pun kamu sudah bekerja keras belajar. Mommy menghargai usahamu, tidak usah pedulikan nilainya intinya kamu sudah berusaha sayang" ucap Nadin panjang lebar membuat Alvano tersenyum hangat.

"Thankyou. I love you Mom," Arsen sangat menyayangi Mommy nya.

"I love you too Boy"

Oh sekarang Alvano merasa bersalah harus menuntut Arsen mendapat nilai terbaik dikelasnya.

"Arsen, maafkan Daddy."

"Tidak perlu minta maaf Daddy. Aku akan membawakan nilaiku yang terbaik padamu Dad," ucap Arsen menantang.

Nadin tertawa. Melihat ekspresi Arsen yang menantang, membuatnya ingat bagaimana sama nya ekspresi itu dengan Alvano.

"Sayang, Arsen sangat mirip denganmu. Tidak kusangka dia akan menuruni sifat angkuhmu," tawa Nadin mengingat wajah Alvano saat bertemu dengannya bertahun tahun lalu. Ah ya! Nadin ingat, saat mereka bertabrakan waktu itu.

"Aku juga tidak menyangka nya. Tapi, aku bangga honey," balasnya tak kalah telak.

"Wah sekarang ekspresi kalian sama. Benar benar sama, harus diabadikan" tawa Nadin berhenti saat melirik Alvano yang sedang menatapnya serius namun tersirat cinta disana.

"Apapun yang membuatmu senang, aku juga ikut senang. Apalagi kebahagiaanmu menyangkut diriku,"

"Tertawalah honey, aku menyukai suaramu saat tertawa. Apalagi saat men—" ucapan Alvano hampir terdengar Arsen yang berada dibelakangnya masih fokus menghapalkan pelajarannya. Untung saja dengan cepat Nadin meremas kencang genggaman tangannya. Walaupun tak terasa oleh Alvano, ia tetap berhenti karena tak ingin membuat Nadin menjadi murung pagi ini.

Sesampainya didepan gerbang sekolah termahal dikota ini, Arsen digandeng Daddy dan Mommy nya. Baru saja turun dari mobil, ada yang memanggil Arsen tapi putranya itu membelakangi gerbang dan menatap kedua orangtuanya untuk pamit masuk kedalam kelasnya.

"Semangat sayang! Mommy mendoakan yang terbaik untukmu, jaga dirimu jangan nakal. Tidak boleh makan sembarang, paham sayang?" ucap Nadin sedikit menunduk mengelus rambut Arsen.

Arsen mengangguk paham dan tersenyum. Beralih kearah Alvano, ia lebih seperti sama sama mempunyai selisih namun tersirat kasih sayang antara Daddy dan putranya.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang