Pukul 17.00
Sesampainya mereka dilobi, Nadin langsung memasuki mobil. Alvano yang merasa diabaikan terkekeh gemas dan menggeleng gelengkan kepalanya, lalu akhirnya memasuki mobil.
Alvano menatap Nadin sebentar, dan mulai menjalankan mobilnya. Padahal Alvano hanya iseng saja tadi, kenapa dia bertingkah seperti itu?
"Sayangg," panggil Alvano sesekali melirik Nadin.
"...." hening.
Alvano memutuskan untuk diam saja. Setelah beberapa menit lamanya perjalanan, mereka sampai ditempat tujuan.
Alvano turun sendiri tanpa memanggil Nadin ataupun membuka kan pintu untuknya. Sedangkan Nadin yang berharap lebih, merasa sedikit sakit karena perlakuan Alvano. Ya, Nadin ditinggalkan sendiri didalam mobil.
Karena tempat ini adalah Pantai, Nadin turun juga. Hm, Alvano tau tempat favorit Nadin dimana saja. Kemudian, Nadin berlari mengejar Alvano yang sudah berada dipesisir Pantai menikmati semilir angin sejuk.
Lalu, Nadin berhenti dibelakang Alvano. Menangis, ya hanya itu. Nadin takut jika ia mendekat Alvano akan marah dan mengabaikannya. Karena tidak menyadari kehadiran Nadin, Alvano membalikkan badannya dan melihat Nadin yang menangis tanpa suara. Hanya ada air mata yang jatuh saja.
Alvano langsung menghampirinya dan memeluk tubuh itu, Nadin membalas pelukannya. Dielusnya punggung Nadin agar merasa lebih tenang.
"Hm, cengeng" ejek Alvano.
"Biarin," akhirnya dia berbicara juga. Itu artinya Nadin sudah membaik tidak seperti tadi.
"Maaf," ucap Alvano tulus.
"Hm?" bingung Nadin.
"Maaf untuk semuanya," lanjutnya.
Nadin menggeleng. "Kamu gak pernah salah, malahan aku yang salah sama kamu" sanggah Nadin.
"Takdir berjalan dengan sendirinya. Gak ada yang perlu disalahin. Cukup perbaiki dan jalani ya sayang," ucap Alvano mengelus rambut Nadin.
"Kamu jangan gitu lagi, aku takut" balas Nadin mengingat kejadian tadi siang.
"Iya gak lagi," jawabnya.
Tiba tiba saja Alvano berjongkok dan menatap Nadin sebentar, lalu matanya tertuju pada perut rata Nadin.
"Cepat tumbuh sikecil," bisik Alvano. Lalu mencium perut Nadin yang terbalut dress indahnya.
Nadin tersenyum haru dan mengangkat bahu Alvano untuk berdiri. Alvano mengecup kening Nadin, sementara Nadin kembali membawa tubuh lelaki itu kedalam pelukannya.
Tak lama setelah itu, Senja datang dengan langit indahnya.
"I love you, my husband" ucap Nadin tulus.
"I love you too, my wife" balas Alvano lalu mencium bibir Nadin yang akhirnya dibalas Nadin dengan lembut.
•••
Sepasang suami istri telah berada dimansionnya sekarang. Mereka sedang berendam dikolam renang. Alvano sibuk kesana kemari dengan renangnya, sedangkan Nadin sedang asyik foto foto.
"Sayang, sini deh" panggil Nadin memegang ponselnya.
Alvano muncul dari bawah air dengan tangan yang langsung merengkuh pinggang Nadin.
"Kenapa, hm?" tanya Alvano sudah berada dihadapan Nadin.
"Aku mau foto," seru Nadin.
Alvano menggeleng tidak mau. Bukannya tidak mau, tapi ia tidak pernah mau berfoto. Karena sejak dulu ia terkenal cuek dan tak tersentuh disekolahnya, apalagi dikampus. Akhirnya terbawa terus sifatnya sampai akhirnya ia menemukan gadis kecilnya dulu.
"Ayo lah, mau ya? ya, ya?" rengek Nadin.
"Anything for you," Alvano menghela napas pasrah. Nadin tersenyum girang, jarang jarang suaminya ini mau difoto, padahal wajahnya tampan.
"Satu, dua, tiga!" hitung Nadin lalu memotretnya. Lalu melihat hasilnya sebentar.
"Udah?" ucap Alvano memastikan.
"Sekali lagi, last!" Nadin kembali menarik kepala Alvano yang hendak menjauh.
"Tu, dua, tiga!" [Nadin mencium kening Alvano]
Alvano melirik Nadin yang seenaknya nyosor. Walaupun ia juga menyukainya, tetap saja. Saat ingin melepaskannya, Nadin kembali menarik Alvano dan berkata last lagi.
"Sayang, kapan selesainya ini?" tanya Alvano dengan sabar.
"Last!" senang Nadin
"Satu, dua, tiga" Kali ini bukan Nadin.
[Alvano mencium pipi Nadin, sementara Nadin tersenyum senang]"Lagi," ucap Alvano.
"Udah," balas Nadin tertawa pelan melihat hasil foto. Alvano menatap malas, lalu akhirnya tersenyum.
"Ayo naik, udah malem loh" ucap Nadin menarik tangan Alvano.
Mereka berdua pun memasuki mansion dan menaiki tangga menuju kamar, lalu menguncinya.
Selesai mandi, Alvano sudah siap dengan pakaiannya dan juga Nadin. Tiba tiba saja Nadin merasa mual dan pusing. Lalu,
Nadin berlari menuju westafel "Hueeeek!!!" memuntahkan isi perutnya.
Alvano yang sedang fokus dengan laptopnya langsung berlari menuju westafel. Ia melihat Nadin yang bersandar di dinding dengan menutup matanya.
"Hey, kenapa sayang? Kamu mual? yang mana sakit? Kepala nya pusing ya?" Alvano melontarkan banyak pertanyaan kepada Nadin.
Nadin menggeleng pelan. "Gak kenapa napa, ini cuma maag aku kambuh," balas Nadin.
"Masa sih?? Tadi kan udah makan sayangg," ucap Alvano.
"Beneran," yakin Nadin.
"Yaudah, ayo istirahat" Alvano merengkuh pinggang Nadin dan membantu menyelimuti nya.
"Beneran, gak apa apa?" tanya Alvano sesekali mengelus kepala dan kening Nadin.
"Iya, sakitnya cuma dikit. Jadi, gak terlalu ngebebanin" jawab Nadin tersenyum.
"Hm, ayo tidur" Alvano ikut berbaring dan memeluk tubuh Nadin, sang empu pun membalas pelukan itu dengan erat seakan ia tidak akan pernah melepaskan orang yang sangat perhatian dan sekhawatir suaminya ini.
•••
Bersambung...
Jangan lupa vote dan komen yya!<3
Kependekan ya? Yaudah nanti part selanjutnya dipanjangin deh ya,,,,
Harus Extra sabar, ini ngetiknya mikir dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...