AN-47

2.5K 80 0
                                    

Sebelumnya...

Mereka sedang berkumpul diruang keluarga dimansion orangtua nya. Hanya ada Alvano, Arga, Elin, dan Arsen putra nya. Tak lupa Orangtua dan Mertuanya. Nadin tidak ikut, karena ia tertidur jadi Alvano meninggalkannya sebentar.

Besok adalah hari dimana Nadin berulang tahun dan umurnya akan bertambah. Dihari yang spesial itu, Alvano akan mengajak Nadin makan malam dan merayakannya secara romantis. Namun, sang keluarga punya rencana lain.

Mereka mulai menceritakan rencananya, mendengar itu Alvano menjadi sedikit tidak terima dan gelisah. Ia tidak ingin mencari masalah dengan Nadin, yang ia butuh sekarang hal hal indah yang romantis bersama sang istri.

Namun, akhirnya Alvano mau setelah dibujuk. Bagaimana tidak? Hanya dia yang tidak sepakat pada rencana tadi, mereka semua sepakat. Alvano pun mengangguk dan mereka mulai melancarkan aksinya BESOK.

Setelah pulang, Alvano mengantar Arsen sampai masuk kamar lalu memastikan putranya itu akan tertidur. Alvano kembali memasuki lift dan membuka pintu kamarnya, yang ia lihat adalah wajah Nadin yang terlihat begitu tenang sedang tertidur duduk diatas ranjang.

Ah sepertinya Nadin menunggu Alvano pulang sampai ketiduran. Itu membuat Alvano semakin hari semakin mencintai Nadin. Ia segera membaringkan Nadin dan ia juga ikut lalu menyelimuti tubuh mereka dengan selimut dan menarik Nadin kedalam pelukannya, terlihat Nadin semakin mengeratkan pelukannya membuat Alvano tersenyum didalam tidurnya.

"Maaf untuk besok, sayang." batin Alvano.

————————

Hari ini tepat dimana hari rencana mereka berlangsung. Setelah berbelanja dengan Nadin diminimarket, Alvano kembali kemansion dan memeluk Nadin sembari melihat pemandangan indah kota dipagi hari. Setelah bercakap cakap banyak, Nadin teringat sesuatu dan ia rasa ini adalah waktu yang tepat mengatakannya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu,"

"Apa itu, honey?"

"Aku ha—" ucapan Nadin terhenti saat ponsel Alvano berdering diatas meja.

"Lanjutkan saja ucapanmu, honey" balas Alvano sama sekali tidak melirik ponselnya. Karena ia selalu mendengarkan ucapan Nadin sampai habus dulu.

Alvano tau itu telepon dari Arga. Melihat ia sedang bermanja manja, membuat ia malas menjalankan rencana itu. Karena firasatnya tidak enak saja, tapi ia tetap menurutinya walau hanya sedikit dan terpaksa.

Ah, maaf sayang.

"Angkat teleponmu, mungkin penting."

"Ucapanmu tadi mungkin lebih penting," balas Alvano tetap diposisinya.

"Nanti saja. Angkat sana,"

Alvano pasrah, ia pun mengikuti perkataan Nadin dan berjalan pelan mengambil ponselnya.

Arga is calling...

"Al, kapan kesininya?"

"Otw."

Klik. Alvano memutuskan sambungan teleponnya. Berjalan kearah sofa memakai jas nya, dan mendekati Nadin merengkuh pinggang ramping itu lalu keluar dari kamar.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang