"YANG KAU MAKSUD, ISTRIKU?"
•••
Alvano datang bersama Arga, dan beberapa bodyguard nya. Alvano tau semua nya, ia tau jika Nadin ingin pergi kepesta ulang tahun Aksa, ia baru saja datang setelah urusan kantornya.
Tapi ia melihat semua nya, melalui mata mata nya, ia melihat Nadin dibentak Aksa. Melihat itu, dengan cepat Alvano menuju pesta itu. Alvano melihat Nadin yang menutup wajah nya karena ketakutan. Alvano menggeram marah, berani berani nya dia membentak Nadin. Sedangkan ia tidak pernah membentak Nadin.
Nadin perlahan menurunkan telapak tangannya dan menatap seseorang yang berjalan menaiki panggung.
Semua mengenalnya. Siapa yang tak kenal dengan Alvano Addison Wesley.
Aksa mengcengkram lengan Nadin dengan keras, membuat Nadin meringis. Tiba tiba Nadin menangis, ia dengan cepat menghapus jejak air matanya.
"JANGAN SENTUH GADISKU!!!" ucap Alvano dengan lantang nya.
Alvano langsung menarik Nadin dari sana dan membawa nya pulang. Namun saat itu, Nadin menghentikan langkahnya. Ia menahan pergerakan Alvano, dan beralih menatap Aksa.
"Tunggu pembalasan suami gue!" bisik Nadin dengan tatapan sinis nya. Kali ini ia akan membenci lelaki yang pernah ia sukai. Dan lihatlah, ia mengakui jika Alvano adalah suami-nya. Orang orang mungkin tidak mendengarnya, tapi Alvano mendengarnya.
"URUS DIA!" ucap Alvano pada Arga. Kemudian membawa Nadin pergi jauh dari sana.
Nadin masuk kedalam mobil, begitupun dengan Alvano. Nadin terdiam sejenak berusaha agar tidak menangis dihadapan Alvano yang sedari tadi menyetir dan sesekali menatapnya.
Tiba tiba Nadin memegang tangan Alvano dan segera memeluknya. Ia menangis sejak mengingat kejadian tadi yang masih terus terlintas dikepalanya.
Spontan Alvano sedikit terkejut. Ini pertama kali nya Nadin memeluknya dengan ikhlas. Alvano terus menyetir mobilnya menuju mansion dan beralih membalas pelukan Nadin sembari mengelus punggung nya dengan sayang.
Nadin menyembunyikan wajahnya diceruk leher Alvano, baju Alvano ikut basah karena air matanya. Ia tidak ingin berbicara, Alvano paham itu. Menangis, hanya itu.
Saat sampai digarasi mansion, Alvano melihat Nadin sudah tertidur. Pantas saja didalam perjalanan pulang, ia tidak merasakan pergerakan dari Nadin. Ternyata, ia tertidur dipelukan Alvano.
Alvano menggendong Nadin ala bridal style menuju kamar mereka. Kemudian meletakkan Nadin diatas ranjang. Ia memanggil para maid untuk mengganti baju Nadin.
Beberapa menit kemudian. Salah satu maid yang ditugaskan untuk menggantikan Nadin baju, sudah keluar dari kamar. Alvano pun masuk dan berbaring disamping Nadin.
Tak terasa, Nadin memeluk Alvano dari samping dan mencari kenyamanan. Hal itu membuat Alvano tersenyum senang.
"Good Night, my wife. I love you," ucap Alvano pelan. Kemudian membalas pelukan Nadin dan mengecup keningnya lama.
Mereka pun terlelap bersama.
•••
Pukul 07.30
Dipagi hari, Nadin bangun dari tidurnya. Ia melihat pakaian nya sudah terganti dengan piyama nya. Sedikit berpikir bahwa Alvano yang menggantikannya, tapi Nadin pernah melarang Alvano untuk itu.
Lalu Siapa?
Menyadari kesendiriannya, ia melirik kesamping. Tak ada Alvano, kemudian Nadin langsung berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi, ia merapikan tempat tidur. Disela sela ia merapikan tempat tidur, ia melihat sebuah surat yang tergeletak diatas nakas dekat tempat tidurnya. Ia pun mendekat dan membuka surat itu.
"Hai, sudah bangun? Maaf, sementara ini aku harus mengurus perusahaan dari luar negeri, mungkin hanya satu minggu, maaf tidak sempat membangunkanmu. Tadi pagi aku mendapat tugas dadakan, jadi aku harus buru buru dan juga Arga sudah memesan tiket untukku. Oh iya.. Tenang saja Bibi yang menggantikan pakaianmu, aku tau kamu pasti terheran heran saat bangun dari tidur bukan? Aku tidak menggantikannya untukmu, karena itu kemauan mu sendiri, dulu kamu melarangku, jadi aku suruh Bibi saja. Jika ingin keluar, pergilah dengan sopir, jangan pergi sendiri. Dan sarapan yang aku buat, jangan lupa dimakan. I love you,"
Nadin tersenyum membaca surat itu. Namun, disatu sisi ia merasa sedih saat Alvano mengatakan ia keluar negeri. Memang, perusahaan itu sedang diambang masalah, jadi Alvano yang harus turun tangan.
Nadin melirik makanan yang ada diatas nakas bersama surat tadi. Ia mengambil nya dan memakan nya sembari tersenyum tipis.
"Masakan nya enak!" ucap Nadin dalam hati.
Setelah selesai dengan makan pagi nya. Nadin turun kebawah ingin melihat para maid mengerjakan tugasnya. Cukup Baik!
"Bibi, Nadin pengen beli bahan dapur ke supermarket," ucap Nadin yang melihat kulkas nya sudah hampir kosong.
Bibi mendekat. "Biar saya aja non," ucap Bibi seraya sedikit menunduk.
"Saya aja bi, dan gak usah terlalu formal, panggil aja Nadin," ucap Nadin dengan ramah.
"Saya gak enak, nanti tuan marah."
"Udah lah bi, sekalian semua maid disampein kalo manggil saya tuh pake nama aja ya, saya juga gak enak sama bibi yang lebih tua," lanjut Nadin.
"Dan gak usah pake embel embel tuan, tuan gitu. Alvano aja bi, nanti kalo dia marah, saya yang urus!" ucap Nadin tersenyum ramah pada Bibi.
"Ya sudah, terima kasih. Kamu baik sekali, kalau begitu bibi ketaman belakang dulu sama yang lain," Bibi pamit kebelakang saat Nadin sudah mengangguk.
Kini Nadin berada didalam mobil bersama sopirnya. Sesuai apa yang dikatakan Alvano, ia berusaha untuk menurutinya. Dan, Nadin rasa itu tidak lah buruk. Karena itu semua untuk kebaikannya agar terhindar dari orang orang jahat diluar sana.
"Pak, tunggu disini aja ya."
Setelah sampai, Nadin menuruni mobil dan berjalan masuk kesupermarket. Ia mengambil troll dan mulai memilih bahan bahan dapur. Ada daging, buah, sayur sayuran, dan bumbu dapur, dan masih banyak lainnya. Tak lupa ia membeli snack yang banyak, ice cream, dan minuman.
Namun saat berbalik, ia melihat Aluna yang baru saja memasuki supermarket. Nadin mengabaikannya dan menuju kasir untuk membayar belanjaan nya yang sangat banyak.
"Ini mbak," ucap Nadin menyodorkan black card yang diberikan Alvano kini menjadi miliknya. Tapi, disisi lain uang itu ia gunakan untuk kebutuhan rumah tangga nya.
"Terima kasih, selamat datang kembali." ucap kasir nya sedikit menunduk pada Nadin. Yang hanya dibalas senyuman manis Nadin.
Pak Wawan, supir Nadin. Membawa semua belanjaan yang tadi Nadin beli.Lalu, Nadin melihat lihat sekitar sembari menunggu sopirnya. Sementara Pak Wawan sedang sibuk memasukkan barang belanjaan satu persatu.
"Nadin," ucap seorang gadis yang datang menghampiri Nadin dari arah belakang.
•••
Ayooo lah di vote yayayaya!!
Luv!!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...