AN-34

4.6K 152 1
                                    

Selamat membaca pren💚

•••

Alvano mengelus kepala Nadin dengan sebelah tangannya, sebelahnya lagi digunakan untuk menyetir. Nadin tertidur kala mereka keluar dari hutan.

Drttt.. Drttt..

"Pesawat sudah siap Tuan, waktunya penerbangan," ucap salah satu bodyguardnya.

"Baiklah." jawab Alvano segera memutuskan sambungan telepon.

Alvano melirik Nadin sebentar dan meraih satu tangan gadis itu dan mengecupnya. Ia tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan gadis kecilnya lagi. Kali ini tidak akan ia lepas, Alvano tidak akan membiarkan Nadin pergi lagi dari hidupnya. Kalau pun berpisah lagi, Alvano akan terus mencarinya kemana pun.

Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya.

Tak lama setelah itu, Nadin terbangun dari tidur singkatnya. Alvano masih fokus menyetir hingga tak menyadari Nadin sudah terbangun.

Nadin menatap jalan kedepan, masih dengan posisi nya. Dilihat tangan nya yang digenggam Alvano, ia tersenyum melihat itu. Kemudian Nadin melepaskan tangan nya dari tangan Alvano sembari memperbaiki posisi duduknya.

Alvano menyadari bangun nya Nadin, tapi ia tetap fokus pada jalan didepan nya. Dielus nya rambut surai Nadin dengan sayang, Nadin menutup mata merasakan sentuhan lembut Alvano dikepalanya.

"Masih lama gak sih?" tanya Nadin membuka matanya.

"Hm," jawabnya.

"Tidur mu nyenyak?" tanya Alvano masih mengelus kepala Nadin.

Nadin mengangguk sebagai jawaban.

•••

Sesampainya di depan Bandara, sudah ada bodyguard Alvano yang menghampiri mobil dan mengeluarkan barang barang, dan koper, kemudian membawa nya masuk untuk pengecekan barang.

"Anda bisa tunggu saja Tuan," ucap salah satu dari mereka.

Alvano hanya mengangguk. Berbeda hal nya dengan Nadin, "Terima kasih," gadis itu mengucapkan terima kasih pada mereka.

Nadin mengeplak pelan lengan Alvano. "Kamu nih ya, harusnya bilang makasih sama mereka, bagaimana pun mereka juga udah bantu urus dan bawa masuk," ucap Nadin.

"Itu udah tugasnya, sayang. Udah, ayo masuk!" balas Alvano berjalan sambil merengkuh pinggang Nadin dengan sebelah tangannya.

"Tapi kan, setidaknya–" Alvano menutup mulut Nadin menggunakan satu tangan nya lagi. Saat sudah dirasa kehabisan napas, barulah Alvano melepaskan nya.

"Kamu mau bunuh aku ya!?" kesal Nadin.

Alvano terkekeh sembari mengacak rambut Nadin. "Bawel kamu!" ejeknya.

Perhatian Nadin teralihkan pada wanita wanita yang menatap kearah mereka. Karena ingin memastikan, Nadin melirik kebelakang, tidak ada orang. Nadin kembali menatap mereka, dan benar mata wanita itu tertuju pada wajah tampan Alvano.

Alvano yang sedang mengecek e-mail diponselnya, tiba tiba dikagetkan dengan pelukan Nadin yang sangat erat. Alvano menyimpan ponselnya dan mengelus rambut Nadin.

"Kenapa, hm?" tanya Alvano lembut.

"Itu cewek cewek disana, dia ngeliat kamu kayak kelaparan," jawab Nadin mengendus tak suka.

"Terus?" ucap Alvano berniat menggoda Nadin.

"Tau ah!" kesal Nadin melepaskan pelukannya dan bersedekap dada menatap sinis pada wanita wanita disudut sana.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang