"E-eh," pekik Nadin.
Sesampainya ditaman, Nadin melepas paksa tangannya yang digenggam Alvano.
"Pasti Bapak udah tau semua nya kan? Iya kan Pak?" ucap Nadin dengan tegas.
Alvano mengangguk.
"Terus kenapa gak bilang sama Nadin sih Pak?!" tanya Nadin dengan wajah kesalnya.
"Awalnya saya juga gak mau nerima perjodohan ini. Tapi, saat Bunda ngasih tau kalau orang nya itu kamu, yah saya gak nolak. Karena, saya rasa sudah mulai menyukai, gadis sepertimu."
"Tapi Pak, lusa udah pernikahan kita loh. Nadin pikir itu cepet banget! Dan gak bisa," ketus Nadin tak suka.
Alvano menatap Nadin. "Kenapa? Gak mau nikah sama saya? Kalau begitu, ngomong sana, kalau kamu tidak mau menerima perjodohan ini." ucap Alvano menantang.
Padahal didalam hati nya berkata 'tidak, jangan!'.
"Tapi, saya gak cinta sama Bapak!! saya udah suka sama orang lain, dan bapak harus tau itu!!!" ucap Nadin meninggalkan Alvano yang masih dengan pikiran campur aduk.
Saat mendengar penuturan Nadin, membuat rahang Alvano mengeras. Dia sepertinya tidak tau siapa sebenarnya aku, batin Alvano menyeringai mengeluarkan smirknya.
"Cukup Menantang" ucapnya dalam hati.
•••
Kantin
"Lo kenapa sih Nad? Gak biasa nya lo diem kek gini," ucap Elin duduk disamping Nadin yang sedang melamun menunggu pesanan.
"Eh, gue gapapa." ucap Nadin. Tentu saja, ia berbohong.
"Kalo ada masalah yang ngerasa ngebebanin lo, jangan sungkan buat cerita. Ayo coba ceritain," ucap Elin bersiap mendengarkan keluh kesah Nadin.
Nadin menghela napas berat. "Gue dijodohin."
"WHAT!!!?"
Mereka menjadi pusat perhatian. Elin berusaha menetralkan suara nya yang sempat menjadi pusat perhatian. Dan sepertinya Nadin sekarang sedang melototinya.
Elin menghiraukan itu semua. Ia kembali meminta Nadin menceritakan semuanya.
"Terus yang dijodohin sama lo siapa? Jangan jangan dia udah tua lagi? Dia horang haya gak? Terus dia jelek, atau dia perfect?" ucap Elin dengan rasa penasaran.
"Kalo ngomong tuh difilter dulu!!" ucap Nadin.
"Bodoamat! Cepetan gue keburu penasaran!"
"Kali ini orang nya bakalan ngeyakinin lo kalo dia tuh Perfect,"
"Tapi cuma dimata lo doang, gue mah B aja" lanjut Nadin.
"Dia tua gak?" tanya Elin.
"PAK ALVANO!" ucap Nadin sukses membuat Elin kembali menjadi pusat perhatian.
"WHAT!!! GILA!!" teriak Elin.
"Lo bikin gue malu dua kali," ucap Nadin menyembunyikan wajahnya dibawah meja dan Elin pun ikut menunduk.
Setelah makan siang dikantin bersama Elin, akhir akhir ini Nadin mencari Aluna. Ia sudah beberapa hari tidak masuk. Nadin pun memutuskan untuk ke kelas Aksa.
"Lo liat Aluna gak?" tanya Nadin seraya tersenyum.
"Caper!" ucap salah satu teman cewek dari geng Aksa.
Aksa menggeleng sebagai jawaban.
"Oh yaudah kalo gitu, ehm-"
"Kenapa?" tanya Aksa menatap Nadin jengah.
"Gapapa, gue duluan ya," ucap Nadin meninggalkan area kelas Aksa.
Saat keluar dari kelas Aksa, ia berpapasan dengan Alvano. Pria yang membuat hidup Nadin selalu merasa kesal. Tidak ingin terlihat tidak sopan dimata dosen-nya, Nadin menunduk sopan dan memberi salam.
"Selamat siang, Pak."
Alvano melirik jam tangan nya dan kembali menatap gadis nya. Cukup lama mata itu saling beradu,membuat Nadin lagi lagi harus menghela napas nya dengan kasar.
"Abis kelas, keruangan saya!" perintah Alvano berjalan mendahului Nadin.
~•~
"Masuk," ucap Alvano dari dalam sana.
Setelah jam kelas selesai, Nadin langsung keruangan Alvano. Sebenarnya ia tidak mau, tapi Alvano terus menghubungi nya jika ia berniat menghindar.
"Kenapa manggil saya Pak?" tanya Nadin duduk disofa yang berada diruangan itu.
"Ayo," ucap Alvano bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri Nadin yang masih saja bingung.
"Ayo?"
"Mau ngapain Pak?" tanya Nadin menghindari tatapan mengintimidasi dari Alvano.
"Fitting baju."
"Otak saya masih nge-lag Pak, coba ulang, atau gak, jelasin gitu biar saya paham."
Nadin kurang paham dengan apa yang dikatakan Alvano.
"Belum apa apa sudah mulai lupa. Apa kau sengaja melupakan lusa hari pernikahan kita?" ucap Alvano. Ia tidak habis pikir pada Nadin.
"E-eh g-gak gitu, say-a kan cuma nge-lag bentar." ucap Nadin tergagap.
"Memang sudah dari awal, kamu gak ada niatan buat nikah sama saya," lirih Alvano menatap Nadin.
"Lah emang iya! Udah deh Pak, ayo berangkat sekarang, saya mau cepet cepet pulang."
Nadin sudah mulai jengah. Sementara Alvano berjalan tanpa menunggu Nadin. Ia marah, namun berusaha menetralkan emosinya.
Nadin langsung duduk dibagian belakang. Alvano yang merasa Nadin duduk dibagian belakang, kini merasa malas untuk menegur. Sudah kesekian kali nya ia menyuruh Nadin agar mau duduk disamping nya, tapi Nadin menolak.
Tak ada yang mau membuka topik pembicaraan. Alvano diam, dan Nadin diam. Setelah sampai, sudah ada Bunda dan Mama Nadin menunggu kedatangan mereka.
Setelah itu, Alvano mengantar Nadin pulang. Ia tidak mau berbicara pada Nadin, karena setiap kata yang dikeluarkan Nadin. Pasti nya akan sangat menyakiti hatinya.
Nadin turun dari mobil setelah menempuh perjalanan lumayan capek. Ia tidak mengucapkan apapun pada Alvano, ia langsung memasuki rumah tanpa menoleh kebelakang.
•••
Ayo lah Vote👉🌟👈
- Oke, segitu dulu aja udahhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...