AN-17

6.4K 188 0
                                    

"Maaf," ucap Nadin.

Alvano mengerutkan kening nya bingung. Mengapa Nadin meminta maaf? pikirnya.

"Maaf ?" beo Alvano. Nadin mengangguk pelan.

"Tapi karena apa? Emang kamu ada salah sama aku? Atau aku yang ada salah sama kamu?" tanya Alvano.

Nadin menghela napas pelan dan menghembuskan nya lesu. Alvano mengelus kepala Nadin dengan sayang, dan membiarkan Nadin untuk menceritakan kesalahan nya.

"Maaf, aku udah banyak salah sama kamu," ucap Nadin dengan mata memerah menahan tangisnya.

Alvano menggeleng.

"Menurut kamu aku gak salah gitu?" tanya Nadin tak habis pikir.

"Gak, kenapa?" tanya Alvano lagi.

"Maaf, soal kejadian itu," ucap Nadin mengusap hidung nya yang tidak gatal disebabkan kegugupan nya.

"Itu? Kejadian? Maksudnya apa Nadin?" lagi lagi Alvano bertanya seperti menguras kesabaran Nadin kali ini.

Fiks, nih laki mancing mancing emosi gua! Dari tadi sok gak tau melulu deh!!

"Kejadian dipesta waktu itu," ucap Nadin.

"Pesta apa, Nadin?" tanya lagi.

"Yang itu loh, masa udah lupa aja," ucap Nadin kesal.

Gue aja belum lupa, sampe kepikiran!

Lanjut Nadin sudah berdiskusi dengan hatinya saat ini.

"Akhir akhir ini aku kan banyak pertemuan klien, banyak pesta juga, jadi gak ada salah nya aku nanya, pesta apa yang kamu permasalahin?" tanya Alvano.

Pura pura bodoh!

"AKSA!!!" ucap Nadin pada akhirnya.

"Kali ini jangan pura pura lupa lagi!" lanjutnya.

Alvano terkekeh. "Kamu masih mikirin itu?" tanya Alvano.

Nadin mengangguk.

"Maaf, aku banyak salah," ucap Nadin lagi.

"Kamu emang salah," ucap Alvano dengan entengnya.

"Tapi sesalah salah nya kamu, aku gak pernah mau nyalahin kamu." ucap Alvano menatap Nadin dengan senyuman nya.

"Duh, punya laki gini amat!" seru Nadin.

"T-tapi kan--"

"Udah, gak usah dipikirin," sambung Alvano memotong perkataan Nadin.

"Maaf ya," ucap Nadin.

"Kamu gak salah," sanggah Alvano.

"Maaf, ya, please.." ucapnya lagi.

Alvano yang melihat air mata Nadin akan jatuh, dengan cepat memaafkan nya. Tapi baginya, Nadin tidak salah apapun. Lagipula sudah menjadi tugas seorang suami yang melindungi istrinya bukan?

"Iyaa, aku maafin.." ucap Alvano pada akhirnya.

Nadin tersenyum. Ya, senyum pertama Nadin untuk Alvano. Secara ikhlas, dan membatin.

"Senyum terus yaaa.." ucap Alvano mengelus kepala Nadin.

"Gak boleh sedih," lanjutnya.

"Makasih udah mau maafin aku," balas Nadin tulus.

Alvano mengangguk. "Ayo tidur, besok kamu ada kelas," ucap Alvano berjalan lebih dulu menuju kamar.

Nadin berjingkrak jingkrak senang. Ia senang akhirnya bisa dimaafkan, ia akan memperbaiki semua nya. Nadin menyesal, dan ingin memulai kehidupan rumah tangga nya. Setelah puas bersenang senang, ia naik keatas kamar dan melihat Alvano yang sudah terlelap diatas kasur.

"Dia capek banget, ngelihat dia kayak gini, gue jadi nyesel pernah sia siain dia," ucap Nadin pelan.

Setelah itu, Nadin tidur disebelah Alvano. Mereka pun terlelap.

•••

Pagi ini Nadin ada kelas dan bergegas menuju kampus. Sebelum itu, ia akan masak untuk Alvano. Walaupun ada bibi dirumah ini, tapi Alvano ingin memakan masakan Nadin.

Alvano turun dari tangga memegang tas kantor nya dan satu tangan nya memegang dasi. Alvano kesusahan memasang dasi nya karena sedang mendapat telepon dari Arga. Nadin yang melihat itu hanya bisa terkekeh.

"Sini biar aku pasangin," ucap Nadin sedikit jinjit untuk bisa mencapai leher jerapah suaminya.

Saat memasangkan dasi, satu tangan Alvano memeluk pinggang Nadin erat, walaupun sedikit tersentak tapi Nadin tidak ingin terlihat seperti orang kagetan.

"Udah, yuk makan!" ucap Nadin pada Alvano yang menatapnya sembari menjawab pertanyaan Arga yang tidak jelas.

Nadin merampas telepon Alvano dan mematikan nya. Menarik Alvano menuju meja makan.

"Kok dimatiin?" tanya Alvano.

"Abis gak jelas! Bukan bahas masalah kantor juga kan?" balas Nadin tajam.

"Iyaaa... Iyaaaa," jawab Alvano menikmati makanan nya begitupun juga dengan Nadin.

Setelah itu, Alvano mengantar Nadin sampai kampus. Nadin juga tidak keberatan, Alvano justru senang.

"Nanti pulang aku jemput," ucap Alvano mencubit pipi Nadin.

"Aw! Iyaa nanti dikabarin!" ucap Nadin menjitak kepala Alvano.

"HAHAHA bales dendam?"

"Gak, cuma pengen aja. Kenapa, ha?" ucap Nadin berkacak pinggang.

"Pms? HAHA" ucap Alvano setelah mengatakan itu, ia langsung pergi kekantor. Dan puas membuat Nadin kesal hari ini.

"Woy! Sini lu!" teriak Elin didepan pintu kelas yang melihat Nadin berjalan santai dikoridor kampus.

"Berisik tau!" ketus Nadin menutup telinga nya.

•••

Sepulang dari kampus, Nadin masuk kedalam kamar mandi. Sementara Alvano mengambil sesuatu dilaci rahasia nya.

"Itu foto apa?" tanya Nadin yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Alvano langsung menyembunyikan nya dan menatap Nadin. Namun, nadin yang merasa curiga langsung merebut foto itu.

"INI KAN!!!?" ucap Nadin tak percaya dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Alvano mengangguk. Nadin melihat Alvano menangis dan Nadin kaget.

"Kak Al!!?"

•••

SELAMAT MENGGANTUNG 💚

Hayoooo:)

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang