AN-52

2.5K 85 1
                                    

"Siapa lagi kali ini, hm?" tanya Nadin secara langsung saat berbalik mendapati Alvano sudah duduk bersandar diranjang menatapnya dengan tatapan lembut seperti biasanya.

"Apa maksudmu, sayang?" heran Alvano karena memang dia juga baru saja bangun.

"Sepertinya tidak usah kutanya siapa yang menelponnya tadi, lebih baik nomor ini kuhapus." batin Nadin.

"Sayang?" panggilnya membuat lamunan wanitanya perlahan mengabur.

"Hah?"

"Kenapa, hm?" tanya Alvano lagi dengan nada lembut sukses membuat Nadin merasa luluh. Wanita itu segera menghambur kedalam pelukan lelaki yang sangat ia sayangi dan yang ia cintai melebihi apapun. Begitupun sebaliknya.

"Kamu pernah berjanji tidak akan meninggalkan ku kan?" tanya Nadin seperti takut kehilangan.

Alvano mengecup kening itu singkat lalu mengelus rambut kesukaannya. "Bahkan hampir tiap hari aku mengatakan itu, bagaimana bisa kamu kelupaan?" tanya nya lembut.

"Aku takut," lirih Nadin terus memeluk tubuh itu.

"Kenapa sayang? Takut apa? Ayo cerita, hm?" tanya Alvano perlahan lahan.

Nadin menggeleng. "Tidak. Hanya saja, yahh hanya saja aku takut kehilangan dirimu. Itu saja," ucap Nadin mendongak sebentar lalu kembali menyembunyikan wajahnya diceruk leher lelaki itu.

"Itu tidak akan pernah terjadi, honey."

"Nanti kita diundang makan malam dimansion Ayah," lanjut Nadin melepas pelukan itu.

Alvano mengangguk.

"Sana siap siap kekantor, nanti telat" ucap Nadin ragu.

Alvano berdiri lalu mengecup kening Nadin lama, dan berjalan memasuki kamar mandi. Melihat itu, Nadin kembali meraih ponsel milik Alvano dan menghapus nomor yang tadi menghubunginya. Setelah selesai menghapus, Nadin membulatkan matanya terkejut mendapati Alvano sudah berada tepat dibelakangnya.

"Bukankah kamu tadi sudah masuk kedalam?" tanya Nadin berusaha terlihat baik baik saja.

"Aku lupa mengecek ponselku, sayang" jawabnya melihat ponsel itu dengan layar yang menyala.

"Tidak perlu, aku sudah mengeceknya untukmu. Tidak ada apa apa," balas Nadin dengan cepat.

"Hm, baiklah. Aku juga lupa satu," lanjut Alvano mencuri kecupan bibir Nadin dengan lembut lalu tersenyum dan kembali berjalan memasuki kamar mandi.

Nadin menghela napas lega, dengan cepat ia memperbaiki tempat tidur dan benda benda lainnya. Membuka semua ventilasi udara, dan keluar untuk menyiapkan sarapan.

"Bi Arum, masak apa hari ini?" tanya Nadin dengan ramah.

"Ada banyak Non." jawabnya diangguki Nadin.

"Lanjutkan Bi, saya keatas dulu" lanjut Nadin tersenyum hangat kepada seluruh pelayan itu.

Nadin membuka pintu kamar mendapati Alvano yang baru saja keluar dari walk in closet lengkap dengan kemeja hitamnya yang dibuka sedikit. Ia melirik sebentar lalu melanjutkan jalannya berhenti didepan cermin. Nadin berjalan mendekat dan mengambil alih dasi itu, lama bertatapan dengan Alvano akhirnya Nadin memutuskan untuk mengambil jas lelaki itu.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Alvano sangat tau sekali seperti apa Nadin. Yang ditanya hanya menggeleng dengan senyuman paksaannya.

"Ya sudah kalau tidak mau cerita," lanjut lelaki itu mengambil alih jasnya dan turun kebawah meninggalkan Nadin yang sedang menambah beban pikiran. Merasa diabaikan, Nadin menghela napas berat membelakangi pintu dengan melihat pemandangan pagi hari.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang