Pagi telah tiba, tidur Nadin menjadi terusik karena suara air gemercik. Nadin menyentuh kasur disebelahnya dingin, hm Alvano pasti sudah bangun. Tapi, apa dia tidak memberi kiss dipagi hari lagi?
Nadin menggeliat dan merenggangkan seluruh badannya, lalu merapikan tempat tidur, membuka kain jendela dan menampakkan kota kota yang mulai beraktivitas.
Ia menjepol asal rambutnya dan sedikit merapikan penampilannya. Nadin bercermin dikaca untuk melihat wajahnya.
"Sayang, udah bangun?" tanya Alvano yang tiba tiba saja datang dari arah kamar mandi. Tapi, nampaknya ia sangat pucat.
"Muka kamu kok pucat gitu? Kenapa? Kamu sakit ya?" cemas Nadin menyentuh pipi Alvano.
"Panas kamu tinggi, abis ngapain kamu didalem?" lanjutnya dengan raut cemas.
Belum sempat Alvano menjawab, ia lebih dulu berlari kembali kedalam kamar mandi. Alvano mual berat sampai terbatuk batuk dan pusing yang luar biasa.
"Kita cek kedokter ya, ayo!" ucap Nadin memijat tengkuk leher Alvano.
Alvano mengangguk, karena memang sakitnya sedikit parah. Nadin mandi sebentar, sedangkan Alvano menunggu dibawah. Setelah bersiap, Nadin meraih slig bag hitam merek gucci nya dan turun kebawah dengan cepat.
"Makan dulu," ucap Nadin.
Alvano menggeleng. "Gak bisa sayang, nanti aku muntahin, rasanya mau mual terus." jelas Alvano.
"Yaudah ayo langsung aja KE RS." Nadin memasukkan Alvano kedalam mobil berada disampingnya. Hari ini Nadin yang akan menyetir, mengingat kondisi Alvano yang tidak memungkinkan untuk bisa menyetir.
"Sabar ya," Nadin mengelus tangan Alvano.
Sesampainya mereka DI RS. Alvano dan Nadin langsung mendatangi dokter yang sudah lama dekat dengan keluarganya. Nadin membuka pintu ruangan dokter Brian.
"Selamat pagi dokter willy," sapa mereka.
"Oh hai, kalian sudah sampai rupanya. Silahkan duduk," balasnya ramah.
Alvano mulai menceritakan semua gejala yang ia alami tadi pagi dan Dokter willy mendengarnya dengan sangat baik.
"Dari penjelasan yang saya dengar dari Al, ini bukan penyakit serius" kata Dokter Willy terlihat raut bahagia diwajahnya.
"Maksudnya Dok?" tanya Nadin ingin diperjelas lagi.
"Hamil," jawab Dokter Willy.
Nadin melongo sebentar. "Suami saya hamil Dok?" kaget Nadin tersadar.
Dokter Willy menggeleng sembari tertawa begitupun dengan Alvano terkekeh gemas.
"Bukan begitu Nadin. Al tidak hamil seperti yang kamu maksud, justru kamu yang hamil." jelasnya terkekeh geli."Selamat Nadin, kamu sedang mengandung sekarang. Dan Al, kamu akan menjadi seorang Ayah." ucap Dokter Willy memberi selamat pada mereka.
Nadin meneteskan air matanya bahagia, tak lupa juga Alvano yang sangat bahagia mendengar kabar itu. Ia dan Nadin akan menjadi orangtua.
"Apa kamu mengalami gejala yang sama seperti Al, Nadin?" tanya Dokter kembali.
"Hanya mual, tidak terlalu parah seperti Al." jawab Nadin memang betul adanya.
"Itu lah yang dinamakan morning sickness. Sepertinya Alvano sangat berlebihan mencintaimu," jelas Dokter Willy diakhiri tawa kecilnya.
"Maksudnya apa sih Dok? Main teka teki mulu," tanya Alvano.
"Rasa kekhawatiran mu menjadi ayah sangat besar, sehingga itu membuatmu menjadi stress dan semua beban gejala kehamilan yang ada pada Nadin, ada padamu sekarang." ucap Dokter Willy.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...