Lelaki itu langsung bangun dari duduknya dan menghampiri istrinya itu.
Ya, Nadin sudah bangun dari tidur panjangnya.
"Sayang," ucap Alvano lembut mengelus rambut surai hitam Nadin. Membuat sang empu memejamkan mata nya karena elusan lelaki didepannya ini. Segera Alvano menekan tombol disamping Nadin agar dokter segera datang.
"Aw! Sss.." Nadin meringis kesakitan dibagian kepalanya. Ia melihat sekeliling nya mendapati 3 orang sedang menatap cemas pada nya.
"Jangan banyak gerak," ucap Alvano menahan Nadin yang akan bangun.
"Ini dimana??" tanya Nadin. Ia benar benar linglung. Kepala nya masih sedikit sakit akibat benturan keras dikepala nya.
"Permisi, Nyonya Nadin," ucap Dokter seraya mengecek keadaan Nadin.
"Sebaiknya istri Tuan harus istirahat. Jika seperti keadaan nya saat ini, ia tidak bisa disekitar keributan, karena kepala nya masih belum benar benar pulih" jelas Dokter pada Alvano.
"Baik, terima kasih.." ucap Alvano.
Setelah dokter keluar, Arga dan Elin pamit hanya untuk sekedar membeli makanan dibawah.
"Aku sakit ya?" tanya Nadin dengan polosnya.
Alvano mengangguk.
"Ayo, kamu istirahat lagi. Biar cepet sembuh,"
Tiba tiba kepala Nadin rasa nya masih sakit dan ia pun menangis kala tidak bisa menahan rasa sakitnya.
"Kenapa? Yang mana sakitnya, hm?" tanya Alvano sembari membawa tubuh Nadin dipelukannya.
Nadin menunjuk kepalanya sendiri, Alvano memberi sedikit pijatan kecil agar bisa meredakan sakitnya.
"Mau kemana?" tanya Nadin saat melihat Alvano ingin melepaskan pelukan nya.
"Ambilin kamu minum,"
Nadin menggeleng dan menarik Alvano kembali agar bisa memeluknya. "Bentar aja ya," ucap Nadin lesu dan pelan.
Alvano mengelus punggung Nadin, sesekali ia mencium kening istrinya itu.
"Masih sakit gak?" tanya Alvano.
Nadin mendongak menatap Alvano yang kini tengah bersandar pada dada bidang Alvano.
"Sakit, tapi gapapa kok.." balas Nadin tersenyum. Sementara Alvano masih terus memijit kepala Nadin yang masih terasa sakit.
"Kalo sakit bilang, jangan ditahan tahan kayak gitu." Nadin mengangguk.
Setelah beberapa menit, Nadin berhasil tidur. Walaupun agak susah, karena sedari tadi ia mengajak Alvano bercerita yang tidak jelas, meskipun begitu Alvano masih tetap mendengarkan Nadin dengan baik.
Alvano perlahan melepaskan pelukan itu, Nadin sangat memeluknya dengan erat, membuat Alvano tak tega untuk meninggalkan nya. Setelah pelukan mereka terlepas, Alvano mengambil ponselnya yang berada diatas nakas.
"Halo Tuan," ucap salah satu bodyguard Alvano.
"Kau tidak benar benar membawa nya kekantor polisi bukan?" tanya Alvano penuh selidik.
"Sesuai perintah Tuan, itu sudah dibatalkann."
"Bagus.. Dimana dia?"
"Ditempat biasa Tuan, anda bisa segera kesini jika anda mau,"
"Lebih cepat, lebih baik, bukan begitu?" ucap Alvano dengan senyum devilnya.
"Iya Tuan, saya setuju."
"Baiklah, tunggu saya disana. Jangan lepaskan dia, mengerti?!" perintah Alvano dengan tajam.
"Baik Tuan, sesuai perintah anda." jawabnya.
Setelah percakapan itu, Alvano berbalik menatap wajah gadis kecilnya itu sembari mengelus pipinya. Ia melihat ada sedikit bekas sayatan, membuat hati Alvano semakin desak dan sakit. Ia bahkan tidak pernah melukai Nadin, dan berani berani nya lelaki itu melukai gadisnya.
"Aku janji, dia harus bertanggung jawab atas semua yang dia perbuat. Aku akan melakukan hal yang sama padanya, bahkan ini mungkin berlebihan. Tenang saja sayang, setelah ini aku akan menyingkirkan pengganggu diantara hubungan suci kita," ucap Alvano menatap sendu pada Nadin yang terlihat menahan rasa sakit disekujur tubuhnya. Bahkan ia sudah tidak bisa menangis lagi, saking terlalu seringnya ia menderita selama penantiannya.
Alvano menatap kearah pintu saat Arga dan Elin memasuki kamar VIP dirumah sakit ini. Ia melihat mereka menenteng banyak makanan.
"Lo mau makan sekampung?!" tanya Alvano sedikit kaget.
"Ya nggak lah, nih katanya makanan kesukaan Nadin semua," ucap Arga duduk disofa sembari meletakkan barang belanjaan mereka.
Alvano melirik belanjaan itu, dan benar juga pilihan Elin. Tak salah Nadin percaya padanya daripada Aluna.
"Jaga Nadin, kalau ada apa apa kabari saya," ucap Alvano pada Elin. Elin mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah, Arga mari lakukan tugas!" lanjut Alvano pada Arga. Melihat itu, Arga sudah paham betul apa yang akan sahabatnya sekaligus boss nya itu akan melakukan apa.
"Sayang, aku pergi dulu ya" ucap Alvano dengan pelan dan mengecup kening Nadin. Setelah itu, ia menghampiri Arga yang juga berpamitan pada calon istrinya itu.
"Bye," ucap Arga setelah itu mereka menghilang dari arah pintu tadi.
•••
Setelah mereka sudah sampai selama berjam jam perjalanan, Alvano dan Arga segera turun dari mobilnya. Tempat disini sangat sepi, bahkan bisa dikatakan gudang hutan.
Alvano dan Arga masih harus berjalan sedikit lagi agar segera sampai ditempat tujuan.
"Selamat datang Tuan," ucap para bodyguardnya. Tak hanya satu, tapi cukup banyak karena Alvano tak mau curut itu kabur begitu saja.
"Dimana dia?" tanya Arga mewakili.
"Segera lah masuk Tuan," jawab mereka sedikit membungkuk.
"Baiklah,"
"Gue ikut, atau enggak nih?" bisik Arga pada Alvano.
"Terserah lo aja sih mau pilih yang mana," jawab Alvano dengan sedikit berbisik.
"Yaudah, gue tunggu diluar aja ya," ucap Arga cengengesan. Ia sudah pernah seperti ini sebelumnya, tapi kisah itu sudah bertahun tahun yang lalu.
"Oke, lo jangan kemana-mana!" perintah Alvano mulai beranjak dari sana. Arga mengangguk.
Alvano melangkah cepat memasuki gudang tua yang hanya berada dihutan itu. Sementara Arga menunggu dan ikut berjaga diluar.
"Hai, apakah disini menyenangkan?" tanya Alvano memulai pembicaraan.
"MENYERAMKAN!!!" jawabnya.
"Sudah ku katakan bukan? Jangan main-main dengan ku, apalagi sampai mengganggu hubunganku."
"Awalnya kami hanya baik baik saja waktu itu, tapi karena kau! Dia gadis yang tak bersalah terbaring kesakitan karena ulahmu! Tak hanya kau! Masih banyak penganggu yang ingin merusak hubungan kami. Dan aku tak akan diam begitu saja, secepatnya pengganggu itu kusingkirkan, satu persatu!" jelas Alvano dengan senyuman khas devilnya.
•••
Jangan lupa vote dan komen ya!<3
Bye bye!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...