AN-20

6.5K 205 3
                                    

"Emang situ siapanya?"

•••

"Heh suami gue itu, jangan pegang pegang," ucap Nadin melepas paksa pelukan Karin.

Karin menatap Nadin sinis saat pelukan nya terlepas dari Alvano. Nadin hanya menatap jijik pada Karin, pakaiannya sangat berbeda dengannya.

"Lo siapanya hah?" tanya Karin keras keras.

"ISTRI NYA LAH!!" jawab Nadin ketus.

"Ya lo minggir!" bentak Karin berjalan mendekati Alvano.

"Diem disitu, atau lo tau akibatnya!" ancam Nadin menatap tajam Karin.

Alvano hanya mengikuti alurnya. Ia senang Nadin datang diwaktu yang tepat, walaupun nanti ia harus meyakinkan Nadin bahwa ia tidak melakukan apa apa.

"Lo ngancem gue?!" bentak Karin terkejut.

"No," ucap Nadin santai bersandar diujung meja Alvano.

"Minggir lo!!!" ucap Karin berusaha mendorong Nadin agar tidak menghalangi Alvano. Posisi nya, Nadin membelakangi Alvano agar Karin tidak maen nyosor.

"Minggir gak lo!!" teriak Karin semakin membuat Nadin ingin menyumbat mulutnya.

Ia ingin mendorong bahu Nadin dan saat ingin menjambak rambutnya, Nadin tidak akan membiarkan itu terjadi pada dirinya sendiri.

Plak!

Nadin ditampar keras oleh Karin. Bisa Nadin lihat bekas itu membiru bahkan sudah ada setetes darah dipipi mulusnya. Namun saat Alvano ingin bertindak, Nadin menahan tangan Alvano untuk kembali duduk.

"Minggir gak lo! Lo tuh siapa sih?" ucap Karin menggebu gebu.

"ISTRI SAH-NYA!"

Karin kembali menampar Nadin, hingga sekarang kedua pipi Nadin membiru dan bekas darahnya masih ada. Nadin pun tidak tinggal diam, ia menarik rambut Karin sehingga membuat pemilik rambut itu mendongak keatas.

Nadin menghimpitnya kedinding dan menampar Karin lebih keras, dan beberapa kali hingga bekasnya sama seperti pipinya.

"LEPASIN GUE!!" teriak Karin.

"Sekali lagi lo dateng kesini dan lo ngincer suami gue! Lo bakalan tau akibatnya lebih dari ini!" ucap Nadin.

"NGERTI GAK!!?" kali ini dengan bentakan yang membuat Karin ketakutan dan menangis.

"Huh! Tante tante cengeng! Sana lo! Gak usah munculin muka lo lagi!" ucap Nadin melepas cekikannya dan berjalan kembali ketempatnya.

"ARGA!!!"

"Apaan!?" tanya Arga baru saja datang.

"Bawa dia! Pastiin jangan kesini lagi, ganggu orang aja," ucap Nadin sinis.

Arga menarik tangan Karin yang bergetar karena menangis. Hampir saja ia mati karena cekikan Nadin yang sedikit lama.

"Oke," jawab Arga membawa Karin keluar dari ruangan Alvano.

Nadin berbalik arah menatap Alvano dan memberikan map merah yang ketinggalan dirumah tadi.

"Kenapa kamu yang bawa?" tanya Alvano menerima map itu.

"Kata bunda ketinggalan, dia sibuk, jadi aku yang bawa," jawabnya menatap Alvano.

"Udah lama dia disini?" tanya Nadin duduk disofa.

"Siapa? Karin?" tanya Alvano menatap Nadin. Dan mengambil kotak p3k.

"Gak tau," ucap Nadin ketus.

Alvano terkekeh dan berjalan menuju sofa panjang itu. Duduk disebelah Nadin yang tidak ingin menatapnya.

"Dia udah lama ngincer aku, sampai sekarang dia dateng kesini lagi. Tapi aku gak ngeladenin dia, sering aku usir, dia tetep gak mau," ucap Alvano duduk disebelah Nadin sembari menarik dagu Nadin agar menghadap kearahnya.

"Sekarang dia dateng dari Amerika dan minta peluk katanya, dia baru aja dateng sebelum kamu," lanjutnya membersihkan bekas darah dipipi Nadin.

"Lama gak pelukannya?" tanya Nadin dengan nada polosnya.

Alvano menggeleng dan tersenyum.

"Kalo aku gak dateng pasti udah buat macem macem," ucap Nadin kesal dan mengibaskan rambutnya hingga leher jenjangnya terlihat.

Alvano tertawa kencang dan Nadin yang melihat itu mencari kesempatan untuk bisa dimaafkan Alvano.

"Maaf ya," ucap Nadin menatap Alvano.

"Hah?" ucap Alvano menghentikan tawanya. Dan mulai fokus pada Nadin.

"Ish kamu mah, Maka nya denger!" kesal Nadin. Ia tau Alvano berpura pura tidak tau apa apa.

"Iya sayang, kenapa hm?" ucap Alvano tersenyum.

Sudah dipastikan wajah Nadin memerah. Ia mengalihkan pandangan nya kearah jendela kaca yang besar itu.

"Maaf," ucap Nadin sekali lagi.

Alvano terdiam dan Nadin berbalik menatap Alvano yang tidak menjawab perkataan maaf nya.

"Dimaafin gak?" tanya Nadin.

"Al, cepetan siap siap kita bentar lagi meeting," ucap Arga baru saja membuka pintu.

Alvano mengangguk dan mengambil map merah diatas meja dan langsung meninggalkan ruangannya.

Nadin yang melihat itu seperti sudah tidak memiliki kesempatan lagi.

•••

Pukul 17.00

"Terima kasih atas kerjasama nya Pak!" ucap klien penting Alvano menjabat tangan.

"Ya, kembali kasih" balas Alvano menerima uluran tangan itu.

Beberapa saat kemudian Alvano kembali memikirkan Nadin. Ia sudah selesai meeting.

"Bro! Gua duluan," ucap Arga memasuki ruangan nya. Alvano mengangguk.

Sementara Nadin masih berada diruangan Alvano. Mengingat Alvano yang tidak akan bisa memaafkan nya,
perlahan setetes air mata nya mengalir, dengan cepat Nadin menghapusnya saat pintu ruangan itu terbuka.

Ternyata itu Alvano. Bisa dia lihat ada bekas air mata dipipi Nadin, dan mata nadin memerah. Alvano berjalan mendekati Nadin.

Namun Nadin dengan cepat berdiri dan menatap Alvano yang juga menatapnya.

"Aku pulang dulu, udah sore juga" ucap Nadin.

Sebelum Nadin pergi, Alvano menahan tangan itu. Nadin berbalik menatap tangan nya yang ditahan oleh Alvano.

"Pulang bareng, bentar lagi ini selesai" ucap Alvano tersenyum.

Nadin menggeleng dan melepaskan tangan nya yang masih dipegang erat Alvano.

"Gapapa, aku mau langsung pulang aja," ucap Nadin tersenyum paksa.

"Oh kalo gitu, ayo pulang sekarang," ucap Alvano. Namun, nadin menggeleng cepat.

Setelah itu ia keluar dari ruangan Alvano, dan bergegas pulang.

Alvano yang melihat itu, merasa bersalah. Dan hanya bisa menatap kepergian Nadin.

"Maaf," lirih Alvano menghempaskan tubuhnya dikursi kebesarannya dan memijat keningnya yang terasa pening.

•••

Jangan lupa vote dan komen sebanyak banyak nya.

Luv<3

Oke, tunggu ya><

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang