Sepulang nya dari kantor Alvano. Nadin menaiki tangga dan memasuki kamar dan mandi. Ia sudah rapi dengan pakaianya. Kemudian menghapus make up nya. Setelah itu, telepon nya berdering.
"Elin, ngapain nelpon gue?" gumam Nadin. Karena setau nya ia sedang bersenang senang dengan Arga.
"Apaan?!" ucap Nadin saat telepon nya terhubung.
"Lo siap siap, gue mau ngajak lo jalan, gue kosong nih," ucap Elin.
"Lo kan mau pergi bareng Arga? Masa sama gue?" tanya Nadin heran.
"Udah cepetan! Jan banyak bacot lo! Buruan, gua otw kerumah lo," ucap Elin.
"Yaudah iya, iya.. Bilang kek dari tadi, make up gua udah kehapus.." balas Nadin ketus.
"HAHAHA. Yaudah sih tinggal pake lagi aja, hahaha. Oke, see you!" ucap Elin sembari memutuskan sambungan telepon.
Nadin mendegus kesal, ia harus bersabar menghadapi Elin yang kadang membuat emosi nya mencuat.
"Ganti baju lagi, dandan lagi, kenapa sih lo marah marah mulu Nad!" ucap Nadin pada dirinya sendiri sembari berjalan menuju lemari.
"Lagian dia mau bawa gue kemana sih?" ucap Nadin kesal menghentak hentakkan kakinya membuka lemari dan segera menggantinya.
•••
Setelah selesai dengan dandanan nya, Nadin berjalan kebawah dan merasa heran saat merasakan sepi.
Hingga akhirnya lampu mati.
"AAAAAAA!!! TAKUTT!!"
Nadin berhenti dianak tangga dan merogoh tas nya mengambil ponsel dan menelpon Elin untuk segera cepat menjemputnya.
"Bibi!!" teriak Nadin masih ditempatnya sembari terus menelpon Elin.
"Kemana lagi nih Bibi," gumam Nadin ketakutan.
"Mana udah malem lagi," lanjutnya meremas dress yang ia pakai.
Nadin menatap ponselnya untuk berencana menelpon Alvano. Ia tidak peduli bahwa sekarang ia sedang punya masalah padanya.
DOR!!!!
"HAPPY BIRTHDAY!!!" ucap semuanya serempak bersamaan dengan semua lampu yang kembali menyala.
Nadin mendongak mengalihkan pandangan nya kedepan. Tak terasa air mata nya menetes, dan disana sudah ada Alvano. Ada para maid juga, pantas saja Nadin mencarinya tidak ada.
Nadin benar benar bingung pada Alvano. Apakah ia sudah memaafkan nya atau tidak? Nadin meniup lilin dan menatap Alvano yang juga menatapnya.
"Semoga panjang umur sayang," ucap Ayah dan Papa Nadin.
"Bahagia selalu sayang, jangan lupa ya," ucap Bunda dan Mama mengedipkan matanya menggoda Nadin. Nadin hanya tersenyum malu dan memeluk kedua wanita dan kedua pria itu dengan sayang.
Setelah itu orangtua nya sudah berlalu sembari membawa kue ultah Nadin keruang tengah. Sedangkan Mereka masih dianak tangga.
"PIBESDAY BEBZ! Cepet cepet kasi gua ponakan, biar ada yang manggil tante, haha" ucap Elin diakhiri bisikan.
"Ucapan nya gue copas aja," ucap Arga berniat memeluk Nadin. Namun, Alvano menarik Nadin agar mendekat padanya.
"Yah, peluk doang masa gak bisa," ucap Arga kesal. Sedangkan Elin hanya sibuk tertawa.
"GAK ADA! GAK ADA!"
"Sifat lo gak berubah, ucap Arga memeluk Elin.
Nadin hanya terdiam disebelah Alvano. Ia tidak tau harus mengatakan apa.
"HAPPY BIRTHDAY MY WIFE" ucap Alvano pada Nadin yang sedang terdiam kaku.
"Makasih," ucap Nadin tersenyum kaku.
"Ayo ngomong dibelakang aja," ucap Alvano. Ia tau Nadin menyimpan banyak tanya dikepalanya, karena sikap Alvano yang kadang berubah ubah.
"Ehm, disini hujan.. Masuk aja," ucap Nadin saat merasa dingin diluar rumah.
Alvano memakaikan jas kerjanya pada Nadin dan membawa nya masuk kedalam rumah.
"Van, kamu mau kemana?" tanya Mama.
"Mau keatas Ma, Nadin kedinginan," jawab Alvano.
"Kita duluan Ma," ucap Nadin dan mereka pun mengangguk.
•••
Disini lah mereka, dikamar. Nadin perlu bertanya semuanya. Tapi, biarlah Alvano yang akan menjelaskan.
"Kamu udah, atau belum maafin aku nya?" tanya Nadin resah dan ikut duduk disofa panjang yang berada dikamarnya.
"Aku udah lama maafin kamu," balas Alvano pada akhirnya. Nadin belum puas dengan itu, dan ia harus bertanya lagi, dan lagi.
"Terus kenapa?" tanya Nadin kesal.
"Kenapa apanya?" tanya Alvano bingung.
"Kenapa diemin aku?! mana kamu pulang malem lagi, berangkat nya pagi banget, aku minta maaf juga kamu gak ngerespon!" ucap Nadin cepat dan tajam.
"Kamu kan tau, aku akhir akhir ini lembur," ucap Alvano mengelus kepala Nadin agar istrinya itu tidak emosi.
"MANA AKU TAU LAH! Kamu gak pernah ngasih tau aku, dikabarin aja enggak!" ucap Nadin mengalihkan pandangan nya.
"TERPAKSA, sayang."
"Maksud kamu?!" tanya Nadin kini menatap Alvano penuh selidik.
"Rencana ini bukan aku yang mau, semuanya rencana mereka, aku cuma disuruh dan ngikut aja, karena itu semua buat suprise ultah kamu, sayang" jelas Alvano terus mengelus kepala Nadin.
"Kenapa gak bilang bilang sih!?" ucap Nadin kembali kesal. Meskipun tadi rasanyaa ia ingin terbang.
"Bukan suprise dong namanya," ucap Alvano diakhiri dengan tawanya.
Nadin menatap lama kearah Alvano yang sibuk tertawa tadi. Ia menjadi ikut senang, saat menyadari Alvano sudah menatapnya kembali, Nadin mengulas senyum termanis nya.
"Kenapa, hm?" tanya Alvano.
"JANGAN TINGGALIN AKU,"
•••
Jangan lupa vote
dan komen sebanyak banyaknya yya!!And, luvv<3
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...