AN-50

3.3K 87 5
                                    

Pagi menyapa pasangan yang sedang tidur berpelukan. Alvano sudah terbangun memandangi wajah tenang yang berada didepannya. Ia tersenyum lembut dan tangannya terulur mengusap pipi itu, lalu mengecup bibir itu singkat. Saat Alvano mendengar pergerakan dari Nadin, ia kembali menutup matanya untuk berpura pura tertidur. Dan benar saja, Nadin membuka matanya dan memandangi wajah tampan suaminya serta mengelus rahang tegas itu. Nadin sangat suka menyentuh bagian bagian tubuh Alvano, begitupun sebaliknya.

Nadin menarik tengkuk itu dan mengecup bibir itu lama, hingga akhirnya Alvano berakhir melumatnya. Nadin sedikit tersentak dan kehabisan napas, mendorong sedikit dada itu lalu wajahnya cemberut.

"Ternyata kamu sudah bangun, ya!" ucap Nadin mengerucutkan bibirnya.

"Memangnya kenapa hm?"

"Tidak. Hanya saja—" ucap Nadin berhenti sebentar sambil mengamati wajah Alvano.

"Kamu tampan sekali! Aku terasa bermimpi saat menciummu, wajahmu itu meresahkan!" lanjutnya mengusap wajahnya frustasi.

Alvano tertawa pelan sembari menggeleng gelengkan kepalanya. "Wajah ini milikmu, honey." balasnya mengecup pipi itu gemas.

"Ck! pokoknya kamu tidak boleh bangun sebelum aku!" kesal Nadin dengan wajah memelasnya.

"Hm? Kenapa ada konsep begitu?" herannya masih terus mengelus rambut panjang itu.

"Aku ingin memberikanmu morning kiss." Nadin terkekeh pelan dan memajukan wajahnya. Alvano mengangguk tersenyum lembut dan mengecup bibir itu dibalas Nadin dengan senang hati.

"Disini," tunjuk Nadin dibagian pipinya.

Saat Alvano mendekat ingin mencium pipi itu, Nadin kembali meluruskan kepalanya yang miring kesamping tadi. Terjadi lah kiss yang sesungguhnya, sangat singkat karena Nadin langsung meninggalkan Alvano begitu saja dengan tawa nya yang pecah memasuki kamar mandi.

"Hei! Awas kamu ya," geram Alvano terkekeh pelan. Bisa bisa nya ia terkena tipu. Tapi, Alvano tidak berbohong, ia menyukai segala perlakuan tingkah Nadin. Apapun yang dilakukan wanita itu, asal ia bahagia. Kebahagiaan Nadin adalah kebahagiaan Alvano juga.

Alvano berdiri dan memandang gedung pencakar langit dari bawah kota. Ponsel nya berdering, ia melirik keatas meja.

"Halo, Arsen?" ucap Alvano saat panggilan mereka terhubung.

"Daddy! Hari ini aku akan ke sekolah, diantar sama Pak Wawan. Mommy mana Dad?" ucapnya.

"Maafkan Daddy tidak bisa mengantarmu boy. Mommy ada disini bersama Daddy, nanti kami akan pulang. Semangat boy, oke?"

"Tidak apa Dad, pulang lah cepat bersama Mommy! Arsen berangkat dulu Dad. Bye Dad!" pamit nya berseru riang.

"Hm, belajar yang benar boy. Kalau begitu Daddy tutup." Alvano menutup telepon dan mendengar teriakan Nadin dari kamar mandi.

"SAYANG!!!" teriak Nadin didalam kamar mandi.

"Ada apa, honey?" balas nya berjalan mendekati kamar mandi.

Tak lama setelah itu, Nadin memunculkan kepalanya dibalik pintu yang sedikit terbuka. Lalu mengintip mendapati Alvano didepan pintu kamar mandi yang sedang bersedekap dada menatapnya penuh arti.

"Please, ambilkan bathrobe ku. Aku lupa membawa nya tadi," ucap Nadin dengan wajah memohonnya.

"Haruskah?" tanya Alvano memiringkan alisnya heran.

"Please, ambilkan saja."

"Keluar saja dengan tubuh itu," ucap Alvano santai berjalan menjauh dari pintu kamar mandi.

HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang