Mata indah itu terbuka menatap wajah yang sangat tampan didepannya. Ia segera melepaskan tangan kekar itu dari perutnya yang terasa berat, lalu duduk mengumpulkan seluruh nyawa nyawanya.
"Tubuhku rasanya remuk semua," ucapnya seraya merenggangkan kedua tangannya.
"Benarkah?" suara bariton itu menggelengar disekitar kamar.
Nadin tersentak dengan cepat membalikkan tubuhnya, melihat Alvano yang sudah bersandar dikepala ranjang tanpa bajunya. Yah, kalian mengertilah.
"Sejak kapan kamu berada disitu?" heran Nadin. Alvano hanya mengendikkan bahunya membuat Nadin kesal.
"Apakah itu penting? Tadi kudengar, tubuhmu terasa remuk? Benarkah sayang?" tanya Alvano dengan suara lembutnya.
"Ya, aku lelah sekali." Nadin kembali menghempaskan badannya kebelakang, mendongak menatap Alvano yang sedang menertawakan dirinya.
Alvano mengambil ponselnya diatas meja, lalu mengetikkan pesan kepada pelayannya yang berada dibawah. Lalu menutupnya.
"Kemarikan ponselmu!" pinta Nadin mengulurkan tangannya.
Tanpa rasa takut apapun, Alvano memberikannya. Baginya, miliknya adalah milik Nadin. Dan milik Nadin, adalah miliknya seorang.
"Apa perlu aku menghapus instagram mu?" protes Nadin saat melihat pesan pesan yang terus mengalir keakun milik Alvano.
"Lakukan semaumu sayang, aku tidak keberatan," lelaki itu tersenyum lembut sambil mengelus rambut wanitanya.
Nadin sedikit bangun, dan memeluk Alvano menjadikan dada lelaki itu sebagai sandarannya. "Tidak usah. Lagipula kamu tidak meresponnya, terima kasih sayang." ucap Nadin mengecup lembut bibir Alvano.
Lelaki itu mengangguk dengan senyuman khasnya. "Nanti bisa ku atur sayang, tenang saja." ia mengelus lembut belakang Nadin.
"Sekarang, ayo mandi!" ajaknya spontan menggendong Nadin yang sepertinya belum siap, ia pun terpekik kaget lalu tertawa bersama memasuki kamar mandi.
Faktanya, Arsen seperti anak yang sangat baik dan tau waktu. Ia tidak pernah merepotkan kedua orangtua nya, dan tidak mengganggu kebahagiaan mereka. Contohnya, seperti sekarang."Cepatlah Mom!! Dad!!" teriak Arsen berdiri diambang pintu, anak itu sudah siap dengan pakaian liburannya serta koper kecil yang berada disampingnya.
Alvano tertawa lucu melihat putranya yang begitu menggemaskan. "Kasihan sekali, ternyata kau sudah menunggu Son" ucapnya dengan nada mengejek.
Arsen melompat kearah Alvano dengan sigap sang Daddy nya itu menangkap tubuh kecilnya. "Terima ini, Dad!!" Arsen memukuli wajah Alvano dengan tangan kecilnya.
"Sama sekali tidak terasa sakitnya, sayang." ucap Alvano pada Nadin yang mondar mandir mengambil barang lalu memasukkannya kedalam koper.
"Kalau begitu, kau harus tumbuh lebih cepat sayang. Supaya kau bisa memukul Daddy mu itu," saran Nadin pada Arsen yang sedang asyik bersandar didada Alvano.
"Ya, Mom benar Son. Cepatlah tumbuh, apa kau tidak bosan kecil terus?"
"Berhentilah mengejeknya sayang," ucap Nadin menutup koper menuju meja rias.
Alvano tertawa puas melihat wajah Arsen yang sangat tidak bersahabat. "Ternyata, kau sudah bisa marah padaku?"
"Daddy! aku akan memukulmu!" serunya teriak didepan wajah Alvano.
"Hey sayang, jangan teriak pada Daddy. Apa Mom pernah mengajarkanmu?" tegur Nadin melihat Arsen dari balik cermin.
"Calm down honey, dia hanya bercanda. Benar begitu Son?" ucap Alvano menengahi. Tidak tega anak kesayangannya dimarahi macam betina.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND [END]
RomancePertemuan secara tak sengaja menimbulkan perasaan sejak kecil. Berpisah bukan hal yang mudah. Bertemu dengan gadis yang merubah semuanya. Dan sosok lelaki yang mampu berjuang dan bertahan. Sampai suatu ketika, kebenaran itu terungkap. Sreeettt.... U...