27• Rencana Makan Siang

6.3K 243 0
                                    

***

"Qiona mana, Wan?" tanya Ivory bergabung di meja yang sama dengan Wanda. Hanya ada Wanda di kelas saat ini termasuk dirinya yang baru masuk, semuanya sibuk di luar kelas, mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan bulan depan.

"Qiona ikut ekskul dance, dia lagi latihan kayanya," sahut Wanda. Menatap Ivory yang kini duduk tepat di depannya.

Ivory mengangguk sambil membentuk huruf o tanpa suara di mulutnya, ia baru saja mengetahui jika Qiona mengikuti ekskul dance.

"Lo sendiri, ikut ekskul apa?" Ivory bertanya.

Wanda menggeleng, "Gue males ribet, ogah ikut gituan," cengengesan Wanda menjawab lugas.

Ivory tertawa pelan, sudah hafal sekali dengan sifat Wanda yang tak suka repot, malas sih tidak, hanya saja menurut prinsipnya jika ada yang mudah kenapa harus susah.

Begitulah dia, Wanda. Mengatakan dirinya malas dengan sedikit berkelas.

"Lo abis darimana?" tanya Wanda balik. Setelah dari kantin, Ivory pergi lagi entah kemana.

"Ketemu Bu Muri," jawab Ivory. Yang langsung diangguki paham oleh Wanda, anak pintar dipanggil guru, cuma satu alasannya, berhubungan dengan lomba pastinya. Melihat Ivory yang selalu sibuk membuat Wanda pusing, padahal bukan dia yang bekerja.

"Gue boleh tanya gak?" ujar Wanda hati-hati.

Ivory menaikkan kedua alisnya, "Tanya aja, gue usahain jawab kalo bisa."

"Hubungan lo sama Kastara gimana?" Wanda bertanya sesuatu yang sangat ingin ia ketahui.

"Gimana?" Ivory mengulang pertanyaan Wanda dengan sedikit ambigu.

Wanda mengangguk, "Iya gimana, lo berdua serius."

Ivory ber-oh ria, mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Gue tau kok, lo belum bisa terbuka sama kita berdua," ujar Wanda. Menatap dengan tersenyum lembut kepada Ivory, "Tapi gue sama Qiona ngerti, entah apa yang udah lo laluin dulu. Kita berdua tau, lo orangnya gak gampang terbuka sama orang baru."

Ivory tertegun, senyuman Wanda terlihat sangat tulus. Perkataan Wanda juga seolah sangat mengerti dirinya.

"Tapi gue harap, lo bisa terima gue sama Qiona, Vo. Selama ini cuma gue sama Qiona, kita gak bisa terima orang baru sebagai sahabat, ada kenangan pahit dulu." Wanda mendadak muram mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Tapi, lo, bukan lo yang pengen jadi sahabat kita, tapi gue sama Qiona yang mau lo jadi sahabat kita berdua."

"Jangan anggap kita orang asing lagi," Wanda tersenyum lembut lagi. Melupakan persoalan yang membuatnya muram beberapa detik yang lalu, "Kita seriusan mau lo jadi bagian dari semuanya."

"Mulai sekarang," Wanda mengulurkan tangannya.

Ivory berkaca-kaca, belum pernah ia memiliki teman yang benar-benar real, selama ini semuanya hanya palsu, tak ada makna dalam pertemanannya dulu hanya ketenaran dan kekayaan.

Sesuatu yang baru? Bolehkah Ivory merasakan hangatnya persahabatan? Ivory tampak ragu ingin menggapai tangan Wanda.

"Huaaaa!!" Belum sempat Ivory mengeluarkan balasannya, seseorang tiba-tiba berseru di balik pintu kelas membuat Wanda ataupun Ivory terlonjak kaget, menatap ke arah pintu secara bersamaan.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang