91• Tekad dan Keyakinan

2.7K 127 3
                                    


♡♡♡♡

"Kasus ini gak akan pernah berhenti, sebelum orang-orang itu dinyatain bersalah secara hukum."

"Mereka akan selalu buat masalah demi dapat pengakuan."

 "Korban-korban lain pasti akan bermunculan."

"Zilian saat ini cuma salah satu dari sekian, media terlalu menyorot sekolah kita sebagai pelaku utama!"

 "Mereka bukan lagi anak sekolah, mereka adalah geng motor yang udah lama meresahkan masyarakat."

 "Perlakuan mereka benar-benar udah di luar batas, mereka semua bawa senjata tajam. Gue benar-benar muak sama mereka!"

"Siapapun ditindas, warga biasa juga jadi ikut kena imbasnya."

Kastara tampak berdiri sendirian, berkumpul dengan ramainya anak Lentera Merah yang sedang berbagi pendapat dalam rangka diskusi penangkapan geng motor yang meresahkan.

Dengan adanya keberadaan Kastara di sana, bergabung bersama mereka para Lentera Merah. Maka diubahlah niat dan keingingan mereka sebelumnya, bukan lagi untuk balas dendam dimana motto mereka ialah nyawa dibalaskan nyawa.

Melainkan akan di bertugaskannya para pihak berwajib. Geng motor yang telah meresahkan warga masyarakat tersebut akan diselesaikan dengan hukum yang berlaku.

Dan tugas mereka yang saat ini sedang berdiskusi adalah menciptakan situasi yang tak bisa membuat mereka mengelak dari hukuman yang ada.

Ravel bertugas sebagai pembicara utama, mengambil pendapat teman-temannya kemudian mengumpulkannya untuk terciptanya suatu putusan akhir.

Narel terlihat fokus melihat ke depannya, dimana Ravel dan Kastara sedang fokus berbagikan pendapat untuk melakukan rencana mereka menangkap para pelaku peresahan.

Hingga sebuah dering yang berasal dari ponselnya lantas membuat fokusnya terpaksa untuk ditarik, kepalanya ditundukkan dengan kedua mata yang menatap pada layar ponsel yang sedang menyala.

"Remos," gumam Narel membaca nama pelaku penelfon pada layar ponselnya.

"Mau kemana?" Pandu memberikan teguran karena Narel yang duduk di sampingnya tampak ingin beranjak.

"Ada telfon," balas Narel.

"Bentar aja," tegur Pandu memberikan larangan.

"Fokus dengerin, lo punya peran besar di sini."

Narel pun tak bisa berkutik, keadaan dalam tim mereka yang tidak ada Zilian di dalamnya. Jadi mengharuskan mereka dalam mengemban peran yang selama ini tidak terlalu mencolok jadi harus dianggap penting.

"Oke," cetus Narel sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana.

"Siapa?"

"Hah?"

"Yang nelfon lo," ulangi Pandu dengan lebih panjang.

"Remos," balas Narel.

Pandu mengangguk mengerti, "Mungkin dia mau tau pembicaraan ini. Bentar aja kasih taunya."

Narel menggumam sependapat, tujuan Remos menghubungi sepertinya memang karena ingin mengetahui juga hasil akhir rencana gabungan mereka.

Kastara dan Lentera Merah.

Kastara yang terlihat sedang berdiri di samping Ravel, juga ikut menatap semuanya secara keseluruhan.

"Rencana bisa aja berubah, tapi gue harap semuanya lancar dan selesai hari ini."

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang