Qiona berhasil masuk melewati penjagaan yang lengah, langkah kakinya berderap kencang menaiki satu persatu anak tangga.
Mendengarkan adanya langkah kaki yang mengikuti dari belakang membuat Qiona semakin panik dalam mengambil langkah. Ia tidak boleh tertangkap, jantungnya berdegup kencang seiring dengan langkahnya yang semakin panjang.
Qiona yang berhasil sampai di lantai ketiga langsung berteriak dengan keras, ia terkejut dengan kehadiran lemari di sebelahnya yang hampir jatuh menimpanya.
Qiona membuka matanya yang menutup sebelumnya karena terkejut, perlahan menoleh ke samping melihat keadaan lemari yang tiba-tiba tidak jadi terjatuh menimpanya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Cepat keluar dari sini!"
Qiona menggeleng cepat, ia tidak mau keluar. Memenuhi keberanian di dalam diri yang sempat surut lalu melangkahkan kakinya lagi terus maju untuk menuju pada Ivory.
Sean mendecak melihat kelakukan Qiona yang tidak mendengarkannya.
Samuel tampak membantu Sean mendirikan kembali lemari yang hampir jatuh akibat ledakan yang terjadi sebelumnya.
"Anak kecil itu!" geram Samuel lalu berjalan cepat mengejar Qiona.
Disusul Sean kemudian setelah memastikan keadaan aman di sekitar lantai tiga tempatnya sedang berada.
Langkah mereka terus berderap beriringan dengan Qiona yang memimpin bahkan juga menjadi target secara tiba-tiba.
"Apakah kamu tidak tahu apa yang terjadi di atas! Di sana berbahaya!" Samuel berteriak melihat kegigihan Qiona yang terus maju dan berada selangkah lebih cepat di depannya.
Samuel mendecak lagi, benar-benar sangat keras kepala.
Sean berada tepat di belakang Samuel, tidak berbicara banyak karena pikirannya seolah sedang terbagi dalam beberapa bagian.
Memikirkan kondisi dan situasi yang terjadi, lalu pikirannya juga terus mengarah pada seorang saudara yang terjebak menunggu kematian bersama bom yang siap meledak dalam hitungan mundur yang akan segera habis.
Qiona mendadak menjerit membuat lamunan Sean buyar bersamaan dengan langkahnya yang terus terarah ke depan.
Samuel telah mendekati, melepaskan kayu yang tidak sengaja di injak oleh Qiona hingga membuat kakinya tertimpa kayu yang lain.
"Makanya jangan keras kepala," omel Samuel sambil membantu Qiona untuk berdiri.
"Apa kamu tidak mendengarkan perintah, sudah sangat jelas diberitahukan bahwa gedung ini harus dikosongkan sampai bagian terluarnya."
"Dan kenapa kamu malah masuk?"
Qiona menunduk mendengarkan omelan dari pria asing di dekatnya. Rasanya mengerikan melihat wajah pria asing itu tertutupi seluruhnya jadi dia hanya mampu melihat matanya saja.
"Saya mau tolongin teman saya Pak," gugup Qiona berbicara pelan.
Samuel mendesah kasar.
Belum semua omelannya di keluarkan, dengan Sean yang berdiri setia menjadi penonton. Tiba-tiba saja getaran kuat kembali dirasakan oleh kaki yang berpijak pada lantai, bersamaan getaran tersebut dengan bunyi ledakan yang cukup keras tepat di area lantai di atas mereka.
Perabotan yang sudah tua tampak berguncang hebat, kayu-kayu yang berdiri rapi ikut roboh dan kemudian menggelinding jatuh menuruni tangga.
Samuel secara spontan menarik tubuh perempuan di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA
Teen FictionLET'S READ! Ini tentang Kastara Ganendra, seorang remaja laki-laki dengan kehidupannya yang terbilang luar biasa bagi seorang gadis yang bernama Emeralda Ivory Louve. KASTARA Sang pemberontak, tak suka diatur dan selalu bertindak semaunya. Memiliki...