7• Kesepakatan

9.4K 351 0
                                    


It Will Rain - Bruno Mars 🎶

***

Seulas senyum tipis terpancar dari wajah lelaki berparas tampan itu. "Serius lo setuju?"

Ivory mengerjapkan kedua bola matanya beberapa kali. Ia benar-benar dibuat bingung dengan tingkah laki-laki yang akhir-akhir ini mengganggu konsentrasinya.

Sepertinya ia memiliki kepribadian ganda deh? Iya, Ivory yakin itu. Tadi saja marah-marah gak jelas, mana pake dorong-dorong segala lagi.

Ctak!

Lamunan Ivory seketika buyar ketika Kastara menjentikkan jari tepat di depan wajahnya.

"G-gue setuju." ujarnya seketika karena refleks akibat terkejut dengan jentikkan tiba-tiba sang laki-laki.

Kastara jadi diam dan tak berbicara lagi, memusatkan pandangan pada sosok yang sedang berdiri di hadapannya. Entah apa yang sekarang berada di dalam kepalanya.

Mereka berdua berbincang mengenai permasalahan pribadi tanpa memikirkan dimana posisi mereka berada, di tepi lapangan yang saat ini ramai dipenuhi oleh kerumunan manusia. Tapi posisi keduanya cukup jauh dari pusat keramaian, jadi kemungkinan besar mereka tak akan bisa mendengar percakapan dari dua insan ini.

Kastara semakin menundukkan kepalanya. "Gue belum bilang tentang syaratnya," seringainya yang tak terlihat.

Kedua bola mata Ivory seketika membulat. Syarat? Sejak kapan perjanjian itu memilik syarat.

"Kemarin gue lupa bilang, soalnya lo terlalu banyak tanya," imbuh Kastara menambahkan alibi. "Cerewet."

"Mulut lo, lemes banget ya." cibir Ivory. Yang sayangnya tak diindahkan oleh Kastara.

"Lo masih akan setuju?" tanya Kastara guna memastikan ulang setelah memberitahu Ivory perihal syarat di dalam perjanjian itu. Entahlah apakah perjanjian yang keduanya buat ini akan saling menguntungkan atau malah merugikan salah satu pihak.

Ivory tampak berpikir. Dia belum mendengarkan syaratnya, bagaimana jika nanti syaratnya malah akan memberatkannya. "Syaratnya apa dulu?"

Sudut bibir sebelah kanan Kastara tertarik naik. "Kenapa? Takut?" Memundurkan kepala dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Kedua mata Ivory mendelik sinis. Dasar cowok nyebelin! Ingin rasanya Ivory menarik rambutnya itu, tapi sabar, dia akan melakukan itu nanti. Tunggu saja pembalasannya.

"Apapun syaratnya," ujar Ivory menggantung. "Gue tetep terima dan setuju sama perjanjian itu." putusnya setelah memikirkan dengan penuh kematangan.

Iyap, Ivory akan melakukannya. Ia akan menjalin hubungan palsu dengan Kastara, karena jika dipikir lagi banyak manfaat yang bisa didapatkannya dari perjanjian ini. Pertama; untuk menyelamatkan namanya yang sudah memburuk karena di cap sebagai pelakor.

Dan bukan cuman itu saja, keuntungan yang kedua yaitu ia bisa memberi kabar bahagia kepada kedua orang tuanya yang berada jauh darinya saat ini. Ia memang telah menyerah dengan permintaan mamanya untuk mendekati Afreen yang merupakan calon tunangannya. Tapi Ivory tak bilang, tak akan membawa pacarnya ke hadapan mamanya bukan?

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang