***
Ivory melangkahkan kakinya tanpa tertata, kepalanya beberapa kali ditolehkan ke arah belakang mengecek keberadaan pengejar. Entah sudah berapa lama ia berjalan, bahkan gadis tanpa barang bawaan itu sesekali berlari jika tempatnya berada bukan lagi di antara kerumunan manusia.
Tujuan Ivory kini tak tahu harus kemana. Saat ini hanya pergi yang terpikirkan, pergi ke mana saja untuk membebaskan diri dari jeratan keluarga Ragestu dan menemukan sendiri jawaban yang disembunyikan.
Ivory tiba-tiba berhenti di tengah-tengah pusat kota, gedung-gedung tinggi yang mengelilingi. Napasnya saling memburu dengan kening yang semakin mengkerut dalam, kedua bola mata gadis itu bergerilya memperhatikan sekeliling.
Ivory tak begitu tahu situasi ataupun seluk beluk negara yang diberi julukan negeri kanguru itu. Tapi, perasaannya seolah mengatakan kalau dia sudah keluar dari jalur yang seharusnya.
Saat tak ada jawaban terkonsep, maka memakai perasaan adalah kunci jawaban terakhir bagi wanita.
Ia tak tahu sedang dimana ia berada saat ini, Ivory memang telah berhasil lolos dari kejaran orang-orang itu. Tapi ia kehilangan arah tujuannya.
Tak ada yang berada pada dirinya, kopernya tertinggal di rumah sakit. Tas sampingnya juga tertinggal di mobil. Untung saja penampilan Ivory masih dalam kata layak atau rapi dan baik-baik saja. Jika tidak, bisa-bisa orang sekitar akan mengira ia seorang gelandangan. Ya meskipun Ivory tetap berpikir, mana ada orang secantik dia disebut gelandangan.
Ivory nampak membuang napas pelan, memperhatikan sekali lagi sekeliling. Hanya terlihat warga lokal yang saling sibuk dengan urusannya masing-masing. Sedikit bersyukur Ivory, karena dengan keramaian orang berlalu lalang itu tak akan ada yang curiga dengan dirinya yang sudah seperti buronan kelas A.
Mencoba bersikap santai, lalu melanjutkan langkah yang entah dimana akan berakhir.
***
Di sisi lain negara berjulukan negeri kanguru tersebut.
Ada yang lebih mencolok dari Ivory namun malah sangat santai seolah itu adalah suatu hal yang berhasil dimenangkannya.
"Bagaimana?"
Wanita modis nan elegan dengan kacamata bergagang emas modern yang membingkai matanya bertanya nyaris berbisik.
"Kami gagal Miss." balas pria dengan pakaian formalnya dan suara yang nyaris tak terdengar pula.
Wanita itu seketika melepaskan kacamatanya diikuti kedua kaki jenjangnya yang berhenti melangkah. Raut wanita itu masih terlihat baik-baik saja.
Menatap menuntut, agar ucapan pria di sebelahnya tadi diulang sekali lagi. Ia tak mendengarnya dengan jelas.
"Gagal." Sangat singkat padat dan jelas.
Setelah mengucapkan satu kata itu. Pria yang belum diketahui identitasnya menunduk takut, kedua tangannya disatukan di depan bersikap sopan layaknya murid teladan.
Menarik napas, memakai kembali kacamatanya dengan sangat pelan. Mengibas sekali rambutnya ke belakang, mendekat mengikis jarak satu jengkal pada anak buahnya yang masih setia menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA
Teen FictionLET'S READ! Ini tentang Kastara Ganendra, seorang remaja laki-laki dengan kehidupannya yang terbilang luar biasa bagi seorang gadis yang bernama Emeralda Ivory Louve. KASTARA Sang pemberontak, tak suka diatur dan selalu bertindak semaunya. Memiliki...