***
"Nanda Maju!" teriak Citra dari kejauhan. Ia sendiri sedang bersembunyi.
Nanda mengangguk patuh, dua langkah maju ke depan dan Nanda tiba-tiba berhenti dengan wajah terdiam bingung.
"Ini gue kena tembak ya?" Laporannya terdengar bertanya, menunjuk pada pelindung tubuh berwarna merah yang terpasang pada tubuh dan sudah terkena cairan berwarna hijau.
Citra menggelengkan kepala sambil mendecak. "Daritadi aja lo kerjanya makan terus, sekarang gak tau kan cara mainnya." omel Citra sudah terlampau kesal.
Nanda menatap datar ke arah Citra yang sedang bersusah payah bersembunyi dengan terus menembakkan senjatanya pada tim lawan, meskipun serangannya berkali-kali tak kena, Citra tetap berusaha.
Nanda mengedikkan bahunya lalu berjalan mundur.
"Mau kemana, lo?" tanya Dian salah satu anggota tim merah.
"Gue udah mati, mau makan aja," ujar Nanda tanpa dosa.
Dian berdecak, kemudian menarik kerah belakang Nanda, "Ini masih zona satu, lo masih bisa main biar udah kena tembak."
Di sisi lain, ada tim Biru yang berkali-kali memperoleh kemenangan. Meskipun ini hanya latihan, tapi mereka tetap berkompetisi dengan sengit.
"GREATT!!" Qiona memberi sorakan pada kedua teman timnya. Wanda dan Ivory sangat menikmati permainan.
"Tuhh, tuhh," Qiona mengambil tugas sebagai mata utama. Menatap menyeluruh dan mencari dimana titik lawannya berada.
Citra beberapa kali terkena tembakan cairan berwarna hijau, mengeluh pelan, "Lo berdua jago banget mainnya."
Entah apakah itu sebuah pujian atau aduan Citra ingin menyerah dari permainan.
"Udah 60 menit," kata Wanda. Melihat waktu di pergelangan tangan kirinya.
"Kita pindah ke zona dua!" Qiona begitu bersemangat ketika waktu pindah zona telah tiba.
"Kali ini situasinya bakal serius." Wanda berucap dengan seringai yang timbul di ujung bibir.
"Kita tim biru, berarti di sana." Ivory lebih dulu bergerak ke titik benteng milik tim mereka; tim biru.
"Bye, bye!!" Qiona melambai pada teman sekelasnya, namun sekarang harus menjadi musuh dahulu untuk lebih mendalami peran dalam permainan tembak-tembakan tersebut.
"Jangan tembak mereka semua," ujar Qiona. Wanda dan Ivory saling tatap bingung.
"Biar bisa ke zona tiga," lanjut Qiona memperjelas maksudnya.
"Mereka jago juga," cetus Ivory.
"Cuma belum ditunjukkin aja."
Wanda jadi ikut menimpali, "Nanda itu pinter, dia pasti udah kuasain taktik kita."
Qiona terdiam melongo, "Maksudnya? Dari tadi dia cuma akting."
Wanda mengangguk, "Kita ganti strategi." Berunding tiba-tiba sebelum waktu bersiap yang tertera di tembok khusus zona dua itu habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA
Novela JuvenilLET'S READ! Ini tentang Kastara Ganendra, seorang remaja laki-laki dengan kehidupannya yang terbilang luar biasa bagi seorang gadis yang bernama Emeralda Ivory Louve. KASTARA Sang pemberontak, tak suka diatur dan selalu bertindak semaunya. Memiliki...