Mengingat tentang Kastara. Ivory sama sekali belum mengabari lelaki tersebut tentang keberadaannya.
Sudah seminggu waktu berlalu, sejak tibanya Ivory di Australia hingga mengalami beberapa rentetan kejadian yang tak terduga.
Apakah boleh Ivory menghubungi lebih dulu. Tapi, kenapa bukan Kastara yang menghubunginya. Gadis tersebut kini dilanda rasa bingung.
"Terlalu gengsi." cetus Mora ikut duduk di kursi taman rumah sakit.
Ivory tak menoleh. Mora lanjut berbicara, "Mama aja yang gak pernah ketemu gak ragu tuh buat telfon."
"Itu Mama!" Ivory membatin berteriak.
"Udah seminggu lho kalian gak kabaran, nanti dia direbut cewek lain nangis." Mora memanas-manasi.
"Ck. Diem deh, kak!" kesal Ivory tak bisa membuat keputusan karena Mora yang berisik.
"Mau tau gak, Vo?"
Ivory balas bergumam. Jelas sekali di kepalanya masih terpikirkan pada Kastara.
"Kakak ngerasa beruntung punya kamu sebagai adik."
Mora tersenyum menatap lurus ke depan pada bunga-bunga yang sedang dihinggapi kupu-kupu.
Ivory mengalihkan perhatian dari ponsel untuk Mora sepenuhnya. Topik yang akan dibahas terasa janggal, kenapa terasa akan ada drama keluarga yang terjadi.
"Papa sama Mama nggak begitu ngekang semua keputusan aku, karena mereka punya kamu. Dan aku bersyukur karena hal itu." Mora tersenyum menatap Ivory.
"Harapan Mama dan Papa sekarang itu cuma kamu, Vo. Kamu impian terbesar mereka."
"Kakak juga udah banggain mereka," Ivory menyela. "Kakak berhasil jadi dokter. Lulus dengan nilai tertinggi dalam waktu yang bisa dibilang cepat."
"Kak Mora jangan rendahin diri lagi," ucap Ivory merasa tidak terima karena Mora merendahkan dirinya sendiri.
Mora masih memasang senyum hangatnya. Adiknya Ivory memang tak bercela, selalu tulus pada setiap keadaan.
"Kamu selalu adik kakak, Vo."
Ivory memandang Mora aneh, "Kan memang begitu kenyataannya."
"Jangan dengerin omongan orang luar, cukup keluarga kita aja."
Petuah-petuah aneh yang diberikan Mora semakin meyakinkan Ivory ada yang hal yang tidak beres terjadi.
Ivory akan segera mengungkit topik baru yang selama seminggu ini memberatkan kepalanya.
Tetapi, notif pesan muncul di layar ponselnya.
"Dari Kastara?"
Ivory menggeleng dengan raut tak terbaca.
Rasanya senang dan khawatir. Ia menatap pada Mora. "Pesan dari Mama, Papa udah siuman."
"Ayo kita masuk." ajak Mora.
Entah apa yang akan terjadi di dalam nanti. Fakta apa yang akan diketahui, apakah sesuai tebakan Ivory.
Meringankan langkah kaki untuk bergerak mengikuti.
Sesampainya di dalam ruangan yang ditempati Kepala keluarga Ragestu. Tampaklah Sang papa yang telah siuman, bertukar kata dengan senyum yang merekah pada mama.
"Papa!" seru Ivory tak bisa menahan kegembiraannya melihat papanya sadar.
"Papa sekarang rasain apa? Ada keluhan nggak?" Rentetan pertanyaan turut mengimbangi di sela-sela aksi memeluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA
Novela JuvenilLET'S READ! Ini tentang Kastara Ganendra, seorang remaja laki-laki dengan kehidupannya yang terbilang luar biasa bagi seorang gadis yang bernama Emeralda Ivory Louve. KASTARA Sang pemberontak, tak suka diatur dan selalu bertindak semaunya. Memiliki...