23• Kartu Pertama

6.9K 296 1
                                    

***

"Gue mau peluk lo, boleh?"

Suasana yang sebelumnya lengang, kini berkali-kali lipat lebih lengang. Lingkup udara dalam ruangan mendadak saja menjadi menipis, baik Ivory yang mendengar atau Kastara yang mengucapkan permintaan sama-sama menjadi canggung.

"Vo," Kastara menjentikkan jari tepat di depan wajah Ivory.

"Ayo," Kastara kemudian merentangkan kedua tangannya. Bersiap menyambut pelukan yang akan didapatkannya dari Ivory.

Ivory berkedip-kedip, ini serius dia akan memeluk Kastara. Meskipun sudah pernah dipeluk sebelumnya, tapi sekarang berbeda. Bedanya adalah kini Kastara yang meminta dan dia meminta perizinan, meskipun pada akhirnya tetap bersifat memaksa karena permintaannya tak bisa ditolak oleh Ivory.

Itulah kelebihan 3 kartu permintaan; tak bisa ditolak.

"Gak lebih beneran," ujar Kastara seolah mengerti ke mana arah pikir Ivory.

"Waktu itu khilaf Vo, suer deh. Kali ini enggak."

Ivory memicingkan mata tak percaya, tidak ada yang tau jika kali ini Kastara akan kembali khilaf bukan, apalagi situasi saat ini sedang sepi, tengah malam lagi. Mustahil Ivory akan kedatangan tamu, berbeda dengan dulu ada bunyi bel rumah yang mengingatkan.

"Hm." Kastara menggerak-gerakkan sepuluh jari jemarinya.

"Awas ya!'

Akhirnya Ivory bergerak maju, berhambur ke dalam pelukan Kastara. Entah kenapa laki-laki yang memiliki julukan pemberontak di SMA Armada itu sangat menyukai pelukan, sudah dua kali ia memeluk Ivory di tempat yang sama pula.

"Makasih," gumam Kastara memeluk Ivory dengan erat tapi tak menyakitkan untuk gadis itu.

Kastara selalu merasa nyaman dalam dekapan itu, pertama kali ia tak menyadarinya, dan kali ini ia meminta pengulangan untuk meresapinya.

"Jangan tegur, kenapa jantung gue detakannya kencang banget."

Sebelum Ivory mengeluarkan komentarnya mengenai debaran hebat di dadanya, Kastara lebih dulu membentengi.

"Lima menit lagi," pinta Kastara pelan namun masih bisa didengar Ivory. Dan belum sempat Ivory mengeluarkan protesannya, Kastara sudah lebih dulu menjatuhkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.

"Kasta," panggil Ivory pelan terkesan kaku. Tubuhnya tiba-tiba membeku, mungkin saja hal itu juga mempengaruhi suaranya.

"Gue suka," lo, ujar Kastara melanjutkan dalam hati. "Gue harap bisa dapetin pelukan ini tiap harinya," harap Kastara dalam hati.

Ivory menelan salivanya, apa yang disukai Kastara?

"Gue suka dipeluk kayak gini," seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan Ivory. Kastara melanjutkan kalimat tentang apa yang disukainya.

"Udah bisa lepas?"

Kastara menggeleng, tak terlihat memang tapi Ivory dapat merasakan pergerakan kepala Kastara di atas bahunya. "Pegel juga Kastara," keluh Ivory. Mencari alasan agar bisa melepaskan diri.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang