103• Letusan warna-warni

2.3K 78 0
                                    

♡♡♡

Telah terlihat di sekitar pesisir pantai yang ramai ditempati orang-orang untuk menunggu waktu perayaan tahun baru, sudah terdapat Ivory, Wanda dan Qiona yang melangkah bersamaan.

"Mereka semua dimana?"

Pertanyaan Qiona ditujukan kepada teman-teman pacar Ivory.

"Kastara bilang mereka bagi tugas buat belanja." Ivory menyampaikan apa yang diketahuinya.

Memang Kastara, Athan dan Saad berinisiatif membagi tugas yang seharusnya dikerjakan para perempuan. Bukan seharusnya karena perbedaan gender, hanya saja demi kesetaraan keadilan yang berlaku.

Mereka para lelaki telah melaksanakan tugas yang diberikan, tetapi karena suatu halangan dan alasan yang lain menyebabkan Qiona harus dijaga dan membuat mereka tak bisa melaksakanan tugas semestinya.

Jadilah Kastara, Athan, Saad dan Haidar berbagi tugas yang dikira dapat dikerjakan dalam sekali jalan.

"Gue merasa bersalah karena jadi mereka yang kerjain semuanya," ungkap Qiona merasakan perasaan memberatkan yang mendadak muncul. Kecerobohannya telah membuat temannya kesusahan.

"Gue minta maaf," ucap Qiona menatap kedua temannya bersungguh-sungguh.

"Jadiin pembelajaran aja Qio, jangan suka ikut orang gak dikenal," balas Wanda terdengar menasehati.

Ivory mengangguk menyetujui.

Memang Qiona telah menceritakan rentetan kejadian yang menyebabkannya sampai tertidur di atas gendongan Samuel.

Qiona diajak seseorang, dan menurut Qiona sendiri ia mengenal orang-orang itu makanya mengikuti kemana ajakan yang diberikan.

Tapi ketika sampai di tempat yang dituju, ia malah tersesat sendirian. Dan entah setan dari mana datang mendekatinya, ia malah tertarik mencicipi minuman keras yang seharusnya tidak boleh dirasakannya.

Qiona khilaf kawan-kawan, dia berjanji tak akan mengulanginya lagi.

"Untung aja Pak Samuel temuin lo, coba enggak. Gak tau deh nasib lo Qio," decak Wanda benar-benar akan kebakaran jenggot jika sampai Qiona mengalami tragedi yang diceritakannya yang berhasil digagalkan oleh Samuel.

Ivory bergerak merangkul bahu Qiona, "Jangan buat kita cemas lagi ya Qio. Wanda sampe nangis loh."

Wanda memukul Ivory, "Gak sampe nangis juga ya!"

"Berkaca-kaca," perbaiki Ivory kemudian. Diberikan decakann lagi oleh Wanda.

"Gue khilaf, sumpah. Gak akan lagi." Pungkas Qiona berjanji dengan sungguh-sungguh.

"Iya Qio, percaya!"

Percaya atau tidak percaya, mereka akan mengatakan percaya saja. Qiona dan keingin tahuannya adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan.

"Wow!"

"Wah!"

Pukau Wanda dan Qiona berbarengan, menatap takjub kepada pemandangan indah di atas langit malam yang berada tepat di atas pantai.

Letusan warna-warni benar-benar menghipnotis mata.

Ivory tak bisa mendeskripsikan apa yang sekarang dilihatnya, terlalu indah sampai mulutnya terbungkam tanpa mampu mengutarakan apapun.

Suasanan ramai, dengan kesejukan angin malam di pesisir pantai mampu membuat siapa saja melupakan kegundahan hatinya.

Ajang melepaskan stress. Ivory akui ia merasa tenang di tempat itu, bayang-bayang bersalah yang selalu hinggap di kepala mendadak sirna seketika.

"Ivory! Wan! Qio!"

Ketiganya mendengarkan bersama, tapi hanya Wanda yang akhirnya berbalik.

Nanda tampak berjalan dengan langkah cepat menghampiri ketiganya yang sedang memandangi letusan warna warni tepat di atas langit malam.

"Lo kenapa?"

Wanda menatap heran, Nanda kelihatan bernapas tergesa. Seolah perempuan itu habis berlari marathon saja.

"Gue habis kejar Saad sama Athan," adu Nanda telah menopang kedua tangannya di atas pinggang. Menatap ketiganya bergantian.

"Main kejar-kejaran?"

Nanda mendecak mendengar penuturan Qiona. Tak tahu saja alasan ia mengejar karena Saad dan Athan yang mengendap-endap mencurigakan keluar dari penginapan.

"Lo bertiga ayo, Citra sama Dian udah di sana sama yang lain."

"Gue disuruh cari lo bertiga, Kastara dan Haidar juga udah mencar."

Ivory sontak menyeletuk, "Kenapa gak hubungin aja?"

Ponsel kan ada, seharusnya menghubungi saja agar lebih mudah.

Nanda kontan mendecak lagi, "Lo bertiga gak ada yang jawab," ucapnya.

Sontak saja ketiganya mengecek ketersediaan ponsel. Dan benar saja mereka tidak ada yang membawa, Qiona terlihat mengeluarkan tapi ponselnya dimatikan daya.

Ketiganya menyengir menatap Nanda yang kelelahan.

"Maaf Nan, ayo kita pergi," ucap Ivory sembari melangkah mendekati Nanda.

Qiona bersama Wanda juga langsung melangkah berdama menyusuli keduanya.

"Kalian dari mana sih?" Nanda memberi tanya penasaran.

"Dari penginapan, terus jalan-jalan di sini," jawab Ivory.

"Tadi gue sama Dian gak sengaja lihat cewek digendong laki-laki ganteng, ceweknya mirip banget sama Qiona."

Qiona menelankan ludahnya pelan.

"Pakaiannya juga sama," tunjuk Nanda menatap memicing penuh tanya.

"Daritadi kita bertiga bareng, gak ada tuh Qiona digendong," sahut Wanda memberikan pembelaan.

"Iya Nan, dari tadi Qiona bareng kita berdua. Salah lihat kali lo," imbuhkan Ivory turut mendukung alasan yang dibeberkan Wanda.

"Iya kali ya," angguk Nanda langsung mengubah pandangan. "Sama sekali gak pisah kan?"

"Soalnya tuh cewek kelihatan mabuk, Dian sih yang nebak. Gue gak tahu ya gimana mabuk yang sebenarnya," cetus Nanda menjadi tak memikirkan lagi.

Ivory, Wanda dan Qiona kompak menghela napas penuh kelegaan.

RALL

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang