98• Terbuka

2.7K 103 4
                                    


♡♡♡


Hembusan angin pantai sangat segar dirasakan saat menyapu permukaan kulit. Tarikan napas Ivory menjelaskan seberapa segar juga udara tersebut masuk ke dalam pernapasan.

Kedua kaki Ivory tampak menjuntai ke bawah, dengan kedua tangan yang digunakan menumpu di belakang tubuh.

Wajahnya mendongak ke atas, terpejam sembari merasakan tiap angin yang mengenai kulitnya.

Deru ombak pantai yang bersahut-sahutan juga semakin menenangkan suasana.

Ivory menyukai suasana saat ia duduk di salah satu balkon cafe yang mengarah langsung pada pantai.

"Vo."

Lamunan Ivory seketika buyar, menoleh menatap pemanggil yang terlihat sedang menjulurkan satu gelas minuman.

"Thanks," ucap Ivory menerima pemberian Wanda.

Wanda balas menggumam, dan kemudian ikut duduk di sebelah Ivory. Kakinya sama ikut dijuntaikan ke bawah, dan mereka sama-sama terdiam menikmati pemandangan pantai dari atas.

"Gimana keadaan lo Vo?"

Ivory menoleh menatap Wanda, "Tiba-tiba banget?"

"Rasanya aneh kalo gue gak tanyain itu," balas Wanda tertawa pelan.

"Gue baik Wanda," ujar Ivory tersenyum lembut.

"Tapi Wan," sambung Ivory kemudian.

Matanya menerawang jauh ke depan sana, seolah ia bisa menyelami indahnya lautan hanya dengan berdiam seperti itu.

"Gue selalu pikirin Elodie," sebut Ivory dengan melirih.

"Apa dia baik-baik aja sekarang?"

Wanda hanya mampu mengatupkan mulut, memberi tatap yang mendalam terhadap Ivory.

"Ceritain ya Vo," ucap Wanda. "Ceritain apapun perasaan lo, jangan dipendam sendiri."

Ivory tersenyum lembut lagi memandangi langit yang terhampar luas di atas pantai.

"Makasih ya Wanda, gue bersyukur banget punya lo semua sebagai sahabat. Gue mungkin gak akan bertahan dan bisa berada di sini nikmatin semuanya, kalo gak ada kalian."

"Ck. Jangan ngomong gitu," decak Wanda sedikitnya merasa kesal karena ucapan Ivory.

Wanda paling membenci masa-masa itu, masa di mana Ivory yang berubah. Menjadi lebih pendiam, tidak bertegur sapa dengan mereka, memikirkan segala kemungkinan buruk yang dapat terjadi.

Masa itu memang tidak lama dijalani, karena Wanda dan yang lainnya cepat mengatasi kehilangan Ivory.

Tapi bagi Wanda, itu adalah cobaan terberat. Apalagi saat Ivory mengurung diri, mencoba menyakiti dirinya sendiri karena merasa bersalah terhadap Elodie.

"Lo juga berharga buat kita Vo, kalo lo hilang apa lo gak pikirin gimana kita yang tersisa di belakang."

"Bukan cuma Kastara yang takut kehilangan lo. Ada gue dan Qiona kita takut kehilangan sahabat terbaik kayak lo Vo."

Ivory menerima setiap perkataan Wanda. Menyerapi tiap makna kata yang diutarakan Wanda. Ivory lantas menitikkan air mata.

"Gue ngerasa bersalah Wan," ucap Ivory dengan air matanya yang perlahan menuruni pipi.

Wanda terkesiap, mendekati Ivory cepat dan memeluk sahabatnya itu dengan erat. Tidak pernah Ivory menangis secara terbuka, selalu menyembunyikan kesedihan membuat Wanda terkejut dengan perubahan Ivory saat ini.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang