76• Inilah akhirnya?

3.4K 159 10
                                    


Langkahnya terus maju, menatap dengan kedua bola mata legamnya yang indah ketika melihat Ivory berdiri di antara beberapa orang.

Wajahnya tertutupi dengan baik sehingga hanya menyisakan kedua bola matanya yang berwarna hitam pekat saja dapat terlihat.

Sean dan Samuel berdiri siaga, mempersiapkan ancang-ancang ketika mengangkat senjatanya yang akan mengeluarkan peluru apabila pelatuknya ditarik.

Qiona berdiri tak gentar seolah tak mengenal rasa takut, ia menjadikan tubuhnya melindungi Ivory.

"Qio," gumam Ivory merasakan tangan Qiona yang sedang memegangnya terus bergetar.

"Qiona," panggil Ivory hendak menarik Qiona.

"Mereka bahaya Vo," tutur Qiona menatap takut-takut pada kawanan misterius bertopeng yang sedang mengelilingi mereka.

Ivory menyadari nada suara Qiona tidak lagi sama, perempuan itu bergetar berucap.

"Qiona mundur," pinta Ivory.

Qiona menggeleng ia tetap berdiri memasang badan melindungi Ivory.

Satu tembakan terdengar dilepaskan, terlihat Rystin berdiri berhadapan dengan Raya. Keduanya sama-sama berdiri hingga tak cukup sedetik setelahnya Rystin tak sanggup lagi mempertahankan tubuhnya.

Ia jatuh sembari memegangi dada bagian kirinya yang sebelumnya terkena tembakan oleh Raya.

"Saya tidak tahu apapun mengenaimu, tapi penyebab kehancuran keluargaku adalah kau salah satunya."

Rystin menggeleng pelan, tubuhnya tergeletak di bawah dan segera menjadi perhatian utama anggotanya.

"MISS RYSTIN!"

Rystin merasakan tubuhnya diangkat, ia masih dapat melihat dalam samar-samar mata yang ingin segera menutup.

Wajah cemas orang-orangnya, satu hal yang tidak akan disesali Rystin jika meninggal hari ini adalah ia yang tidak jadi mengganti anggotanya.

Rystin kemudian memejam sembari menggumam sesuatu, "Saya percaya," setelahnya kesadaran Rystin benar-benar terenggut.

Pemandangan Rystin yang sedang ditarik naik ke atas helikopter menggunakan tali juga sampai pada radar penglihatan Ivory.

Raya masih berdiri membelakangi, terlihat punggungnya yang bergetar pelan.

"Semuanya akan mati, tanpa terkecuali," gumam Raya dengan tangisnya yang meluruh tanpa diperintah.

Melihat waktu tersisa 3 menit lagi, Raya kemudian melihat jumlah peluru yang dimilikinya adalah tersisa dua.

Qiona merasakan ketakutan yang luar biasa, tubuhnya bergetar tak bisa dikendalikan lagi. Ia meluruhkan air mata pada sebelah matanya saja, lalu ia dengan cepat menghapusnya.

Ivory tiba-tiba merasakan keanehan terhadap Raya, setelah semua anggotanya tumbang dan setelah ia mencelakai orang-orang yang tidak bersalah. Selanjutnya apa lagi yang akan diperbuatnya dengan hanya berdiri diam seperti itu.

Beberapa orang bertopeng tampak berjalan mendekati Raya dengan langkah yang pelan, mereka siapa sebenarnya. Apakah mereka juga komplotan Raya?

Raya berdiri tenang sambil terus memperhatikan hitungan mundur yang terdapat di genggaman tangannya.

Saat angka dua telah muncul, dalam satu kali tarikan napas Raya menyimpan benda itu ke dalam saku celananya. Kemudian badannya berbalik dan terkejut melihat tiga orang yang sedang mendekatinya diam-diam.

Raya menyeringai di wajahnya, maju menyerang dengan tangan kosong.

Ia tidak akan lengah dan membiarkan kesempatannya hilang begitu saja.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang