40• Di Luar Rencana

4.8K 212 0
                                    

***

"Udah Zia, kita nggak boleh buat keributan di sini."

"Zi, biarin mereka lewat aja."

"Iya, Zi, bu capt udah kasi peringatan lho. Kita gak boleh buat keributan lagi."

Namun semua usaha yang dilakukan oleh mereka untuk menghentikan hanya dianggap angin lalu oleh Zia, perempuan berwajah judes itu seakan tuli dengan keadaan.

Ivory yang menjadi sasaran merasa bingung sendirian, karena menurutnya ia baru saja tiba di tempat ini, tapi kenapa Zia terus melayangkan tatapan tak suka secara terang-terangan kepadanya.

Apakah ia ada salah? Atau mereka pernah bertemu sebelumnya?

Tapi Ivory tak bisa mengingat apapun.

"Tenang aja Vo, kita nggak bakal tinggalin lo sendirian di sini." Wanda memberikan suara untuk memperingati Zia bahwa tak ada yang akan kembali ke jalan semula.

"Lo mau duel?" Wanda sepertinya sangat tertarik menunjukkan kemampuannya. Sedari tadi ia terus memancing untuk berduel.

"Gue mau lawan dia," kata Zia menunjuk Ivory. Tatapan matanya tak juga surut, ada alasan pastinya kenapa ia tiba-tiba membenci Ivory.

"Vo, lo kenal sama dia?" Qiona yang memang berdiri di belakang Ivory bertanya berbisik.

Ivory menggeleng. "Gue baru ketemu juga."

"Ivory ada masalah apa sama lo?" Wanda bertanya bingung. Terlalu terang-terangan, membuat tindakan ketidaksukaan Zia terhadap Ivory diketahui semua orang.

"Gue gak suka orang pemberontak," ujar Zia menjawab lugas.

"Alasan gak masuk akal," sahut Ivory menanggapi. Ia tak pernah memberontak, kenapa gadis judes itu malah menanggapinya sebagai pemberontak di awal perjumpaan.

Zia menjadi semakin berang, karena Ivory berani menyelanya.

"Zia, gak usah kekanakan!" tegur salah seorang dari mereka semakin keras.

"Berhenti sebut gue kekanakan!" balas Zia tak suka disebut demikian.

"Kalau Sean-"

"Jangan sampai Kak Sean tau!" Zia lebih dulu menyela dengan keras.

"Gue mau tanding sama lo!" tunjuk Zia pada Ivory.

"Gimana, Vo?" Wanda menanyakan ketidak siapan Ivory.

Ivory mengangguk saja, "Gue cuma mau cepat pergi dari sini." Menyanggupi karena ingin segera pergi dari tempat itu.

"Lewatin semua rintangan itu, dan yang sampai duluan dia yang menang."

Zia menunjuk serangkaian pelatihan yang biasa digunakan oleh mereka. Melewati lumpur, merangkak melewati jaring-jaring besi dan lain sebagainya.

Qiona sontak melotot tak percaya, "Gak adil dong buat Ivory! Tiap hari lo lakuin itu, pasti lo yang menang lah!"

"Zia! Itu keterlaluan, fisik mereka gak sekuat kita." sahut yang lain mendukung selaan Qiona.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang