Indonesia, Armada School.
Sekolah baru saja dihebohkan dengan sebuah kejadian. Dan sorotan dalam kejadian tersebut tentu saja Sang pelaku utama.
Pak Nurdin selaku guru penata ketertiban sekolah atau yang bergerak untuk menyelesaikan masalah apabila terjadi, telah berada di tempat melaksanakan tugas.
"Eh, awas lo semua!"
Qiona dan Wanda menerobos paksa perkumpulan anak-anak di depan ruang Bimbingan Konseling.
Abdan dan Kastara terlihat duduk bersisihan. Menghadap pada pak Nurdin dengan meja persegi panjang sebagai sekat.
Saad dan Haidar ikut masuk sebagai saksi apabila dibutuhkan, karena keduanya memang berada di lokasi kejadian perkara terjadi.
Kastara terlihat babak belur di bagian wajahnya. Sedangkan Abdan tampak baik-baik saja dari luar, tetapi terus meringis memegangi perut.
Pak Nurdin menarik napas panjang. "Siapa yang mau jelasin kejadian hari ini?"
Matanya menatap dua murid di hadapan secara bergantian.
"Saya pak," ajukan diri Saad seraya mengangkat tangan kanannya ke atas.
"Iya, Saad." persilahkan pak Nurdin.
"Yang salah Abdan Pak."
Abdan kemudian menyela cepat. "Enggak Pak!"
"Gak bohong maksudnya." Haidar ikut menimpali juga.
"Saya serius!" Pak Nurdin lantas memukul meja.
Saad dan Haidar jadi terdiam. Abdan melotot tajam pada keduanya.
"Dia bawa senjata tajam ke sekolah, Pak."
Kastara membuka suara memecah keheningan setelah kemurkaan sesaat Pak Nurdin.
"Gak usah fitnah ya!" Abdan berdiri sambil bersiap menonjok.
Kastara menyeringai. "Gak usah ngegas."
Melepaskan jeratan tangan Abdan pada kerah seragam putihnya.
"Karena perbuatan kalian hari ini, ada siswa gak bersalah yang harus jadi korban."
"Salah sendiri muncul jadi pahlawan kesiangan," celetuk Abdan tak merasa bersalah.
"Kalau orang tua siswa ini menuntut, kalian mau tanggung jawab?"
Pak Nurdin tampak resah melepaskan kacamatanya.
"Saya siap tanggung jawab." Kastara menjawab pendek.
"Hukuman akan tetap saya berikan, karena kalian berbuat onar di lingkungan sekolah. Dan khusus Abdan, panggil orang tua kamu ke sekolah. Saya tunggu sampai besok."
"Kok?" Abdan menyahut tak terima.
Pak Nurdin memijiti dahi. "Banyak saksi mata yang lihat kamu bawa senjata tajam."
Abdan mengepalkan tangan erat. Jelas ini adalah jebakan. Sial!
"Semangat ya!"
Saad menepuk bahu Abdan dan memberi tawa mengejek.
"Hukumannya bisa saya kerjain besok, Pak? Saya mau ke rumah sakit."
Pak Nurdin tampak berpikir. Kemudian mengangguk mengiyakan, biar bagaimanapun ia tak bisa menutup mata dengan hubungan pembuat onar dan ketua OSIS Armada itu.
Saat keluar dari ruang pemecah masalah tersebut, semua murid yang sebelumnya berkerumun sontak memecahkan diri. Jelas menghindari masalah karena telah menggosipi Kastara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASTARA
Teen FictionLET'S READ! Ini tentang Kastara Ganendra, seorang remaja laki-laki dengan kehidupannya yang terbilang luar biasa bagi seorang gadis yang bernama Emeralda Ivory Louve. KASTARA Sang pemberontak, tak suka diatur dan selalu bertindak semaunya. Memiliki...