35• Penginapan Greenie

5.9K 243 1
                                    

***


Waktu terus berjalan tanpa terasa ketika mereka mulai bersenang-senang menikmati perjalanan di dalam bus.

Waktu sore menjelang malam telah tiba, tepat pukul 4 lewat 45 menit, bus-bus yang ditumpangi rombongan anak SMA Armada telah tiba di tujuan.

Kurang dari 15 menit lagi jam lima pas akan tertunjuk.

Bus-bus berwarna biru, yang berisikan siswa-siswi SMA Armada berbaris teratur memasuki pekarangan luas yang sebelumnya juga telah melewati gerbang besar yang menjulang tinggi ke atas di depan sana.

Tempat dengan pekarangan luas, yang dikelilingi beberapa gedung tinggi bertingkat-entah berapa itu, tampak sangat bersih terlihat dari balik jendela bus.

"Wahh, kita bakal tinggal di sini," takjub Qiona berseru. Tak berpaling dari pemandangan di luar sana. Meskipun sudah agak gelap, tetapi, penampakan gedung tinggi masih dapat terlihat jelas melalui mata.

Tempat itu semacam gedung diklat-pelatihan, tapi tak bisa dikatakan demikian juga, karena tempat itu berbeda dari hal yang disebutkan. Hanya saja jika ada perumpamaan yang pas mengenai tata letak gedungnya yang bersusun teratur tersebut, gedung diklat bisa kita sebutkan.

Ini baru bagian depannya saja yang terlihat, depan posisi tengah. Lapangan yang bisa disebut juga sebagai-pekarangan luas rumah orang kaya. Kendati demikian, pekarangan itu bukan hanya kekosongan.

Entah kejutan apa yang akan menemui di dalam gedungnya? Belakang gedungnya? Sekeliling?

Bus-bus berjejer dengan rapi, dari kiri hingga kanan seolah sedang berbaris dengan jarak sekitar 3 meter. Tak lama setelah kegiatan parkir-memarkir yang terlihat sangat satisfying tersebut berlangsung, pintu bus masing-masing terbuka dengan kompak. Layaknya yang bertugas membuka pintu telah saling menghubungi, dan saat hitungan ketiga pintu akan dibuka bersamaan.

Satu-persatu murid SMA Armada keluar dari dalam bus dengan teratur, berhamburan di tengah-tengah lapangan yang mulai agak menggelap.

Terlihat ada lampu di pinggir-pinggir lapangan, bahkan ada lampu juga terlihat di atas ring basket yang berada tak jauh dari mereka berada sekarang. Mungkin belum waktunya dinyalakan, jadi masih terlihat gelap.

"Pelan-pelan," ujar Haidar menarik Qiona yang sangat antusias ingin segera turun.

Qiona berbalik, "Pengen turun juga," ujarnya.

Haidar menggeleng, "Sabar masih banyak orang." Larangnya pada Qiona yang mungkin saja akan terjatuh karena saling dorong dengan yang lain.

"Ayo," ajak Athan memberikan jalan untuk Wanda lebih dulu.

"Kenapa gak turun?" tanya Ivory keheranan melihat Kastara tak bergerak dari posisinya. Jalan untuk keluar ada pada Kastara, jika Kastara tak turun maka ia juga tak bisa keluar, pasalnya Kastara menghalangi jalan.

"Awas, awas," ujar Saad berusaha menerobos. "Air panas, air panas!" Saad semakin heboh ingin membuka jalan, kedua tangannya bertingkah seolah sedang memegangi mangkok.

"Silahkan, nyonya Citra," persilahkan Saad dengan bergaya pada teman sebangkunya di perjalanan bus tadi.

Citra menggelengkan kepala, ada-ada saja tingkah Saad, tak bisa mendapatkan jalan dengan cara yang sabar maka menipu pun jadi.

KASTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang