"Nathan, kamu adalah milikku!" seru Milana, tepat di hari ia akan berangkat ke PyeongChang, Korea Selatan untuk bertanding di laga Olimpiade Musim Dingin. Nathan yang baru bertemu dengan ayah Milana hanya terdiam, seolah laki-laki itu sudah biasa melihat kelakuan Milana.
"Kamu sudah mau pergi?" tanya Nathan, lebih tepatnya berbasa-basi karena ia bosan dengan seruan Milana yang sembarangan mengatakan Nathan adalah miliknya.
"Aku bertanding di olimpiade. Lihat saja, aku akan dapat medali emas dan kamu harus janji menuruti keinginanku kalau aku menang!" Milana melompat ke punggung Nathan seketika. Salah satu hal yang disukai Milana tentang Nathan adalah betapa kuat dan tegap tubuhnya. Seolah tubuh pria ini diciptakan untuk bisa menahan beban tubuh Milana. Padahal Nathan bukan atlet, tapi otot liat dan tubuh atletisnya jauh lebih bugar ketimbang atlet mana pun yang pernah Milana temui.
"Semoga berhasil kalau begitu. Maaf, aku nggak bisa janjikan apa pun, tapi aku rasa kalau kamu menang, satu negara akan merayakan."
"No. I don't want anything. I want you," ucap Milana, memeluk Nathan dari depan. "Promise me, kalau aku menang kamu harus mau kencan denganku."
"Milana, aku—"
"Ayolah. Selama ini kamu selalu anggap aku anak kecil. Please.... look at me, Nathan. Kasih aku penyemangat supaya aku bisa bertanding. I need reward. Dan reward-ku itu kamu..."
"Tapi aku—"
"Just one date. One date!" Milana menekankan. Ia nyaris frustrasi karena selama ini cintanya bertepuk sebelah tangan. Tidak sekali pun Nathan melihatnya sebagai wanita. Meski begitu, Milana tidak mau menyerah. "Cuma satu kali kencan pun sudah cukup."
Nathan terdiam, tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk. "Oke. Aku tunggu medali yang bisa kamu bawa pulang."
Milana sontak bersorak dan memeluk Nathan dengan erat. Ia bahkan tidak keberatan meskipun Nathan tidak pernah membalas pelukannya.
***
Saat itu seharusnya menjadi momen paling bahagia dalam hidup Milana Esanatmadja, saat usai menampilkan kemampuan terbaiknya dalam short program women single skating di salah satu kompetisi figure skating paling bergengsi, Winter Olympic. Musik tema Swan Lake dengan koreografi perpaduan keindahan balet klasik dan sentuhan gothic yang berbaur dengan gerakan-gerakan seluncur es membawanya pada skor penuh nan sempurna dari para juri. Dari segi artistik dan teknik, juri memberikan Milana nilai paling tinggi di antara 12 peserta yang tampil di kompetisi. Kencan satu hari dengan Nathan, adalah sumber penyemangatnya yang membuatnya terlihat on fire baik saat latihan maupun bertanding sungguhan.
Hari itu adalah performa terbaiknya. Sorakan penonton bagai membawanya terbang ke awan dengan lemparan bunga mawar merah darah sebagai simbol kecantikan Milana sebagai sang "fatal beauty". Milana dicap sebagai malaikat yang berbahaya. Memiliki mata dan senyuman polos bak malaikat, tapi gerakannya sungguh berbahaya seperti iblis. Juri memberikan nilai tinggi untuk performa Milana. Semua lompatan yang memiliki skor tinggi berhasil dilakukan dengan pendaratan sempurna, triple axel-double toe loop, triple flip, double axel, triple lutz ditambah semua spin dan spiral sequence meraih level empat.
"Milana, kamu berhasil! Penampilan yang terbaik dan yang terbaik hari ini. Kita berhasil. Aku yakin kamu ada di urutan nomor satu."
Anita memeluknya saat Milana usai menepi ke ring setelah memberi penghormatan pada penonton yang menyerukan namanya.
"Jika kamu berhasil juga di program free skating besok, besar kemungkinan kita akan membawa pulang medali emas. Ini kabar sangat baik. Keluarga kalian akan merayakan dua kabar bahagia sekaligus." Demikian yang diucapkan Anita dan membuat perhatian Milana terpecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romance18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...