"Kamu pasti bercanda ya. Apa-apaan dengan semua baju-baju ini?"
Milana tidak sanggup menyembunyikan keterkejutannya saat di depannya terhampar tumpukan pakaian wanita yang super chic dengan variasi model. Model feminin, kasual, semi-formal hingga yang seksi. Kenapa? Tadinya ia hanya minta pakaian dalam, kenapa jadi seluruh isi kloset lemari seperti dilemparkan padanya.
"Mana aku tahu. Itu Maya yang mengirimnya. Saat aku bilang Milana akan datang ke rumahku dan minta dibawakan baju dalam dan pakaian ganti, tahu-tahu dia menyuruh kurirnya mengirim semua itu."
"What the hell? Mesti aku apakan baju-baju ini?" Protes Milana.
"Bawa sajalah. Dia sudah lama jadi fans beratmu. Maya bahkan mengelola website khusus yang didedikasikan buatmu. Dia itu seperti... Apa ya, ketua fans club Milana Esanatmadja. Aku rasa dia terlalu senang saat mendengar kabar kamu sudah kembali dan bersiap aktif di kompetisi." Jasper terdengar sangat santai, seolah yang di hadapan Milana bukan baju-baju mahal dengan harga selangit, melainkan tumpukan kardus bekas.
"Aku nggak bisa menerimanya. Ini berlebihan." Milana memijat kepalanya. Kepalanya mulai berdenyut.
"Terima saja. Maya bisa nangis kalau kamu menolaknya. Atau... Kamu bisa memakainya di kesempatan yang kamu pikir pas dengan model pakaian itu, lalu unggah saja di akun media sosialmu. Taruhan, setelah melihat pakaian yang dia berikan kamu pakai, dia bisa mimisan saking bahagianya."
Milana mengusap-usap poninya. Ia benar-benar tidak bisa protes jika menyangkut Maya, adik Jasper yang sejak dulu telah mengklaim dirinya adalah fans berat Milana.
Maya sudah mengikuti Milana ke mana-mana sejak kecil. Tidak seperti Milana yang lincah dan atletis, Maya bertubuh mungil dan fisiknya lemah. Karena kelemahannya, Maya menyadari ia lebih bahagia menyaksikan Milana berlaga di atas es. Sejak debut di kompetisi figure skating junior hingga senior, Maya selalu ada di sisi Milana untuk mendukungnya.
Saat Maya baru menekuni olahraga figure skating, Jasper dan Maya lah yang selalu menemaninya. Jasper bahkan lumayan jago berseluncur di atas es. Andai kemauannya kuat sebagai atlet, bisa saja Jasper saat ini sudah menjadi pasangan Milana di nomor pairing.
Sayangnya—atau untungnya?—Jasper lebih memilih mewarisi bisnis media yang dirintis oleh ayahnya. Menurut Jasper, berseluncur hanya hobi sampingan yang kebetulan sangat dikuasainya, tapi dia lebih memilih bekerja di balik meja ketimbang menghabiskan waktu berkeringat di gelanggang.
Ah, pembicaraan tentang pakaian-pakaian kiriman Maya ini membuat Milana lupa sama sekali tentang tujuannya menemui Jasper.
Astaga.
Setengah jam kemudian, Milana yang baru selesai mandi kembali ke ruang dapur, menyusul Jasper yang sibuk memasak dengan mengenakan apron.
"Kamu mau pamer kalau kamu bisa masak? Karena itu kamu mengajakku makan di rumahmu?" Milana sudah mengambil tempat duduk di meja makan. Karena baju yang dikirim Maya tidak ada yang cocok untuk dikenakan siang hari santai seperti ini, Milana sudah cukup puas dengan meminjam t-shirt Jasper.
"Begitulah... Kapan lagi aku bisa 'menjebak'mu datang kemari?" Jasper terlihat riang. Ia menyodorkan sepiring risotto yang baru selesai di masak dan diberi pinggiran garnish. Adegan ini mengingatkan Milana akan kompetisi masak di TV.
"Aku bisa bilang kamu bakal jadi suami yang baik, itu kalau kamu berhenti kencan dengan perempuan-perempuan nggak jelas." Milana menyendoki risotto di piring dan mengangguk mantap. "Ini enak. Kamu seharusnya juga buka restoran."
"I already have."
"Oh ya? Kapan? Di mana?"
"Restoran yang kamu datangi tadi sekarang adalah restoranku. Inilah akibatnya kalau yang ada di kepalamu hanya Nathan dan olahraga skating. Kamu mengabaikan kabar orang-orang di sekitarmu," tukas Jasper berpura-pura seolah ia sedang merajuk.
"Maaf, aku benar-benar—"
"Yap, kamu benar-benar kejam dan nggak sensitif, tapi karena aku sayang sama kamu tentu saja aku maafkan. Apalagi kalau kamu sekarang ada di rumahku dan makan masakan yang aku buat untukmu." Jasper menyapukan nasi yang menempel di bibir Milana dengan jarinya.
Milana tiba-tiba merasa tidak nyaman. "Jasper, aku—"
"Kamu mencariku karena berniat minta bantuanku untuk menarik pemberitaan tentangmu hari ini kan?"
Milana merasa malu. Ia sudah banyak merepotkan Jasper sejak dulu, tapi dari dulu Milana hanya sesekali mempedulikan sahabatnya itu. Setahun ini Milana hanya memikirkan bagaimana caranya melupakan Nathan dan bisa kembali berseluncur. Ia mengabaikan telepon dan pesan dari orang-orang yang memikirkan dirinya, termasuk Jasper. Dan sekarang Milana dengan tidak tahu malu datang menemui Jasper untuk meminta bantuannya. Wajar jika Jasper menyebutnya perempuan egois.
Tapi... Milana terpaksa melakukannya.
"Yes. Aku butuh bantuanmu."
"Sudah selesai." Jasper bicara dengan nada yang tenang.
"Apanya?" Milana bertanya kebingungan.
"Aku sudah membereskannya. Memangnya kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan dan khawatirkan? Aku mengenalmu sejak kecil, Milana... Aku tahu apa yang terbaik dan buruk bagimu."
Milana terdiam, ia memeriksa ponselnya dan menyadari bahwa pemberitaan tentangnya hari ini sudah tidak ada di pencarian. Beberapa situs sudah menyingkirkan nama Milana Esanatmadja di kata kunci utama. Memang pengaruh Jasper bukan main-main di dunia media. Jabatannya sebagai direktur utama dan komisaris di beberapa media ternama membuatnya menjadi sangat mudah mengendalikan pemberitaan di media. Menakjubkan, tapi juga sekaligus mengerikan.
"Wow, sudah menghilang beritanya."
"Aku mungkin cuma bisa membantumu kali ini saja. Netizen sekarang lebih pintar, mereka akan tahu ada orang media yang melindungimu. Karena itu kalau ada pemberitaan seperti ini lagi, aku mungkin nggak akan bisa membantumu." Wajah Jasper tampak serius.
Milana menggeleng. "Apa yang kamu lakukan sudah lebih dari cukup. Aku janji, ini terakhir kalinya."
Jasper menggenggam telapak tangan Milana. "Aku belum selesai bicara. Aku bilang, aku tidak akan bisa membantumu untuk kedua kalinya, kecuali.... Kamu mempertimbangkan untuk jadi pacarku. Aku nggak akan ragu untuk melindungimu dan melakukan hal seperti ini sebanyak apa pun itu."
Milana terdiam. Mendengar pernyataan Jasper barusan membuatnya tak berdaya. Ia sudah lama mengetahui Jasper memang menyukainya, tapi selama ini Milana mengira Jasper nggak akan melangkah lebih jauh karena jauh di lubuk hati Milana dan Jasper sekarang, mereka tetap ingin selalu dekat dan selalu berteman. Milana pun lebih nyaman di dekat Jasper jika tidak ada romantisme di antara mereka.
Sekarang, Milana menyadari hari-hari pertemanan yang indah itu mendekati akhir dengan pernyataan Jasper barusan.
"Maaf, Jasper... Aku nggak bisa."
Milana tidak sanggup melihat wajah sedih dari sosok yang disayanginya sejak kecil, tapi ia tidak ingin terus-menerus melukai Jasper dengan memberikan harapan palsu.
"Untuk sekarang. Aku sudah tahu itu, tapi aku masih punya waktu membuktikan. Aku yakin nantinya kamu akan memilihku ketimbang Nathan. Sekarang habiskan makan siangmu, aku mau merokok di teras."
Milana mengangguk. Merasa bersalah setelah menatap punggung laki-laki yang berjalan meninggalkannya. Suara getar ponsel menyela pikiran Milana. Di meja masih tergeletak ponsel Jasper. Milana mengintip sedikit dan mencari tahu siapa yang menghubunginya. Jantungnya terasa mencelus saat membaca nama di layar itu.
Tatiana.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/277892827-288-k566674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Lãng mạn18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...