Milana terbangun karena sinar matahari yang menyilaukan. Ia tidur di sofa bed di ruangan VVIP pasien. Saat membuka mata, siluet Nathan dengan latar sinar matahari muncul di hadapannya. Buru-buru Milana bangkit.
"Akhirnya bangun juga si tukang tidur. Aku kira kesehatan pasien seharusnya diutamakan dengan istirahat yang cukup tanpa gangguan. Tapi apa yang aku dapat? Aku malah tidak bisa tidur karena seseorang tidur dengan dengkuran yang keras mengganggu istirahatku," keluh laki-laki itu memutar tubuhnya kembali ke ranjang.
Milana masih berusaha mengumpulkan nyawa. Rambutnya berantakan. Saat mendekatkan telapak tangan ke wajah, Milana menyadari ada cairan di sudut bibirnya.
"Apa begitu cara tidurmu? Tidur dengan mulut menganga dan ngiler di mana-mana?" sindir Nathan. Milana buru-buru mengelap sisa-sisa liurnya.
Ah, ini memalukan. Kenapa aku mempermalukan diri sendiri di depan Nathan?
"Ke mana Randy?" Milana berusaha mengubah topik pembicaraan. Nathan sudah melihat kebiasaan tidurnya yang kacau dan memalukan. Ia bisa mati karena malu jika terus-terusan menanggapi sindiran Nathan.
"Ke apartemenku. Aku minta dia ambil baju. Kamu sebaiknya pulang kalau tubuhmu selelah itu. Apa keluargamu tidak khawatir?"
Milana tidak menjawab, alih-alih dengan wajah kantuknya ia berjalan menuju meja. Matanya menatap penuh minat dengan nampan di meja yang utuh berisi makanan. Semalam karena terlalu lelah, ia ketiduran tanpa sempat makan malam. Milana menggelengkan kepala. Selapar apa pun dirinya, ia tidak boleh memakan jatah pasien.
"Apa ini? Kenapa kamu belum menyentuh makananmu?" tanya Milana.
"Siapa bilang itu punyaku? Aku sudah selesai sarapan berjam-jam yang lalu. Kamu makan saja."
"Really? Tapi... aku bukan pasien, kenapa ada makanan untukku?" Milana bingung, tapi perutnya mulai mengeluarkan bunyi yang memalukan.
"Karena ini layanan VVIP. Aku bisa minta menambahkan satu porsi untuk tiap jam makan. Atau kamu mau dua porsi?"
Milana terdiam. Saking laparnya ia yakin akan sanggup menghabiskan dua porsi, tapi itu memalukan. Mana bisa ia bersikap tidak tahu diri di depan Nathan. Ia buru-buru menggeleng.
"Satu porsi cukup! Kalau aku masih lapar aku masih bisa pesan pizza, ayam goreng lalu—"
Lalu terdengar suara perut berkerucuk. Tadinya Milana mengira suara itu berasal dari perutnya. Baru ternyata, ia menyadari suara itu berasal dari perut Nathan.
"Kamu bohong. Kamu belum sarapan." Milana pun membawa nampan itu dan meletakkan nampan setelah ia memasang meja build in yang menyatu dengan ranjang rumah sakit. Diletakkan nampan itu tepat di atas meja. Milana menyodorkan sendok. "Ayo makan!"
"Apa pentingnya? Dibandingkan aku, kamu lebih kelaparan." Nathan menolak. Sorot matanya yang dingin menolak itu menatap Milana dan justru mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Tapi kamu itu pasien. Kamu lebih butuh nutrisi dibandingkan aku."
Nathan mendengus. "Nutrisi apa? Kamu pikir aku suka sama makanan rumah sakit?"
Milana menatap pria di hadapannya dengan heran. Ia selalu mengira Nathan itu pria dewasa yang amat mengesankan dengan cara bicaranya yang penuh keteraturan dan berwibawa. Seingatnya, Nathan bukan orang yang suka memprotes apalagi hal-hal remeh seperti makanan rumah sakit.
"Lalu, kalau kamu nggak mau makan ini, apa kamu lebih suka aku memesan makanan di luar rumah sakit? Bagaimana kalau ada perawat yang melihatnya? Bagaimana kalau dokter yang berkunjung tahu kamu mengabaikan makanan khusus pasien VVIP yang mahal? Apa kamu tahu ada pasien di bangsal-bangsal yang mendambakan pelayanan seperti pasien VVIP? Kamu nggak memikirkan perasaan mereka yang sama sekali nggak punya akses dengan kenyamanan, apa lagi menu rumah sakit yang nggak hanya sayur dan daging hambar? Lihat makanan di nampanmu ini. Ini adalah menu berkualitas tinggi yang dimasak untuk orang-orang yang butuh pemulihan. Kalau kamu sampai nggak mau memakannya, ini adalah bentuk—"

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romansa18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...