50. Crazy About You

191 19 1
                                    

Ponsel Milana berdering, tepat di saat ia mengemas koper terakhirnya. Besok ia sudah harus bertolak ke Jepang untuk mengikuti pertandingan series Grand Prix. Jepang dan Perancis adalah dua negara di mana Milana harus bertanding memperebutkan skor terbaik untuk melaju di Grand Prix Final. Milana memutuskan hanya skating-lah jalan yang tersisa untuknya.

Tanpa kehadiran ayahnya, tanpa dukungan neneknya, menjadi pewaris grup perusahaan ESANA hanya akan membuat segalanya lebih buruk. Meski ia kesal kenapa Tatiana yang terpilih, tapi mungkin itulah yang terbaik. Dengan begitu, Milana bisa bertanding sebagai atlet figure skating tanpa penyesalan.

Ponselnya berdering lagi. Milana bangkit dan mengambil ponsel di nakas.

"Halo," sapa Milana.

"Kamu butuh bantuanku untuk berkemas? Aku bisa mampir sebentar ke apartemenmu." Alexis menawarkan bantuan.

"Nggak perlu. Aku sudah selesai."

"Kamu yakin? Don't you miss me?"

Milana tersipu. Beberapa hari terakhir, Alexis seolah-olah resmi menjadi pacarnya. Pria Rusia itu memberikan semua perhatiannya lebih dari yang bisa diterima Milana. Alexis memiliki kepercayaan diri luar biasa dan setiap perilakunya terang-terangan memperlakukan Milana dengan spesial.

Alexis memang tidak terang-terangan minta Milana menjadi pacarnya dan tidak meminta Milana menjawab pernyataan cintanya. Hanya saja, nyaris semua orang yang membantu Milana menyiapkan kompetisi tahu bahwa Milana adalah milik Alexis.

"Alexis, kamu tahu kita butuh istirahat. Aku juga perlu waktu sendiri untuk memastikan aku bisa fokus bertanding."

"Oke. Kalau itu maumu. Tapi kalau kamu butuh bantuanku, jangan ragu menghubungiku."

"Sure."

"I love you, Milana...."

"Thanks."

Milana menutup panggilan teleponnya. Bagian tersulit saat menjawab telepon Alex adalah saat mereka memutuskan sambungan Alex akan mengucapkan kata-kata manis seperti 'miss you so much, sweetheart' atau 'I love you' yang semuanya hanya bisa dijawab Milana dengan ucapan terima kasih.

Milana menggigit bibirnya. Entah kapan ia bisa membalas ucapan 'I love you' yang diucapkan Alex dengan 'I love you too'. Sekarang setelah situasi berubah seperti ini, Milana makin merasa bersalah.

Bel pintu berbunyi. Milana mengernyit, lalu menghela napas. Tampaknya Alexis memang selalu berbuat sesuka hatinya. Dihampirinya pintu apartemen tanpa ada ekspektasi apa-apa selain pria Rusia yang kini benar-benar berlaku sebagai kekasih Milana.

"Sudah kubilang, sebaiknya kita nggak usah—"

Kalimat Milana terhenti setelah ia melihat siapa yang berdiri di depan pintu. Tubuh Milana terasa membeku dan otaknya seolah berhenti berfungsi saat melihat sosok Nathan berdiri dengan sorot mata lemah bak anak kucing.

"Nathan??? Sedang apa kamu di—"

Tubuh Nathan ambruk di pelukan Milana. Milana sontak kehilangan keseimbangan karena Nathan begitu berat. Samar-samar tercium aroma alkohol dari tubuhnya.

Nathan mabuk? Pria yang selalu penuh perhitungan dan terlihat tenang itu kini limbung dengan tubuh besarnya yang kini menimpa Milana.

Kenapa? Kenapa Nathan tiba-tiba muncul di depan apartemennya? Tidak, kenapa dia baru muncul sekarang setelah berminggu-minggu lenyap tanpa kabar?

"Nathan! Hey, bangun.... Kamu berat. Aku nggak bisa berdiri!" protes Milana karena sepenuhnya Nathan menindih tubuhnya di atas lantai.

"Kamu marah padaku?" Nathan perlahan bangkit, tapi lengannya yang kokoh masih menahan tubuh Milana tetap terbaring di lantai.

LOVE ME, TOUCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang