Milana terbangun dan mendapati dirinya tertidur di kamarnya sendiri. Ah, ia lupa kalau sudah beberapa jam kembali ke apartemen Nathan setelah sebelumnya ia harus menerima pengobatan untuk luka menganga di telapak tangannya.
Setelah berusaha keras menahan rasa sakit selama berseluncur hingga akhir syuting, Milana akhirnya dibawa ke rumah sakit dan lukanya menerima beberapa jahitan. Sayangnya, tubuhnya lemas karena darah yang mengalir cukup banyak dan ia pingsan saat masih di IGD. Setelah siuman dan tangannya dibalut dengan rapat, dokter memastikan bahwa kondisi Milana cukup sehat untuk beristirahat di rumah. Dan obat pereda nyeri kembali membuatnya tertidur cukup lama.
"Kamu nggak apa-apa, Milana?"
Milana merasakan seseorang menyentuh lengannya. Setelah Milana sepenuhnya membuka mata, ia terkejut melihat sosok Jasper ada di hadapannya.
"Jasper? Kamu.... Kenapa kamu ada di sini?" tanya Milana dengan suara yang parau karena terlalu lelah. Ia sangat bingung dengan kehadiran Jasper tiba-tiba di sini. Apa ia sedang bermimpi?
"Nathan memberitahuku soal kamu yang terluka. Aku nggak tenang setelah dengar kamu mengalami kecelakaan di ring."
Milana masih kebingungan. Untuk apa Nathan memanggil Jasper kemari setelah sebelumnya Nathan mengancam Milana untuk tidak menemui Jasper demi nama baiknya sendiri. Sungguh, Milana tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Nathan. Meski begitu, Milana sangat berterima kasih karena Nathan mengizinkan Jasper menjenguk dirinya.
"It's okay, sudah dijahit dan dengan istirahat sebentar, nanti juga sembuh."
"No! Jangan meremehkan luka. Apalagi di saat seharusnya kamu memusatkan perhatian pada pekerjaanmu. Berseluncur secara profesional adalah pekerjaan yang berbahaya, Milana. Kamu akan mengalami kelelahan mental dan fisik. Saat kamu berseluncur, lupakan semuanya kecuali skating... Tolong lakukan ini, demi aku dan semua orang yang sayang sama kamu." Jasper mengusap-usap kepala Milana. Seolah-olah tidak ada hal buruk yang menimpa Jasper karena sahabatnya itu justru memilih untuk memarahi Milana yang ceroboh saat berseluncur.
Milana menggigit bibirnya. Ia merasa sangat bersalah.
"Jasper, aku... Aku minta maaf. Aku sudah berbuat nggak adil sama kamu. Aku tahu betapa liciknya Tatiana, tapi aku malah nggak mempercayai ucapanmu." Milana menundukkan kepala, berusaha mengatasi kekalutannya akibat penyesalan peristiwa beberapa hari lalu saat Milana mengusir Jasper pergi dari sini.
Jasper menggeleng, "Itu bukan salahmu. Kehamilan Tatiana benar atau bohongan itu sudah nggak penting lagi. Dia memang cerdik dan punya sejuta cara meyakinkan orang kalau akulah yang salah." Suara Jasper terdengar getir.
"Tapi ini nggak akan mempengaruhi nama baikmu kan? Kamu bisa menahan semua media yang menyebarkan pemberitaan buruk tentangmu. You know... Seperti yang kamu lakukan dulu saat membantuku."
Jasper hanya tersenyum tipis, "Aku nggak bisa melakukan hal itu lagi."
"Kenapa?"
"Karena masalah ini sudah merembet ke nama ayahku. Kalau ini menyangkut nama baikku dan ayahku, kami nggak bisa berbuat sejauh itu untuk membersihkan nama."
Milana menyadari ada memar di bibir Jasper. Tanpa sadar Milana menyentuh ujung bibir Jasper, membuat laki-laki itu sedikit mengaduh.
"Kamu... Bertengkar dengan ayahmu?" tanya Milana cemas.
"Yap. Aku dipukul. Meski aku memahami kemarahannya, tapi rasanya sakit juga dipukul ayah sendiri di usiaku seperti ini," ucap Jasper yang kini menggenggam tangan Milana.
"Lalu, ayahmu bilang apa?"
"Seperti yang seharusnya dilakukan seorang ayah yang mengharapkan hal yang sempurna dari putranya. Aku dianggap mempermalukan nama keluarga dan perusahaan."
"Jasper, aku mungkin lancang kalau bertanya... Benarkah, Tatiana jatuh dari tangga?"
Milana memberanikan diri masuk ke topik yang paling ingin diketahuinya. Ia harus siap dengan jawaban apa pun yang dilontarkan Jasper. Milana hanya berharap situasi tidak terlalu parah dan melukai kedua belah pihak.
"Semua terjadi di malam saat kamu mengusirku. Tatiana memanggilku datang ke rumahnya. Aku kecewa karena kamu lebih memilih Nathan ketimbang aku, aku jadi menyalahkan Tatiana karena dia menjauhkan aku denganmu...." Jasper berhenti sejenak, sorot matanya tidak berani menatap lurus ke arah Milana.
"Tapi aku bersumpah, aku nggak pernah mendorongnya jatuh. Aku bahkan nggak menyentuhnya sehelai benang pun. She's a fucking crazy. Berteriak histeris dan membuat kehebohan. Aku pikir dia hanya luka terkilir, tapi dia berkeras minta dibawa ke dokter kandungan. Sampai di rumah sakit, aku mendengar dia keguguran."
"Kamu lihat darah mengalir dari rahimnya? Atau noda darah di baju atau roknya?" Milana mencoba memastikan sesuatu.
Jasper menggeleng, "Aku nggak tahu. Aku terlalu panik untuk memperhatikan hal itu. Sepertinya dalam banyak hal aku terlalu bodoh untuk menyadari motif orang yang mendekatiku."
Milana mendesah. Jasper sangat baik sejak dulu. Saking baiknya, laki-laki itu tidak pernah perhitungan sekalipun orang lain hanya memanfaatkan karena keluarganya super kaya. Milana mengenal sahabatnya yang hampir-hampir tidak berani menyakiti serangga kecil. Dia tidak mungkin berbuat kekerasan pada perempuan.
"Ini sama halnya dengan saat dia memberitahuku kalau aku dan dia terlibat cinta semalam. Aku cuma ingat aku mabuk dan minum bersamanya. Saat aku bangun, Tatiana sudah ada di samping ranjangku," ucap Jasper lirih dengan wajah yang menampakkan rasa frustrasi.
Milana baru menyadari sesuatu. "Jasper, apa Tatiana tahu kamu selalu nggak ingat apa pun yang terjadi saat kamu mabuk?"
Ya benar. Jasper punya kebiasaan sulit mengingat kejadiaan di saat dia mabuk. Toleransi alkoholnya pun tidak terlalu bagus. Jasper peminum yang buruk, lebih buruk dari Milana.
Jasper hanya mengangkat bahu, "Kalaupun iya, itu sudah nggak penting lagi. Keinginan Tatiana untuk menjebakku sudah terpenuhi. Dia mengincarku sejak awal dan memaksaku menikahinya. Dan... Dia berhasil."
Milana tidak tahu lagi harus berkata apa. Tatiana memang perempuan berbahaya.
"Jadi kamu bersedia menikahinya?"
Jasper tidak menjawab, tapi juga tidak mengiyakan. Jasper terdiam dan hanya menggenggam tangan Milana dan berulang menyentuhkan jemari Milana ke wajahnya.
Milana membiarkan Jasper terus menggenggam tangannya. Barangkali saat-saat seperti ini adalah kedekatan mereka untuk terakhir kalinya dan akan sulit terulang di masa depan. Milana merasakan kepahitan merangkak naik ke tenggorokannya.
"Semoga kamu bahagia, Jasper."
Laki-laki itu seolah meledak. Ia menunduk, menggenggam erat jemari Milana meski bahunya berguncang karena menahan tangis.
"Cuma kamu yang membuatku bahagia. Aku nggak akan pernah bisa bahagia dengan perempuan lain."
Milana menarik jemarinya dan memutuskan untuk mengusap rambut ikal Jasper yang terasa lembut. Aroma kesepian tampak menguat dari puncak kepala Jasper. Milana makin merasa bersalah. Ia mati-matian untuk tidak menangis.
Permusuhan abadi antara Milana dan Tatiana kini telah memakan korban. Dan korban pertamanya adalah Jasper, sahabat terbaik Milana. Perlahan tapi pasti, Tatiana merampas satu persatu kebahagiaan yang dimiliki Milana.
Kenapa Tatiana sampai berbuat sejauh itu untuk menghancurkan Milana? Apa yang membuatnya menjadi wanita selicik dan sekejam itu?***
Author's note
Hai, hai, hai... Kalian nungguin cerita ini enggak? Kalau iya bakal sering aku upload, kalau nggak yaaaaa gitu deh hahaha
Share yuk, kenapa kalian suka baca kisah Milana ini? Mmuahhh...
![](https://img.wattpad.com/cover/277892827-288-k566674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romance18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...