Belakangan mimpi buruk selalu datang setelah berhari-hari Nathan mengalami insomnia. Selalu mimpi yang sama, seorang gadis tergolek lemah dengan luka tembak di punggung dan menembus ke dadanya. Nathan masih ingat jelas sepasang mata gadis itu terbuka lebar bahkan setelah tubuhnya tidak bernyawa. Darah membanjiri lantai hingga telapak tangan Nathan terasa lengket karena ia tidak henti-hentinya mengguncangkan tubuh yang kini telah membujur kaku di pelukannya.
Kalimat terakhir yang diucapkannya tidak pernah sekalipun pergi dari ingatannya.
"Nate, kamu harus kencan denganku! Aku akan buat kamu tergila-gila padaku!"
Begitu gadis itu meneriakkan keinginannya yang hanya disambut sebuah lambaian tangan ringan seolah ucapan itu hanya omong kosong. Dan beberapa jam setelahnya gadis itu sudah tidak bernyawa.
Tidak ada kencan pertama, tapi Nathan sudah dibuatnya gila karena kematian gadis itu yang mendadak.
Alisa, gadis belia yang seharusnya mendapatkan perlindungan saksi seutuhnya, mati ditembak karena kelalaian Nathan dan tim investigasi saat mencoba menjebak pelaku pembunuhan mahasiswa di kompleks asrama wanita. Peristiwa itu membuat Nathan tidak pernah berhenti menyalahkan diri sendiri. Menyesali bahwa dengan kemampuannya sebagai polisi divisi kriminal saja, tidak mampu melindungi seorang gadis muda.
Untuk ke sekian kalinya, Alisa hadir dalam mimpinya. Tersenyum dengan menitikkan air mata dan mengucapkan kalimat yang sama:
"Nathan. Kamu sudah seharusnya tidak melupakan aku. Kamu belum memenuhi janji kencan pertama kita. Aku menunggumu lama hari itu... Aku mati karenamu, Nate..."
Alisa!
Alisa!
Harus bagaimana supaya kamu memaafkan aku?
Nathan terbangun dengan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Mimpi tentang Alisa lagi. Buru-buru Nathan bangkit dan mengambil segelas air hangat di dapur. Meneguknya berkali-kali hingga tenggorokannya terasa panas. Rasa panas itulah yang mengalihkan isi kepalanya.
Sejak Milana datang ke apartemennya dan tinggal dekat dengan Nathan, ia sudah nyaris tidak lagi memimpikan Alisa. Namun, entah bagainana ingatan tentang Alisa kembali menghantui.
Kenapa?
***
"I just don't believe it. Kamu dengan gampangnya mengabaikan Nathan dan pacaran sama bule Rusia itu. Tepat, di saat aku sudah berpikir hubunganmu dengan Nathan mengalami kemajuan." Risa berkata panjang lebar sambil menyesap koktail di sebuah bar yang tenang.
Sejak mengetahui alasan penolakan ayahnya atas hubungan Milana dengan Nathan, Milana makin sulit menghadapi Nathan. Bukan. Bukan karena ia mempercayai semua tuduhan ayahnya, melainkan karena Nathan sama sekali tidak memberi kesempatan Milana untuk mendekatinya sejak laki-laki itu tahu Milana menjalin hubungan dengan Alexis.
"Bagaimana sebuah hubungan dikatakan mengalami 'kemajuan' kalau yang terjadi antara aku dan Nathan hanya berdebat, bertengkar, lalu sekali menciumku, tapi setelahnya memperlakukan aku seolah dia menyesal telah melakukannya." Milana meneguk segelas bir.
"Mungkin dia bingung...."
"Apanya yang membuat bingung? Kalau dia menciumku dengan sedemikian... hebat, bukankah artinya dia menyukaiku?"
Risa mengangguk dengan sorot mata terlampau sayu karena pengaruh alkohol.
"Kamu terlalu polos, mengira saat mencintai seseorang, hubungan mereka harus berhasil. Inilah kalau kamu terlalu amatir untuk urusan percintaan," komentar Risa.
"Kenapa serumit itu? Dia kelihatan cemburu saat aku bilang aku dan Alexis berpacaran, tapi berikutnya.... entahlah, dia jadi terasa asing."
"Sudah seharusnya kan? Kalau kamu memutuskan berpacaran dengan orang lain, laki-laki lain akan mundur."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romance18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...