63. Memory of Our First Met

156 7 0
                                    


6 tahun yang lalu

Nathan menggigil. Bukan karena kedinginan, tapi karena ia cemas dengan kondisi seseorang yang kini berada di ICU. Beberapa jam lalu, kecelakaan beruntun terjadi di jalan tol. Satu mobil melaju dengan kecepatan tinggi terbalik saat berusaha menghindari mobil yang berhenti mendadak di depannya. Mobil itu mengeluarkan panas dan asap. Gesekan api di dalam kapnya membuat Nathan tergerak untuk menyelamatkan siapa pun yang ada di mobil itu sebelum terjadi ledakan.

Sayangnya usaha penyelamatan itu bukan perkara mudah. Mobil terbalik dan satu pengemudinya terjebak di antara jok dan pintu mobil yang penyok. Darah mengalir ke aspal. Nathan berjibaku dengan waktu yang sempit untuk menyelamatkan orang itu. Randy yang ada di sampingnya sudah melarang Nathan atau Nathan sendiri akan membahayakan nyawanya juga.

Dengan sekuat tenaga, Nathan berhasil menyelamatkan pria setengah baya di dalamnya yang pingsan karena benturan di kepalanya. Terlambat sedikit, pria itu sudah tidak bernyawa. Syukurlah Nathan menyelamatkannya tepat waktu dan membawanya ke rumah sakit.

"Nyawamu sebenarnya ada berapa sih? Lihat kondisimu sendiri. Lenganmu robek hanya demi menyelamatkan orang yang nggak kamu kenal," komentar Randy yang menemani Nathan menunggu di dekat ruang ICU.

Nathan menghela napas, menatap ke arah pintu ICU dengan tatapan kosong. Rasa sakit akibat luka jahitan di lengannya tidak seberapa dibandingkan luka emosional yang membekas dari masa lalu.

"Aku nggak bisa lagi membiarkan orang sekarat di depanku."

Randy menepuk pundak Nathan, "Peristiwa Alisa masih membekas rupanya ya? Sudah berapa kali aku bilang, kematian Alisa bukan salahmu."

Nathan masih membisu. Sejujurnya ia tidak ingin mengingat lagi tentang Alisa. Saksi yang harus dilindungi itu mati tepat di depan matanya. Gadis yang terang-terangan mencintai Nathan dan hanya menuntut kencan pertama darinya. Sejak hari itu, kematian menjadi satu hal yang menyakitkan untuk disaksikan.

"Papaaaa...."

Terdengar suara seruan di lorong rumah sakit. Nathan melihat sesosok gadis belia berlari menghampirinya. Sesaat, Nathan terpaku melihat betapa miripnya gadis itu dengan Alisa. Suaranya, rambut panjang tergerainya dan caranya menatap Nathan juga sama persis. Hanya saja dibandingkan Alisa, gadis ini berkulit lebih pucat dan bermata jernih.

Gadis itu terengah-engah. Keringat membanjiri deras pelipisnya. Setengah mati gadis itu mengusap keringat dan air matanya.

"Papa, di mana Papa?" tanyanya.

"Maksud kamu, orang yang baru selamat dari kecelakaan itu adalah papa kamu?" tanya Randy.

Gadis itu mengangguk cepat.

"Beliau masih ada di ruang ICU. Benturan di kepalanya cukup keras dan dokter harus melakukan operasi untuk mengatasi pendarahan di kepala. Operasi baru saja selesai dan pasien dipindahkan ke ICU."

"Lalu, gimana kondisinya? Apa Papa bisa segera sadar? Apa yang terjadi?" Gadis itu kembali memberondong Nathan dengan pertanyaan-pertanyaan. Ia bahkan mencengkeramm kemeja Nathan. Melihat bola mata gadis itu membuat ingatan Nathan tentang Alisa kembali lagi.

"Soal itu, sebaiknya kamu tanya dokter," jawab Nathan dengan nada dingin dan berusaha melepaskan tangan gadis itu dari kemejanya.

"Hey, siapa namamu?" tanya Randy pada gadis itu.

"Milana," jawabnya, masih berusaha keras mengendalikan tangisnya.

"Milana, papamu mengalami kecelakaan parah yang hampir merenggut nyawanya. Mobilnya terguling dengan cepat dan membuat beliau terperangkap dalam keadaan pingsan dan kehilangan banyak darah. Orang yang menyelamatkan beliau adalah orang ini," ucap Randy menunjuk ke arah Nathan.

"Kamu lihat bagaimana kondisi orang ini kan? Wajahnya juga penuh luka karena mobil kami juga penyok karena tabrakan beruntun. Ditambah dia menolong papamu sampai lengan dan punggungnya menerima banyak jahitan. Jadi, bisakah kamu tenang sedikit? Bagi kami, peristiwa ini juga membuat kami syok. Untuk sekarang, papamu bisa diselamatkan tapi untuk kondisi pastinya, kami bukan dokter," lanjut Randy.

Mata Milana makin berkaca-kaca. Ia menatap ke arah Nathan. Lalu sedetik kemudian gadis itu memeluk erat Nathan.

"H-hei...." Nathan bermaksud protes, tapi pelukan gadis itu sangat erat dan entah bagaimana, Nathan merasa pelukannya menenangkan.

"Terima kasih. Aku nggak kenal kamu, tapi sekarang aku pastikan aku nggak akan melupakan jasamu. Kamu sudah menyelamatkan orang paling berharga buatku. Thank you.... Thank you so much. Maaf, karena demi papaku kamu juga terluka parah."

Nathan terenyak. Pikirannya tumpang tindih dengan sosok Alisa di kepalanya.

"Nathan, thank you so much kamu sudah jadi malaikat pelindung bagiku...." Alisa memeluk Nathan erat dan menghadiahi sebuah kecupan di pipinya.

Nathan merinding. Ia tidak bisa lagi membedakan khayalan dengan kenyataan, terutama dengan gadis bernama Milana yang hadir dengan suara mirip Alisa dan ekspresi penuh harap dan penuh syukur itu. Melihat itu, terasa menakutkan bagi Nathan.

Sontak, Nathan melepaskan pelukan Milana dan menjauhkan tangan Milana dari tubuhnya.

"Bukan masalah besar. Tidak perlu berterima kasih. Karena kamu sudah datang, temani papamu di sini. Aku harus pergi," ucap Nathan seketika menjauh dan meninggalkan lorong ini.

Nathan mengira, ia tidak akan lagi menjumpai gadis itu. Ternyata ia salah. Entah bagaimana, sosok Henry Esanatmadja, pria yang sempat sekarat di ruang ICU itu mendapatkan nomor ponselnya dari perawat rumah sakit. Pria itu berkeras meminta Nathan datang ke rumahnya. Di hari ia mengunjungi rumah itu, barulah Nathan menyadari sosok yang ia selamatkan bukan orang biasa-biasa saja melainkan seorang konglomerat besar.

Nathan memandang pintu rumah itu dengan ragu. Sejujurnya ia tidak peduli dengan urusan balas budi. Yang ia takutkan adalah kenyataan bahwa ia akan menjumpai gadis yang mirip Alisa itu di rumah ini.

Nathan memencet bel pintu dan pintu terbuka memperlihatkan seraut wajah yang tersenyum cerah. Sangat menyilaukan.

"Nathan kan? Aku sudah menunggumu dari tadi. Ayo masuk," seru Milana dengan senyum ceria yang seolah meruntuhkan beban Nathan. Tangannya menggamit lengan Nathan.

"Papa! Ini dia orang yang sudah menyelamatkan Papa." Milana dengan riang mengantarkan Nathan ke hadapan sosok pria penuh wibawa di ruang kerjanya. Sangat jauh dengan sosok lemah yang pingsan karena kehabisan darah.

"Halo anak muda. Akhirnya aku bisa melihat wajahmu," sapa pria bernama Henry. Berita kecelakaan beliau membuat kehebohan di dunia bisnis. Banyak majalah, tabloid dan media memberitakan peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya, termasuk aksi heroik Nathan yang menyelamatkan konglomerat ternama itu.

"Saya takut Anda mengundang saya kemari hanya demi balas budi yang mana rasanya itu tidak perlu. Saya cuma melakukan apa yang saya bisa, itu saja." Nathan berusaha menanggalkan basa-basi. Ia tidak mau terlibat dengan keluarga ini. Tidak dengan gadis yang mirip Alisa itu menatapnya dengan sorot antusias.

"Kamu pikir aku lah yang minta kamu datang kemari? Sayangnya bukan begitu, anak muda. Anakku lah yang minta kamu datang. Hari itu dia menangis seolah ayahnya akan meninggal, tapi saat tahu nyawaku diselamatkan olehmu, dia minta aku memanggilmu."

Nathan menatap ke arah Milana yang tersenyum cerah. Senyum yang tidak akan Nathan lihat lagi pada sosok Alisa. Betapa beruntungnya gadis itu. Sangat kaya, cantik, dimanja orangtuanya dan tidak memiliki situasi yang membuat nyawanya terancam.

Gadis itu mendekat pada Nathan. Lalu sedetik kemudian lengannya menggelayut di lengan Nathan.

"Sekarang kamu jadi bagian penting dari keluargaku. Aku nggak akan lupakan itu seumur hidup. Nathan, aku menyukaimu. Sejak di rumah sakit itu aku selalu memikirkanmu," ucap Milana.

Nathan tersentak.

''Nathan, aku menyukaimu...."

"Nathan, aku menyukaimu...."

Nathan kembali teringat dengan ucapan Alisa yang sering ia serukan saat berada di dekatnya. Takdir seolah terulang kembali. Nathan takut. Seorang gadis telah kehilangan nyawanya hanya karena gadis itu terlibat dengan Nathan.

Lalu sekarang, takdir apa yang akan menimpa Milana andai Nathan membiarkan gadis itu berada di sisinya?

***

LOVE ME, TOUCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang