Milana terhenyak melihat ponsel Jasper berdering dan memperlihatkan nama Tatiana di layar. Sejak kapan Jasper dekat dengan adiknya?
Keterkejutan Milana tidak berhenti di situ. Panggilan dari Tatiana berhenti, berganti dengan pesan singkat. Melalui pop up notification, Milana bisa dengan jelas membaca pesan itu.
Kenapa kamu mengabaikan teleponku? Aku hamil. Aku butuh tanggung jawabmu.
Milana refleks memundurkan langkahnya. Ia merasa bersalah telah mengintip hal yang seharusnya tidak diketahuinya. Dan kebetulan pula, yang dilihatnya adalah hal yang mengejutkan. Sesuatu yang tidak pernah Milana pikirkan sebelumnya.
Jasper dan Tatiana?
Sejak kapan mereka dekat? Seingat Milana, Jasper selalu berselisih dengan Tatiana. Alasannya karena Jasper selalu setia di sisi Milana. Menurut asas pertemanan mereka sejak kecil, musuh Milana adalah musuh Jasper juga. Milana dan adiknya nyaris tidak pernah bertingkah laku normal seperti layaknya kakak adik. Dari dulu keduanya selalu terlibat persaingan dan perselisihan. Sebenarnya Milana tidak pernah membenci Tatiana. Saat Tatiana lahir, Milana berharap ia bisa rukun dengan adik perempuan yang juga adalah satu-satunya saudara yang dimilikinya meski berbeda ibu. Namun, entah sejak kapan Tatiana menjadi sinis dan gusar juga berada di dekat Milana. Saat di dekatnya, Tatiana akan mengobarkan aura permusuhan. Milana pernah mencoba bertanya alasannya, tapi Tatiana tidak pernah benar-benar mau menjawabnya. Lelah bertanya, Milana menganggap permusuhan itu memang sudah risiko memiliki adik tiri.
Jadi, sejak kapan Jasper dan Tatiana dekat? Apa sejak setahun lalu saat Milana menghilang?
Milana menggeleng. Ketika situasi memanas seperti ini, Milana justru melibatkan Jasper. Jika Tatiana tahu, mungkin adiknya itu sudah marah besar dan membuat ulah lagi yang hanya Tatiana dan Tuhan yang tahu apa yang bisa dilakukan perempuan yang selalu menganggap Milana adalah musuhnya.
"Ada apa? Kenapa kamu sudah mau pergi?" Jasper baru saja kembali dari teras, terkejut mendapati Milana sudah mengenakan kembali jaket denimnya dan menenteng tas.
"A-aku... sepertinya aku nggak boleh berada di sini." Milana bingung harus bereaksi seperti apa.
"Apa maksudmu? Tentu saja kamu boleh berada di sini selama yang kamu mau." Jasper menyadari bahwa ponselnya masih tergeletak di meja makan, kali ini bergetar dengan memperlihatkan beberapa pesan masuk. Buru-buru ia mengambil ponselnya. Membaca dengan seksama. Pandangannya kini beralih pada Milana yang berdiri dengan canggung.
"Kamu membacanya bukan?" tebak Jasper.
"A-aku nggak bermaksud membuka. Aku tadi hanya melihat nama penelepon. Tadinya aku berniat memanggilmu, tapi panggilan itu berhenti lalu... ada pesan masuk dan aku nggak sengaja membacanya. Yah, pokoknya... aku pikir kamu sudah sibuk dengan urusanmu sendiri. Jadi... nggak tepat kalau aku malah merepotkanmu dengan masalahku," ujar Milana terbata-bata. Ia pun buru-buru melangkah pergi. Namun, lengan Jasper menariknya keras dan membuat Milana terkurung dalam pelukan laki-laki itu.
"Jangan percaya kata-katanya. Itu bohong!" Jasper terdengar putus asa dengan Milana berada di pelukannya.
"Tapi kalian memang punya sesuatu kan? Aku yakin itu dan aku nggak marah." Milana mencoba meluruskan kesalahpahaman. "Tapi kalian jelas harus bicara. Saat Tatiana membutuhkanmu, aku nggak boleh berada di sini. Atau dia akan membuat ulah lagi untuk menghancurkan karirku." Pelan-pelan Milana melepaskan diri dari pelukan Jasper.
"Tapi itu cuma one night stand. Dari awal aku nggak punya perasaan apa-apa untuk Tatiana. Aku putus asa karena kamu menghilang dan aku nggak bisa menghubungimu. Kamu lenyap begitu saja setelah olimpiade selesai, lalu Tatiana muncul dan untuk pertama kalinya aku bicara tanpa rasa permusuhan. Tapi nggak lebih... aku nggak pernah bisa menganggap Tatiana lebih dari perasaanku buat kamu."
"Jasper, kamu tahu kan Tatiana bukan orang yang bisa kamu buang setelah kamu memanfaatkan dia?"
Jasper tampak putus asa. Ia menyandarkan kepalanya tepat di bahu Milana. "Aku tahu itu, tapi dia begitu gigih mengejarku. Aku pikir karena dia sudah bertunangan, dia hanya meminta berhubungan semalam denganku demi kenangan manis saja."
"Jadi, kamulah alasannya kenapa Tatiana memutuskan pertunangan dengan Nathan?"
Jasper menghela napas.
"Aku minta maaf. Aku nggak sengaja melibatkan diri dalam kekecauan hubungan kalian."
"Yes. Dan tindakanmu sudah tepat dengan menyingkirkan pemberitaan buruk tentangku hari ini. Demi tuhan, Jasper... aku nggak menyangka kamu bisa terlibat dengan Tatiana."
Jasper mencengkeram lengan bagian atas Milana dengan cukup keras.
"Aku nggak akan terlibat dengan dia selamanya. Dia perempuan gila... Milana, please... percaya padaku. Aku akan selesaikan ini secepatnya."
"Tapi Tatiana hamil. Apa maksudmu dengan 'selesaikan ini'? Kamu berniat meninggalkan Tatiana dan mengabaikan calon anakmu sendiri?"
"Calon anakku? Hey, jangan bicara seolah-olah itu sudah pasti. Ini Tatiana yang kita bicarakan. Aktris yang hobi putus nyambung dengan banyak laki-laki sebelum bertunangan dengan Nathan."
"Tapi dia yakin kalau dia mengandung anakmu. Dia tahu kamu ayahnya."
Jasper tampak kesal dan marah.
"Semua perempuan akan dengan senang hati mengaku dia mengandung anakku. Memang seperti itulah cara kerja perempuan panjat sosial yang sangat ingin menikahi konglomerat. Milana, ini bukan pertama kalinya ada perempuan yang mengaku aku menghamilinya. Selama belum terbukti, kamu nggak boleh menghakimi aku."
"Dan kamu juga nggak bisa membuang muka akan masalah ini. Dan kuberitahu, Tatiana bukan perempuan murahan yang butuh panjat sosial. Dia memang menyebalkan dan bikin aku sakit kepala, tapi dia tetap adikku. Dia tetap anak sah dari Henry Esanatmadja, ayahku. Dia nggak butuh laki-laki kayak kamu untuk mempertahankan statusnya."
Milana tidak sanggup lagi menahan air matanya. Hari ini sudah cukup melelahkan untuk emosi dan kewarasannya.
"Kita bicara lagi nanti... tolong, jadilah laki-laki. Aku nggak marah andai kamu memang punya hubungan dengan Tatiana." Milana kini melepaskan diri sepenuhnya dari Jasper. Ia berjalan meninggalkan laki-laki itu dan keluar dari rumah Jasper.
"Aku nggak mau punya hubungan dengan Tatiana. Aku mau kamu!" seruan Jasper terdengar putus asa.
Ironis. Baru beberapa jam lalu Milana juga melontarkan seruan yang sama untuk Nathan. Jadi, inikah yang dirasakan oleh Nathan? Perasaan tak berdaya karena terbebani perasaan orang lain yang tidak dicintainya. Apa selama ini dirinya juga sudah menjadi beban yang sulit dilenyapkan bagi Nathan?
Meski begitu, tidak ada yang mengalahkan rasa kehilangan. Jasper adalah sahabat setianya sejak lama dan selalu ada di sisinya. Milana tidak menyadari, sejak kapan perasaan Jasper untuknya berkembang menjadi rasa cinta. Ia mungkin menyadarinya sudah lama, atau andaipun Milana tahu, ia memilih menutup mata karena takut kehilangan Jasper sebagai sahabat.
Sekarang, semuanya kenangan indah masa kecil mereka sudah berakhir. Jasper tidak akan bisa lagi ia andalkan untuk selalu menghapus air matanya.
Ini sudah keputusanmu, Milana. Kamu memilih Nathan, dan bukan Jasper. Pahit manisnya, akan kamu tanggung sendirian.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romance18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...