Reminder di ponsel Milana berbunyi. Ia menghela napas saat menatap ke layar yang memberitahunya dengan tulisan besar:
"Pengepasan gaun bridesmaid untuk pernikahan Tatiana pukul 16.00 WIB."
Sesungguhnya, Milana sudah dua kali tidak datang saat pengepasan pertama dan kedua. Ia berharap dengan ketidakhadirannya sebelum-sebelumnya, Tatiana akan menyingkirkannya dari deretan pengiring pengantin wanita. Sayangnya sepertinya kenyataan tidak semudah itu karena Mama Hilda, ibu Tatiana terus-menerus meminta Milana menjadi pengiring pengantin demi alasan persaudaraan.
Milana sudah kehabisan cara untuk mencoba menolak. Ia tidak punya pilihan lain selain datang ke bridal salon yang ditunjuk Tatiana. Pukul 16.15 Milana baru datang ke bridal salon tempat pengepasan. Ia berharap hari ini Tatiana tidak melakukan hal untuk memancing kemarahan Milana.
Milana membuka pintu dan menyaksikan bagaimana Tatiana tampak sumringah memamerkan gaun pengantinnya. Ini dia sang tuan putri. Sama sekali tidak terlihat sedih setelah mendapati dia keguguran, pikir Milana.
"Ah, akhirnya kamu datang juga, Milana...." Tatiana menyambut Milana dengan senyum basa-basinya.
Memang dia aktris yang sempurna, tidak akan memperlihatkan bisa ularnya di depan para pendukung-pendukungnya. Semua pengiring wanita adalah teman-teman Tatiana yang juga adalah aktris dan influencer. Mereka menatap Milana dengan sorot mata merendahkan.
"Maaf, kemarin-kemarin aku sibuk latihan. Karena ini pengepasan terakhir, kukira aku harus datang." Milana mencoba beralasan
"Tentu saja, kamu adalah kakak perempuanku yang berharga. Aku berharap kamu mendampingiku untuk melepas masa lajangku."
Milana memaksakan diri untuk tersenyum. Dalam hal akting ia sungguh tidak bisa menandingi Tatiana.
"Tolong berikan gaun pengiring pengantin untuk Milana," ucap Tatiana, meminta petugas bridal untuk menyiapkan gaun.
Milana menunggu dengan sabar sembari memperhatikan para pengiring wanita. Wanita-wanita cantik yang pernah dilihat Milana di TV dan majalah itu terlihat cantik dengan gaun warna baby pink. Gaun itu tampak elegan dengan bahu yang terbuka dan ramping di bagian pinggang. Selera Tatiana memang selalu berkelas untuk urusan fashion. Andai saja watak perempuan itu secantik selera berpakaiannya.
"Nah, itu dia gaun untukmu," tunjuk Tatiana ke arah pelayan yang membawa gaun untuk Milana.
Milana melongo dan tidak bisa membayangkan siapa yang sedemikian jahat memilihkan gaun yang jelek itu untuknya. Dibandingkan gaun-gaun yang dikenakan pengiring pengantin lainnya, gaun yang diberikan untuk Milana benar-benar bencana. Gaun itu bukan berwarna baby pink melainkan kuning pudar yang menyakitkan mata. Lengannya menggembung besar dengan potongan leher tinggi dan pinggang lebar. Bagian bawah gaunnya memiliki renda yang super norak dan tidak menarik. Tanpa mencobanya pun, Milana akan terlihat bulat dan konyol jika mengenakan gaun itu.
"Aku kira kamu memintaku jadi pengiring wanita. Kenapa gaun untukku beda dengan yang lain?" tanya Milana kesal.
"Oh maaf, aku lupa bilang karena pengepasan pertama kamu nggak datang. Staf bridal salah menghitung jumlah pengiring pengantin. Saat aku baru memberitahunya kalau tambah satu orang lain, mereka bilang sudah kehabisan bahan dan waktunya tidak cukup membuat gaun baru. Jadinya, hanya tersisa yang itu. Kamu nggak apa-apa kan memakainya?"
Milana memejamkan mata, menahan diri untuk tidak emosi dan meledak di depan orang-orang pendukung Tatiana.
"Aku nggak akan memakainya. Kalau sudah nggak ada lagi gaun yang proper untuk pengiring pengantinmu, kenapa kamu memintaku jadi bridesmaid?" tanya Milana kesal.
"Karena kamu itu saudaraku. Sejujurnya aku nggak terlalu suka kamu ada di acara pernikahanku, tapi bukan aku yang mengatur pernikahanku sendiri, melainkan mamaku. Pernikahan macam apa yang saudara perempuannya tidak menjadi pengiring pengantin."
"Kalau gaunnya tetap beda, aku akan cari gaun lain," sahut Milana.
"Itu juga nggak boleh. Apa kamu akan setega itu dengan Jasper? Jasper sudah membayar semua pengeluaran untuk pernikahan kami termasuk gaun cantik yang kamu pegang itu. Apa kamu akan menyia-nyiakan uangnya begitu saja?" Tatiana menatapnya dengan senyum kemenangan.
Milana mendengus. Entah bagaimana ia sudah bisa menduga bahwa Tatiana akan melakukan hal selicik ini untuk mempermalukan dirinya.
"Kamu memang berharap aku nggak datang ke upacara pernikahanmu kan?" Tebak Milana.
"Mana mungkin aku sejahat itu, kakakku sayang. Semua orang di sini tahu betapa aku memikirkan yang terbaik untuk kamu. Gaun itu kalau dilihat juga sangat cantik, benar kan teman-teman?" Tatiana meminta pendapat pengiring pengantin lainnya. Tentu saja seperti halnya dayang-dayang sang ratu ular, mereka hanya akan mengangguk dan menertawakan diam-diam.
"Kamu berambisi sekali melihatku dipermalukan. Sayangnya aku nggak akan mau memakain gaun ini," ancam Milana.
"Silakan saja. Kamu hanya diam berdiri di acara pernikahanku tanpa menjadi pengiringku sama saja kamu nggak hadir. Papa dan Mama akan saaaaangat kecewa, terutama kamu yang sudah hampir dicoret dari daftar keluarga. Papa akan semakin yakin kamu bukan lagi gadis kecil yang dia sayangi. Beliau nggak akan repot-repot menerima permintaan maafmu karena kamu membangkang pada keluargamu sendiri."
Milana mengepalkan tangan. Ia sudah sedekat ini untuk menarik gaun pengantin Tatiana dan merobek-robeknya sampai hancur lalu membenturkan kepala wanita itu ke tembok. Akan sangat bagus kalau Tatiana tidak bisa menghadiri pernikahannya sendiri. Hanya saja, Milana tidak ingin mengakui kekalahan semudah ini. Lepas kendali berarti ia sudah kalah.
"Lihat saja, kamu akan menyesal nantinya," ujar Milana dengan senyum sinis dan dingin. Ia menarik gaun kuning pudar norak dari tangan staf bridal itu dengan kasar dan berjalan meninggalkan ruangan. Meninggalkan bridal salon sepenuhnya.
Saat di mobil, Milana mengempaskan gaun jelek itu ke kursi di belakangnya. Ia melampiaskan frustrasinya dengan memukul setir mobil dengan keras sampai tangannya terasa sakit. Bekas jahitan di telapak tangannya mendadak terasa perih. Sejenak Milana nyaris menyerah berpikir Tatiana akan mendapatkan yang diinginkannya. Pernikahannya akan berlangsung besok dan mengubah gaun jelek ini menjadi gaun cantik adalah sebuah hal yang mustahil. Kecuali...
Saat itu Milana teringat Maya. Buru-buru ia memencet nomor Maya, berharap gadis itu bisa membantunya keluar dari ancaman bencana.
"Halo? Milana?" Suara Maya terdengar antusias. Gadis ini selalu bahagia jika Milana menelponnya.
"Maya, kurasa aku punya permintaan."
"Oke, beritahu aku."
"Menurutmu, apa kamu cukup hebat untuk bisa mengubah gaun super jelek menjadi layak pakai dalam semalam?"
"Seberapa jelek?"
"Saaaangat jelek."
"Gaun apa sih itu?"
"Tebak, Tatiana memberiku gaun pengiring pengantin yang jelek dan norak. Dia tahu aku nggak akan mau memakainya dan berharap aku nggak datang. Tapi kalau aku nggak datang ke pernikahan itu, aku nggak bisa mendekati Papa untuk berbaikan. Aku butuh untuk ketemu Papa karena beliau mengabaikan semua teleponku." Milana akhirnya bercerita panjang lebar.
"Sudah kuduga. Pantas saja dia nggak bersedia aku mendesain gaun pengantinnya, yang mana aku saaangat bersyukur dia nggak memilih butikku. Dia berniat menjebakmu sejak awal."
Milana mengangguk. Ia hanya berharap Maya sanggup menolongnya.
"Yah begitulah, jadi... Kamu bersedia?"
"Are you kidding me? Membiarkanmu muncul di depan publik dengan gaun jelek itu sangat melukai harga diriku. Aku nggak akan biarkan itu. Bawa kemari gaun sialan itu dan aku ubah jadi gaun paling seksi abad ini."
Milana mengepalkan tangan ke atas. Memekik 'YES' dalam hati.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, TOUCH ME
Romance18+ Sebagai atlet figure skating berbakat dan calon pewaris perusahaan kosmetik ternama, Milana Esanatmadja memiliki segalanya. Cantik, muda, berprestasi dengan berhasil membawa pulang medali perak dari olimpiade musim dingin. Peseluncur wanita yang...