51. Flying High

209 17 0
                                    

"Ra.... Milana...."

Milana tersentak. Alexis berkali-kali memanggilnya, tapi baru ini Milana menyadari bahwa sejak tadi laki-laki itu mengajaknya bicara. Hanya saja Milana tidak bisa fokus dengan apapun yang dikatakan Alex.

"A-apa?"

"Kamu dengar nggak sih? Aku tadi bicara soal urutan penampilanmu untuk Short Program di NHK Trophy. Kubilang kamu akan muncul di urutan pertama."

"Ah, begitu?" Milana sangat canggung. Ia merasa bersalah karena mengabaikan ucapan Alexis.

Sejak semalam pikirannya terus memerintahkan untuk fokus pada Nathan. Nathan yang terlihat rapuh saat mabuk. Nathan yang memohon Milana untuk tidak memikirkan pria lain selain dirinya. Nathan yang membuat semalam menjadi satu-satunya aktivitas sensual yang akan selalu dikenang Milana. Sentuhan Nathan di sekujur tubuhnya yang—

Ah, sialan. Milana ingin berteriak. Mengingat semalam membuatnya sangat frustrasi. Tapi sekaligus.... Membuatnya luar biasa bahagia.

"Milana! Apa kamu memikirkan hal lain?" tanya Alexis, kembali menyadarkan Milana bahwa kini yang ada di samping Milana adalah Alex, bukan Nathan.

"Maaf, semalam aku kelelahan karena mengepak barang. Aku.... Ingin tidur." Milana beralasan. Ia sangat merasa bersalah karena Alexis terus memberinya perhatian dan hal-hal yang dibutuhkan Milana, tapi di sinilah Milana justru memikirkan pria lain.

Pesawat baru lepas landas dan terbang menuju Jepang. Baru satu jam berjalan dari total tujuh jam perjalanan, tapi Milana sudah kehabisan akal untuk menghindari dari apapun topik yang dilemparkan Alexis.

Hanya Nathan yang ada di kepalanya dan obrolan mereka semalam.

Milana masih bisa mengingat jelas apa yang diucapkan Nathan saat laki-laki itu menggendong Milana masuk ke kamarnya dan membawanya ke tempat tidur. Setelah hal liar yang dilakukan Nathan sebelumnya, Milana mengira Nathan akan pergi begitu saja. Tapi ternyata Nathan justru menemaninya semalaman dan keduanya berbagi pelukan penuh kenyamanan.

"Kamu mungkin ingin memukulku sekarang karena aku menghilang tiba-tiba," ucap Nathan malam itu saat mendekap Milana dan menepuk lembut kepalanya.

"Ya. Aku ingin memakimu dan memukulmu keras-keras. Kamu nggak tahu betapa aku terpuruk dengan kondisiku sekarang." Milana memeluk tubuh Nathan. Erat.

"Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku berusaha keras menyelesaikan semua masalah. Saat ini aku aku belum bisa memberitahumu, tapi aku mau kamu tahu... Aku perlu bersembunyi untuk mengendalikan situasi."

Milana menghela napas. "Sejujurnya, apa yang terjadi? Kenapa semua orang menuduhmu terlibat kematian Papa? Kenapa mereka mengira kamu orang jahat yang menghancurkan bisnis teman-teman Papa?"

"Milana, kuberitahu satu fakta.... Aku nggak pernah terlibat kematian Henry Esanatmadja. Kalau ada sosok yang kuanggap orangtua kedua, itu adalah beliau."

"Tapi apa kamu tahu Papa membencimu?"

"Siapapun akan benci laki-laki yang menyakiti putri kesayangannya. Karena itu aku nggak pernah melawan apapun permintaannya meski itu nggak masuk akal."

"Termasuk bertunangan dengan Tatiana," ujar Milana dengan ekspresi merajuk.

"Ya. Itu juga termasuk, tapi aku tahu pernikahan kami nggak akan pernah terjadi. Makanya aku memang nggak berniat menolaknya."

"Kenapa kamu berpikir begitu? Tatiana selalu menginginkan apa yang aku mau...."

"Itu benar. Tapi menginginkan milik orang lain nggak sama dengan menginginkan dari hatinya sendiri. Tatiana sudah lama menyukai temanmu Jasper."

LOVE ME, TOUCH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang