Part 51. Sebuah Syarat

160 12 5
                                    

****

Hari kini sudah berganti malam. Namun Gerlan ataupun yang lainnya masih belum bisa menemukan Nafisha. Hampir semua tempat sudah di telusuri oleh mereka termasuk basecamp Nevar. Tapi ternyata tidak ada satu orangpun yang berada di tempat itu. Sepertinya hal ini sudah direncanakan Pram dengan sangat matang.

Saat ini Gerlan dan anggota Refour lainnya sedang berhenti di pinggir jalan yang sepi. Merencanakan kembali tempat mana lagi yang akan mereka datangi.

Gerlan merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana. Sejak tadi ponsel itu tidak henti-hentinya berdering menampilkan panggilan telepon dari sosok Dava. Laki-laki itu terus bertanya tentang keadaan Nafisa kepadanya. Karena dia sama sekali tidak bisa menghubungi Adik perempuannya itu.

"Kenapa dari tadi lo nggak angkat telepon gue?" suara Dava langsung terdengar tepat setelah Gerlan menempelkan ponsel itu di telinga kananya.

"Sorry gue lagi banyak urusan. Nggak sempat angkat telepon lo."

"Lagi banyak urusan atau lagi mencoba buat menghindar dari pertanyaan gue!"

Gerlan mengangkat pandangannya menatap satu persatu anggota Refour yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya. Kemudian kembali fokus pada orang yang berada di seberang sana.

"Gue tahu kalau sebenarnya lo sama yang lain lagi sembunyiin sesuatu dari gue."

"Gue nggak sembunyiin apapun dari lo."

"Kalau begitu di mana Nafisha. Gue mau dengar suara dia."

"Nafisha hilang Bang!"

Semua yang ada di sana tampak terkejut ketika mendengar penuturan Aksa. Padahal sebelumnya mereka semua sudah sepakat untuk tidak memberitahukan hal ini kepada Dava. Sampai Nafisha sudah benar-benar di temukan.

Begitu pula Gerlan yang sedang menatap tajam ke arah Aksa. Tadi laki-laki itu tiba-tiba saja mendekat ke arahnya dan langsung merebut ponsel yang berada di genggaman tangannya.

"Kenapa lo baru kasih tahu gue sekarang?!"

Suara Dava yang meninggi seketika terdengar di sekitar mereka. Setelah Aksa menyalakan loudpeaker pada panggilan itu.

"Ketua Refour yang minta kita buat tutup mulut."

"Shit. Gerlan, lo sudah tanya sama Daniel di mana kebaradaan Adik gue?"

"Sudah, tapi dia sama sekali nggak mau kasih tahu ke kita."

Gerlan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Memperhatikan ponselnya yang sekarang berada di genggaman tangan Aksa.

"Kita sudah cari Nafisha ke mana-mana termasuk basecamp Nevar. Tapi dia nggak ada di sana."

Dava sempat terdiam selama beberapa saat di tempatnya. Sebalum akhirnya dia kembali bersuara.

"Lo semua coba cari Nafisha di rumah Pram. Nanti gue kirim alamatnya."

Panggilan telepon itu langsung terputus begitu saja setelah Dava menyelesaikan ucapannya. Hingga satu menit kemudian sebuah chat masuk ke dalam ponsel Gerlan. Menunjukkan lokasi di mana letak kediaman ketua Nevar.

Para anggota Refour kembali naik ke atas sepeda motor mereka masing-masing. Mengikuti Gerlan yang sudah terlebih dahulu melaju meninggalkan tempat itu bersama teman-temannya.

****

Saat ini di sekitar kediaman Pram terlihat begitu ramai dengan para anggota Nevar yang sedang berkumpul. Mereka semua tampak berdiri di beberapa sudut yang berbeda. Berjaga-jaga menantikan sesuatu yang mungkin saja akan terjadi.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang