Part 57. Bersatu

177 14 0
                                    

****

"Apa maksud lo ngelakuin semua ini?"

Situasi di dalam basecamp kini tampak tidak biasa. Ketika Dava meminta Daniel untuk datang dan langsung mengintrogasi laki-laki itu. Menanyakan soal sesuatu yang sempat membuat mereka semua saling bersitegang selama beberapa waktu.

"Bukannya Gerlan sudah kasih tahu semuanya ke lo?" tanya balik Daniel. Memperhatikan sang mantan ketua Refour yang saat ini sedang duduk di sebrangnya.

"Dia emang sudah kasih tahu semuanya ke gue. Tapi kenapa harus Nafisha? Kenapa harus Adik gue yang jadi korban penghianatan lo?!" seru Dava.

"Gue nggak bisa ngelakuin apa-apa selain turutin permintaan Pram! Karena gue butuh uang itu secepatnya," jelas Daniel tanpa sadar ikut meninggikan suaranya.

Di saat itu ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Selain mimikirkan bagaimana cara supaya ia bisa mendapatkan uang yang banyak hanya dalam waktu yang singkat. Bahkan saat ia berhasil menjebak Nafisha masuk ke dalam perangkap ketua Nevar. Ia meminta untuk jangan sampai menyentuh perempuan itu sedikitpun. Walaupun pada akhirnya Pram sama sekali tidak menghiraukan peringatan itu.

"Sejak kapan lo jadi mata-mata buat Nevar?" Dava mengambil minuman soda miliknya yang ada di atas meja. Meminum minuman itu hingga tersisa setengah lalu menyandarkan tubuhnya di kursi. Dengan kaki kanan yang di naikkan ke atas kaki kirinya.

"Gue cuma di minta Pram buat ngejebak Nafisha. Bukan jadi mata-mata kayak yang lo omongin barusan," ungkap Daniel berhasil membuat Dava mengerutkan keningnya.

"Dan soal penculikan Nafisha yang sebelumnya. Itu sama sekali nggak ada hubungannya sama gue. Bahkan gue baru tahu kalau selama ini Nafisha jadi incaran anggota Nevar."

Mereka berdua saling diam untuk waktu yang lama. Hingga akhirnya Dava kembali membuka suara. "Tapi lo tahu siapa mata-mata itu?"

Daniel menggeleng singkat. "Kenapa lo terus cari tahu soal orang itu? Apa dia berbahaya buat kita semua yang ada di sini?"

"Sama sekali nggak. Tapi kehadiran dia di sekolah lo, bisa aja jadi peluang besar buat Pram berhasil menculik Nafisha." Dava menaruh kembali minuman sodanya di atas meja. Mengubah posisi duduknya menjadi sedikit membungkuk ke depan.

Jika saja mereka bisa menemukan mata-mata itu secepatnya. Mungkin Dava tidak akan merasa begitu cemas setiap kali Nafisha berada di sekitar area sekolah. Walaupun ia sudah meminta Gerlan untuk menjaga Adik perempuannya sebaik mungkin di sana.

"Waktu itu gue nggak sengaja dengar Pram nyebutin satu nama. Dan kayaknya dia orang yang selama ini lo cari," ungkap Daniel.

"Siapa?"

"Kenzo."

Sebelum Daniel berhasil masuk ke dalam kediaman Pram dan berniat menemui Nafisha yang sedang di sekap. Ia tidak sengaja mendengar percakapan Pram bersama salah satu anggota Nevar dari balik pintu yang ada di hadapannya.

Mereka berdua tampak sedang membicarakan seseorang, yang juga mendapatkan perintah dari Pram seperti dirinya. Namun sepertinya orang itu sudah benar-benar menjadi bagian dari mereka.

"Kenapa dia belum juga datang ke sini?"

Daniel membawa langkah kakinya lebih dekat ke depan. Menempelkan telinganya ke arah pintu itu seraya mengamati situasi di sekitarnya.

"Gue sudah coba buat hubungin Kenzo sesuai perintah lo. Tapi dia sama sekali nggak angkat telepon gue."

"Lo sudah cari dia di basecamp?"

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang