Part 36. Kembali

506 45 3
                                        

****

Gerlan memarkirkan sepeda motor miliknya di depan sebuah rumah berukuran besar yang tampak begitu sepi. Mungkin ini karena jam yang juga sudah menunjukkan pukul tengah malam. Dan penghuni rumah itu sudah terlelap di kamar mereka masing-masing.

Setelah Luky, Daniel, dan Revan berpamitan pulang dari apartemennya. Gerlan langsung bergegas mendatangi rumah orang tuanya. Hanya untuk mengambil beberapa pakaian, seragam, serta beberapa buku mata pelajaran yang akan ia bawa besok ke sekolah.

Saat sudah berada di dalam sana. Gerlan segera melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua di mana kamarnya berada. Gerlan merampas cepat tas ransel hitam yang ada di atas meja belajarnya. Kemudian memasukkan barang-barang yang ia butuhkan ke dalam tas ransel itu dengan gerakan yang sedikit terburu-buru.

Namun saat Gerlan ingin melangkahkan kakinya keluar kamar. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada sebuah bingkai berukuran sedang yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidurnya. Salah satu tangan Gerlan bergerak mengambil bingkai yang berisikan foto satu keluarga itu. Memperhatikannya untuk beberapa saat. Kemudian ikut memasukkannya ke dalam tas ransel hitam yang sudah tampak begitu penuh.

"Kak Gerlan?" panggil seorang perempuan dari arah tangga. Membuat Gerlan yang mendengar suara itu langsung mengurungkan niatnya untuk membuka pintu besar yang ada di hadapannya.

Gerlan berbalik arah, melihat sosok Amanda yang sudah berdiri beberapa meter di depannya. Perempuan itu terlihat menggunakan pakaian tidur berwarna pink lengkap dengan gambar boneka beruang di beberapa bagiannya.

"Kak Gerlan kemarin pergi ke mana?" tanya Amanda melangkahkan kakinya perlahan mendekat ke arah Kakak laki-lakinya itu.

"Ke mana pun Kak Gerlan pergi. Bakal selalu ada buat kamu," sahut Gerlan menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyum kecil. Salah satu tangannya bergerak mengusap lembut puncak kepala Amanda.

"Apa Kak Gerlan berniat ninggalin rumah ini buat waktu yang lama?" tanya Amanda ketika tidak sengaja melihat tas ransel hitam yang di sampirkan di pundak kanan Gerlan.

"Bukannya itu yang Mama kita mau?"

"Lebih baik kamu tidur ini sudah larut malam. Kak Gerlan juga bakal pergi lagi sekarang," ucap Gerlan, ia tidak ingin sampai Lovata terbangun dari tidur nyenyaknya. Hanya karena suara mereka berdua yang terdengar berisik di dalam rumah yang tempak begitu sepi.

"Aku mohon jangan pergi Kak. Tolong jelasin sekali lagi ke Mama kalau apa yang Kak Gerlan lakuin itu benar," pinta Amanda menyentuh salah satu tangan Gerlan menggunakan kedua tangannya sekaligus.

Gerlan menggeleng sebagai bentuk penolakan darinya. "Sulit kalau harus membuat orang lain satu pemikiran sama kita," sahutnya.

Jika memang ada orang lain yang tidak percaya dengan apa yang kita ucapkan. Apakah kita harus terus memaksa orang itu untuk percaya?

"Kak Gerlan memangnya mau pergi ke mana?" tanya Amanda saat Gerlan sudah berhasil membuka setengah pintu rumah mereka.

"Kamu nggak perlu tahu Amanda"

Gerlan segera melangkahkan kakinya keluar dari dalam sana. Menaiki sepeda motornya yang masih terparkir rapih di depan teras rumah mereka.

Amanda ikut menyusul Gerlan memperhatikan laki-laki itu yang sedang sibuk memakai helm full facenya. Sambil menahan hawa dingin yang menusuk ke sela-sela kulitnya.

"Kamu jaga diri baik-baik," ujar Gerlan sebelum melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan Amanda yang masih setia berdiri di tempatnya.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang