****
Seluruh anggota Refour sudah berkumpul di dalam basecamp. Kebetulan sekali saat Gerlan mengirimkan sebuah pesan kepada Dava yang bertuliskan jika Nafisha telah di culik. Ia masih berada di basecamp. Ia pun cepat-cepat menghubungi teman-temannya untuk segera datang ke sana.
Dava mendudukkan tubuhnya di kursi meremas kencang rambutnya menggunakan kedua tangannya. Ia benar-benar merasa sangat khawatir dengan keadaan Nafisha saat ini. Ia berjanji tidak akan pernah mengampuni penculik itu. Jika dia sampai berani menyakiti Adik perempuan yang sangat ia sayang.
Beberapa menit setelahnya Gerlan datang bersama Luky, Daniel, dan juga Revan. Berjalan mendekat ke arah anggota Refour untuk ikut bergabung bersama mereka semua. Dava yang menyadari kehadiran laki-laki itu pun seketika saja bangkit dari posisi duduknya.
"Kenapa Adik gue bisa sampai di culik kayak gini?!" seru Dava menarik kencang kerah seragam Gerlan menggunakan kedua tangannya. Tatapan mata Dava terlihat begitu tajam dengan otot-otot di sekitar lehernya yang menonjol keluar.
Beberapa anggota Refour yang melihat kejadian itu langsung bergerak cepat untuk menolong Gerlan. Namun apa daya kekuatan Dava jauh lebih besar di bandingkan mereka. Kini kedua laki-laki itu berdiri di tengah-tengah antara anggota Refour yang tanpa sengaja membuat sebuah lingkaran besar.
"Gue sudah percaya sepenuhnya sama lo buat jagain Nafisha. Tapi sekarang apa?! Adik gue di culik. Dan lo sama sekali nggak tahu soal keberadaannya." nafas Dava mulai terdengar tidak teratur. Mungkin saja jika saat ini Reno sedang tidak berdiri di belakang tubuhnya. Ia pasti sudah melayangkan sebuah pukulan telak pada wajah Gerlan.
"Dava, gue minta tenangin diri lo," ujar Ryan menyentuh salah satu pundak Dava. Meremas perlahan pundak itu menggunakan jari-jari tangannya.
"Lo suruh gue buat tenang. Di saat gue nggak tahu gimana keadaan Adik gue sekarang?!" sahut Dava melirik sekilas ke arah Ryan yang berdiri di samping Reno.
"Gue yakin Nafisha di sana baik-baik saja," cetus Putra mencoba untuk tetap berpikir positif. Di saat keadaan di sekitarnya sedang terasa begitu tegang.
"Gue janji bakal cari Nafisha sampai ketemu," ucap Gerlan sama sekali tidak berniat untuk melawan Dava. Ia tahu persis apa yang sedang di rasakan oleh laki-laki itu sekarang. Karena ia juga sama-sama memiliki seorang Adik perempuan yang bahkan umurnya tidak terpaut begitu jauh.
"Bukan cuma lo. Tapi kita semua," sahut Reno dari arah belakang tubuh Dava yang di setujui oleh seluruh anggota Refour.
Dava melepaskan kedua tangannya yang berada di kerah seragam Gerlan. "Kalau hari ini Adik gue sampai nggak ketemu. Lo harus berani serahin diri lo ke gue. Karena ini semua terjadi gara-gara lo," ancam Dava mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah dada kiri Gerlan beberapa kali.
"Siapa mereka?" tanya Dava ketika baru menyadari jika ada tiga orang laki-laki yang berdiri tidak terlalu jauh dari tempatnya.
"Teman-teman gue," balas Gerlan menggeser sedikit tubuhnya ke samping. Agar Dava bisa melihat jelas wajah teman-temannya itu. "Mereka datang ke sini buat bantu gue cari Nafisha," lanjutnya.
Dava terlihat mengangguk singkat. Kemudian memakai jaket kebanggaan Refour miliknya yang sempat ia taruh di atas meja. "Sekarang kita ke basecamp Regaz. Kemungkinan Nafisha ada di sana," ujar Dava kepada teman-temannya.
"Tunggu dulu," cegah Gerlan saat semuanya baru saja akan berjalan keluar gedung.
"Ada apa lagi?" tanya Dava sedikit terdengar sinis. Laki-laki itu menatap Gerlan dengan topi hitam yang berada di genggaman tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...