****
Kantin yang sebelumnya terlihat begitu ramai kini perlahan berubah menjadi sepi dan sunyi. Beberapa murid pun terlihat mulai meninggalkan tempat duduk mereka. Berjalan keluar kantin untuk kembali ke dalam kelas mereka masing-masing.
Namun berbeda dengan Aqilla, Vania, dan juga Davira yang masih setia berada di tempat duduk mereka. Menunggu kehadiran Nafisha yang ternyata sampai detik ini belum juga kembali dari tempat fotocopy itu.
Aqilla melihat sekilas ke arah jam yang tertera di dalam layar ponselnya. Waktu istirahat mereka sekarang tinggal tersisa lima menit lagi. Tapi Nafisha belum juga datang menghampiri mereka sesuai janjinya tadi.
"Angkat dong Naf," gumam Davira dengan ponsel yang menempel di salah satu telinganya. Sejak beberapa menit yang lalu ia terus mencoba untuk menghubungi Nafisha. Tapi sama sekali tidak ada jawaban dari temannya itu.
"Gimana?" tanya Aqilla begitu penasaran ketika melihat Davira yang meletakkan kembali ponsel miliknya ke atas meja.
Davira menggeleng lemas. "Dia sama sekali nggak jawab telepon gue. Dan barusan handphonenya tiba-tiba saja mati," sahutnya.
"Lo sebenarnya ke mana si Naf," ucap Vania nada suaranya terdengar begitu khawatir. Sama seperti Davira dan Aqilla yang juga merasa cemas dengan keberadaan teman mereka satu itu.
"Dia nggak biasanya kayak begini," ungkap Aqilla menimpali ucapan Vania sebelumnya.
Suara bel masuk yang tidak di harapkan oleh ketiga perempuan itu akhirnya berbunyi. Menandakan bahwa waktu istirahat tiga puluh menit mereka telah selesai.
"Lebih baik begini, sekarang kita pergi kelas dulu. Kita tunggu Nafisha sampai pelajaran Bu Dian selesai. Kalau dia belum juga datang selama dua jam itu. Berarti kita harus minta bantuan Kak Gerlan dan juga teman-temannya buat cari Nafisha," tutur Aqilla panjang lebar.
"Gimana?"
"Oke, gue setuju sama saran lo," final Davira yang juga di setujui oleh Vania.
Aqilla, Davira, dan juga Vania bangkit dari posisi duduk mereka secara bersamaan. Berjalan keluar kantin menuju kelas mereka yang berada di lantai dua.
****
Saat ini Gerlan dan teman-temannya terlihat sedang duduk santai di depan kelas mereka, yaitu XII IPA 1. Terdapat beberapa bangku serta kursi yang sepertinya sengaja mereka keluarkan dari dalam kelas untuk alas mereka duduk.
Guru b.indonesia yang seharusnya mengajar di kelas itu hari ini tidak bisa datang. Karena alasan sedang tidak enak badan. Itulah sebabnya Gerlan, Luky, Daniel, Revan dan teman laki-laki mereka berani untuk berada di luar kelas.
Beberapa murid perempuan yang berniat ingin pergi ke toilet memilih untuk langsung berputar balik. Ketika melihat sosok Gerlan dan juga teman-temannya yang sedang berkumpul hingga memenuhi jalanan koridor.
Sebenarnya letak toilet akan terasa dekat jika mereka melewati segerombolan laki-laki itu. Tapi mereka malah memilih jalan yang lebih jauh untuk pergi ke tempat tujuan mereka. Dangan alasan utamanya adalah, malu.
"Kalau mau lewat, lewat aja Neng. Abang nggak gigit kok," celetuk Daniel saat melihat dua orang murid perempuan yang terlihat ragu-ragu untuk berjalan mendekat ke arah mereka.
Berkat celetukan Daniel semua yang sedang berkumpul bersamanya dengan spontan menoleh ke arah dua perempuan itu. Yang membuat mereka berdua semakin merasa gugup dan tidak ingin berjalan mendekat.
"Yah, mereka jadi kabur kan gara-gara lo semua," ucap Luky saat melihat Icha dan Mira tiba-tiba saja berbalik arah tidak jadi melewati mereka.
"Lo si natapnya kayak Om-Om pedofil," ejek Tama kepada Eza yang duduk tepat di sebelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/215055423-288-k300427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...