Part 24. Saksi Mata

814 72 4
                                    

****

Gearlan berdiri tepat di depan pintu kamar orang tuanya. Memandang pintu itu sejenak kemudian melihat ke arah sekitarnya. Memastikan jika tidak akan ada orang yang melihatnya masuk ke dalam kamar itu. Percayalah jika sekarang ia sangat mirip seperti seorang pencuri.

Gerlan membuka pintu itu dengan salah satu tangannya. Melangkahkan kakinya perlahan demi perlahan masuk ke dalam sana. Sudah lumayan lama ia tidak pernah memasuki kamar orang tuanya. Dan sekarang ia masuk ke dalam sini hanya untuk mencari sebuah bukti.

Gerlan berjalan mendekat ke arah lemari besar yang berada di sudut kamar orang tuanya. Ia yakin jika bukti yang Dava tunjukkan tadi ada di dalam sana. Gerlan segera membuka lemari tersebut dan mencari sebuah jaket denim berlambang kepala serigala di antara banyaknya pakaian yang tersusun rapih di dalam sana.

"Kak Gerlan," panggil seseorang dari arah belakang. Membuat gerakan tangan Gerlan seketika terhenti tepat di atas salah satu pakaian Gian.

"Kak Gerlan kenapa ada di sini?" Amanda berjalan mendekat ke arah Gerlan, yang sudah sangat mirip seperti orang yang sedang tertangkap basah mencuri sesuatu.

"Kamu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Gerlan setelah menutup kembali pintu lemari itu.

Amanda masih diam di tempatnya. Ia merasa sangat aneh dengan sikap Gerlan saat ini. Tidak seperti biasanya dia masuk ke dalam kamar Lovata dan juga Gian. Saat kedua orang tua mereka sedang tidak ada di rumah. Dan juga untuk apa Gerlan sampai membuka-buka lemari pakaian yang ada di dalam kamar ini?

"Gimana keadaan Papa?" tanya Gerlan mencoba untuk tetap bersikap biasa saja. Walaupun sebenarnya ia sangat terkejut ketika Amanda tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar dan memergokinya.

"Papa sudah mulai membaik. Mungkin sebentar lagi dia juga sudah boleh pulang," balas Amanda. "Kak Gerlan tadi lagi cari apa?" tanyanya.

Gerlan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Apa ia harus bicara jujur kepada Amanda tentang bukti yang harus ia cari itu. 

"Kak Gerlan," panggil Amanda saat Kakaknya hanya diam di posisinya.

"Kak Gerlan lagi cari bukti di dalam kamar ini. Kamu mau kan bantu Kak Gerlan cari bukti itu," ungkap Gerlan penuh harap.

Amanda seketika mengerutkan dahinya dalam ketika mendengar ucapan Gerlan yang sama sekali tidak ia mengerti. "Bukti? Bukti apa?"

Gerlan mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku celana. Kemudian langsung menyerahkannya kepada Amanda.

"Ada hubungan apa jaket ini sama orang tua kita?" Amanda memperhatikan layar ponsel Gerlan. Melihat ada seorang laki-laki yang sedang menggunakan jaket denim berlambang kepala serigala di bagian belakangnya. 

"Jaket itu ada hubungannya sama Papa. Kak Gerlan masih belum tahu apa maksudnya. Tapi yang jelas Kak Gerlan harus cari jaket itu di dalam kamar ini."

Setelah mendengar jawaban itu. Amanda segera menyerahkan kembali ponsel yang berada di genggaman tangannya kepada Gerlan. Ia berjalan mendekat ke arah lemari berukuran besar yang berada di belakang tubuh laki-laki itu. Kemudian membukanya kembali dengan gerakan yang sedikit terburu-buru.

"Kak Gerlan kenapa masih berdiri di sana? Bukannya kita lagi mau cari jaket itu," seru Amanda ketika melihat Gerlan yang hanya berdiri di tempatnya sambil memperhatikannya dalam diam.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang