Part 12. Rooftop sekolah

1.6K 107 6
                                    

****

"Kita mau ke mana?" tanya Nafisha sejak tadi Gerlan hanya sibuk menarik tangannya ke sana ke mari. Tanpa memberitahu perempuan itu tentang ke mana sebenarnya mereka akan pergi.

"Jangan berisik. Lo cukup ikutin gue." Gerlan sempat menoleh sekilas ke arah Nafisha yang berdiri di belakangnya. Kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya menaiki puluhan anak tangga yang ada di hadapan mereka.

"Gue capek," keluh Nafisha melepaskan begitu saja genggaman Gerlan dari pergelangan tangannya. Dan langsung mendudukkan tubuhnya di sisi tangga. Membuat Gerlan yang melihat itu kembali menghentikan langkah kakinya.

"Mau gue gendong?" tanya Gerlan berdiri tepat di hadapan Nafisha. "Kayaknya lumayan juga kalau gue harus gendong lo dari sini sampai ke lantai atas," tambahnya.

Nafisha terdiam memperhatikan Gerlan yang sedang sibuk menggulung lengan pendek seragamnya. Sebelum akhirnya dia berjongkok di hadapan Nafisha.

"Lo mau ngapain?" 

"Tadi katanya lo capek," sahut Gerlan. "Cepat naik."

"Nggak mau."

"Nafisha," panggil Gerlan dengan nada suaranya yang begitu pelan.

"Gue nggak mau, Kak!" tegas Nafisha mencoba menjauhkan dirinya dari laki-laki itu.

"Terus lo maunya apa?" Gerlan berbalik menghadap ke arah Nafisha. Dia benar-benar tidak mengerti dengan tingkah perempuan yang duduk di hadapannya saat ini.

"Sebenarnya lo mau ajak gue ke mana?" tanya Nafisha untuk yang kedua kalinya.

"Nanti lo juga bakal tahu kalau kita sudah sampai di atas," jawab Gerlan masih kekeh pada pendiriannya untuk tidak memberitahu tujuan mereka.

Gerlan tiba-tiba saja bangkit dari posisi duduknya. Mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Nafisha. "Masih mau lanjut?" tanyanya dengan senyum simpul yang menghiasi wajah tampannya itu.

Nafisha sempat terdiam sejenak di tempatnya. Sebelum membalas uluran tangan itu dan ikut bangkit dari posisinya. Gerlan kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga di ikuti Nafisha dari belakang.

Setelah melewati puluhan anak tangga. Mereka berdua akhirnya sampai di depan sebuah pintu besi berukuran besar yang tampak dalam keadaan terkunci. Gerlan sempat memperhatikan Nafisha yang sedang berdiri di sampingnya sekilas. Kemudian melepaskan genggaman tangannya pada perempuan itu. Untuk mengambil sesuatu yang berada di dalam saku celana seragamnya.

"Lo dapat kunci itu dari mana?" tanya Nafisha seraya memperhatikan kunci yang ada di telapak tangan Gerlan.

"Sstt. Jangan berisik," pinta laki-laki itu saat sudah berhasil membuka pintu besi yang ada di hadapan mereka.

"Gimana?" tanya Gerlan setelah mereka berdua berhasil masuk ke dalam area rooftop. Ia menoleh ke arah Nafisha yang terlihat begitu senang dengan pemandangan yang ada di sekitar mereka.

"Ini keren banget," balas Nafisha seraya tersenyum lebar. Gerlan yang melihat itupun ikut melakukan hal yang sama.

Entah kenapa ia merasa ikut bahagia ketika melihat orang yang berdiri di sampingnya itu bahagia.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang