****
Seluruh anggota Refour terlihat berbaris rapih di depan seorang perempuan, yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di dalam basecamp. Dava sengaja menyuruh salah satu temannya untuk membawa Nafisha ke sana. Ketika laki-laki itu mengetahui jika Gerlan sudah terlebih dahulu membongkar identitasnya di hadapan Adik perempuannya.
Dava sepertinya juga sudah merasa lelah. Jika harus menyembunyikan prihal rahasia tentang dirinya yang menjadi ketua Refour sampai beberapa waktu ke depan. Ia sudah pasrah dengan konsekuensi yang akan ia dapatkan dari Nafisha.
"Kalian semua siapa? Kenapa gue bisa di bawa ke sini?" tanya Nafisha menatap bingung ke arah seluruh anggota Refour.
Sebenarnya wajah mereka semua terlihat tidak asing di penglihatanya. Dan jika di ingat-ingat lagi sepertinya mereka juga pernah ikut menolong dirinya dari Pram.
Salah satu dari puluhan laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Nafisha. Kemudian mengulurkan salah satu tangannya ke hadapan perempuan itu. "Perkenalkan nama gue Azka," ucapnya setelah Nafisha menyambut uluran tangannya.
"Lo cukup duduk diam aja di sini. Kita juga nggak bakal berani ngapa-ngapain lo," tambahnya. Siapa juga yang akan berani menyakiti Adik dari ketua Refour? Jika memang ada berarti dia memang sudah siap untuk pergi dari dunia ini.
Azka menoleh ke arah kanannya. Melihat sosok Dava, Reno, Arion, Putra, Kevin, Ryan, serta teman-teman Gerlan yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Di antara ke sepuluh laki-laki itu hanya Gerlan yang tidak memakai topi ataupun buff. Mungkin karena ia merasa jika rahasianya sudah di ketahui oleh Nafisha.
"Tolong ambilin gue kotak P3K," ujar Gerlan kepada Azka yang langsung di turuti olehnya.
"Kalian semua boleh bubar," perintah Dava berdiri tegap menghadap ke arah teman-temannya.
Bahkan saat sedang memakai topi serta buff yang hanya memperlihatkan kedua matanya. Anggota Refour dapat merasakan dengan jelas bagaimana seriusnya wajah laki-laki itu ketika sedang berbicara.
"Ini Bang." Azka menyerahkan kotak P3K yang ada di tangannya kepada Gerlan. Kemudian berlalu pergi mengikuti teman-temannya yang sudah terlebih dahulu keluar basecamp. Ia mengerti kenapa Dava sampai membubarkan mereka semua. Itu pasti karena ada urusan yang menyangkut tentang keluarganya.
Gerlan menarik salah satu kursi ke arah tempat Nafisha. Kemudian mendudukkan tubuhnya tepat di samping perempuan itu. "Sini, biar gue obatin dulu luka lo," ujarnya seraya membuka kotak P3K yang ia taruh di atas meja.
"Nggak perlu." Nafisha menahan salah satu tangan Gerlan yang hendak mengobati luka yang ada di sudut bibirnya.
Gerlan terdiam dengan tangan kanannya yang berada di samping kepala Nafisha. Ia sangat yakin jika perempuan itu sedang sangat marah padanya.
"Bokap gue sekarang sudah di penjara. Jadi lo nggak perlu khawatir lagi," ucap Gerlan menaruh kembali kapas yang ada di tangannya ke dalam kotak P3K.
Nafisha menatap Gerlan intens dari tempat duduknya. Ia merasa senang jika Gian telah di penjara. Agar dia juga bisa mempertanggung jawabkan perbuatan kejinya itu. Tapi entah kenapa ia tidak tega ketika harus mendengar pernyataan itu langsung dari mulut Gerlan.
Sebelum Dava, Gerlan, dan yang lainnya datang ke basecamp Refour. Mereka semua sempat pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan Gian kepada pihak yang berwajib. Sebenarnya Gerlan tidak tega jika harus menjebloskan Papanya sendiri ke dalam sel. Tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Nafisha," panggil seseorang membuat perempuan itu kembali mengalihkan pandangannya ke depan.
Dava membuka buff serta topi yang sedang di gunakannya. Membiarkan Nafisha mengetahui siapa sebenarnya dia. Tepas setelah itu Reno dan yang lainnya pun juga ikut melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...