Part 45. Keputusan

345 27 1
                                    

****

"Woy, Ger! Diam-diam aja lo dari tadi." dengan perasaan malas Gerlan menolah ke arah kanannya. Memperhatikan sosok Daniel yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya. Kemudian kembali menyandarkan kepalanya di dindin kelas seraya memejamkan kedua matanya.

Daniel, Luky, dan Revan yang melihat itu seketika saling menatap satu sama lain. Sepertinya ada sesuatu yang sedang di pikirkan oleh laki-laki itu hingga membuatnya berlaku aneh seperti tadi.

"Lo kenapa? Lagi ada masalah sama Nafisha?" tanya Revan menyandarkan tubuhnya di pinggir meja yang bersebrangan langsung pada tempat duduk Gerlan. Melipat kedua tangannya di depan dada dengan pandangan yang menatap lurus ke depan.

"Atau jangan-jangan gara-gara kejadian di lapangan tadi. Lo jadi ribut sama Nafisha?" tebak Daniel. Ia berbicara saraya melebarkan kedua matanya. Seolah-olah yang ia bicarakan adalah benar.

"Tapi gue sama sekali nggak lihat ada Nafisha waktu kejadian itu," sela Luky dari tempat duduknya. Daniel yang mendengar ucapan itu seketika menoleh dan kembali berpikir.

Gerlan yang sejak tadi mendengarkan perdebatan kedua temannya itu dalam diam. Mulai membuka kedua matanya, membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap ke arah mereka bertiga.

"Gue lagi nggak ada masalah sedikit pun sama Nafisha," ungkap Gerlan membuat semua pandang mata melihat ke arahnya. Kenapa setiap ia ada masalah pasti selalu di sangkut pautkan kepada kekasihnya itu.

"Terus apa yang buat lo jadi aneh kayak gini?" tanya Revan.

"Gue cuma lagi bingung antara harus milih Refour atau Nevar."

"Kenapa lo harus milih?

"Semuanya karena bokap gue. Dia sudah kasih gue dua pilihan yang sulit. Antara harus keluar dari anggota Refour dan ikut bergabung bersama Nevar. Atau tetap jadi bagian dari anggota Refour tapi semua rahasia gue terbongkar," jelas Gerlan menceritakan semua masalah yang ada di dalam isi kepalanya saat ini.

Teman-teman Gerlan tampak terdiam di tempat masing-masing. Ikut bingung memikirkan masalah yang sedang di hadapi oleh salah satu teman mereka.

"Setelah gue pikir-pikir. Di mana pun lo bergabung, rahasia yang selama ini lo simpan bakal tetap kebongkar seiring berjalannya waktu." Revan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Seraya menekuk salah satu kakinya ke belakang.

"Dan yang membedakannya cuma ada pada waktu. Waktu itu bakal berputar dua kali lebih cepat kalau lo tetap jadi bagian dari anggota Refour," tuturnya.

"Gue setuju sama pemikiran lo," cetus Luky yang juga di angguki oleh Daniel.

"Kalau perlu lo sendiri yang kasih tahu rahasia itu ke keluarga lo. Sebelum mereka dengar semuanya dari orang lain," ujar Daniel memberi saran.

****

Tepat setelah Bu Rima keluar dari kelas XII IPA 1. Sebuah pesan tiba-tiba saja terkirim ke dalam ponsel milik Gerlan, Luky, Daniel, dan juga Revan. Semua murid yang ada di dalam kelas itu pun seketika saja menoleh. Karena suara ponsel mereka yang berbunyi secara bersamaan.

Gerlan mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana. Membaca isi pesan yang baru saja di kirimkan oleh Kevin melalui grup chat. Ia menoleh ke arah teman-temannya yang ternyata juga sedang melakukan hal yang sama dengannya.

Mereka berempat saling mengangguk satu sama lain. Kemudian berdiri secara bersamaan dari tempat duduk masing-masing. Berjalan keluar kelas dengan tas ransel yang berada di pundak kanan mereka.

Dari kejauhan Gerlan dapat melihat sosok Nafisha yang sedang berjalan ke arahnya bersama Aqilla, Vania, dan juga Davira. Namun perempuan itu sepertinya tidak menyadari akan kehadirannya. Karena dia terlihat sedang asik bercanda bersama ketiga temannya itu.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang