Part 56. Seutas Tali

188 14 0
                                        

****

Berbagai jenis bunga yang sudah mulai bermekaran. Menjadi objek utama bagi seorang perempuan yang saat ini sedang berada di sebuah taman. Langit sore yang tampak begitu cerah serta suasana sekitar yang sejuk. Membuatnya tanpa henti berjalan ke sana ke mari hanya untuk menikmati pemandangan indah yang ada di sana.

Sudah terhitung lama sekali ia tidak datang ke tempat ini. Setelah sebelumnya pernah sempat pergi bersama sosok laki-laki yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya. Ingin sekali ia mengucapkan rasa terima kasih kepada laki-laki itu. Karena sudah memperkenalkan dirinya dengan tempat yang indah seperti ini.

Nafisha langsung menghentikan langkah kakinya, ketika menemukan deretan bunga mawar merah yang sedang mekar dengan begitu sempurna. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya ke depan agar bisa mencium bau harum dari bunga di hadapannya itu.

Tanpa Nafisha sadari semua yang di lakukannya saat ini. Malah membuatnya mengingat kembali memori-memori yang pernah ia lakukan bersama Gerlan. Sialnya, sampai sekarang ia belum juga berhasil menghilangkan Gerlan dari pikirannya.

"Lo kalau jalan lihat ke depan!" bentakan itu terdengar tepat setelah Nafisha ingin melangkahkan kakinya menuju pintu keluar taman. Dan tidak sengaja menabrak salah satu bagian tubuh laki-laki di hadapannya.

"Kenapa malah diam? Minta maaf sama gue sekarang!" dengan raut wajah kesalnya dia melempar minuman miliknya ke arah sepatu Nafisha. Sebelumnya minuman itu juga sempat tumpah ke sekitar aspal tempat mereka berdiri sekarang.

"Sorry, pacar gue nggak sengaja." Gerlan tiba-tiba saja muncul di dekat mereka. Menarik tangan Nafisha ke belakang tubuhnya dan segera menggantikan perempuan itu untuk berhadapan dengan laki-laki yang sedang di penuhi amarah ini.

"Gue mau dia yang minta maaf sama gue." Gerlan langsung menepis begitu saja tangan laki-laki yang berani menunjuk wajah Nafisha. Percayalah saat ini ia sedang berusaha keras untuk tidak membuat keributan sedikitpun.

"Sekali lagi lo berani nunjuk dia. Gue nggak bakal segan-segan buat matahin jari lo," ancam Gerlan penuh penekanan di setiap katanya.

"Kali ini lo gue biarin," bisik laki-laki itu ketika hendak melewati tubuh Nafisha. Jangan lupakan tatapan tajamnya yang membuat Nafisha tidak berani untuk mengangkat pandangannya.

"Lo lagi mikirin apa sampai bisa nabrak orang kayak tadi?" tanya Gerlan setelah membawa Nafisha ke sisi tempat yang tidak terlalu ramai. Menyuruh perempuan itu untuk duduk di kursi yang masih kosong bersamanya.

"Gue cuma nggak sengaja," jawab Nafisha tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kedua sepatunya yang basah dan juga lengket.

Mereka berdua saling diam untuk waktu yang lumayan lama. Hingga kemudian Nafisha memberanikan diri untuk bertanya tentang hal yang membuatnya terkejut.

"Maksudnya apa bilang gue ini pacar lo?"

"Kenapa? Ada yang salah sama kata-kata gue?" tanya balik Gerlan berhasil menyadarkan Nafisha yang sedang sibuk memandangi setiap inci dari wajahnya.

"Lo lupa kalau kita sudah nggak punya hubungan apa-apa lagi." Gerlan langsung terdiam ketika mendengar penuturan yang baru saja Nafisha sampainya. Bahkan ia baru mengingat kembali tentang fakta itu sekarang.

Gerlan bangkit dari posisi duduknya. Berdiri di hadapan tubuh Nafisha dengan kedua tangannya yang di masukkan ke dalam saku celana. "Karena gue nggak sengaja ngomong itu. Berarti hari ini adalah hari balikan kita."

Nafisha tidak bisa lagi mendifinisikan perasaannya saat ini. Terkejut, senang, bimbang semuanya menjadi satu. Sangat berbeda dengan Gerlan yang hanya bersikap santai bahkan sengaja menampikan senyum di kedua sudut bibirnya.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang