Part 2. Tolong

3K 151 6
                                    

****

Dengan rambut panjang yang tergerai hingga sebatas punggung. Nafisha berjalan melewati koridor kelas XI seraya menggenggam erat kedua tali tas ranselnya. Pandanganya terus menatap lurus ke depan dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

Beberapa murid laki-laki yang sedang berada di sekitar koridor. Seketika mengalihkan pandangan mereka ke arah Nafisha. Sambil sesekali melontarkan beberapa kata pujian kepada perempuan itu.

Nafisha berjalan melewati mereka semua dan berhenti tepat di depan pintu kelas yang terdapat tulisan XI IPA 3. Tanpa berlama-lama ia langsung membawa langkah kakinya masuk ke dalam sana. Menuju tempat duduknya yang berada di barisan ketiga dari depan.

Sudah hampir semua kursi yang ada di dalam kelas ini penuh dengan berbagai tas ransel yang di sandarkan di sana. Namun sebagian dari tas itu tidak terlihat siapa pemiliknya. Mungkin saja mereka sedang berada di luar kelas. Karena bel masuk masih akan berbunyi beberapa menit lagi.


"Makin cantik aja lo Naf," puji Kenzo teman sekelas Nafisha.

Sedangkan Nafisha yang baru saja ingin mendudukkan tubuhnya di kursi. Seketika menyapukan pandangannya ke segala arah untuk mencari di mana sumber suara itu. Dan ternyata berasal dari sosok Kenzo yang duduk di barisan paling belakang bersama beberapa temannya.

"Jangan senyum Naf," ujarnya lagi membuat Nafisha sedikit mengerutkan dahinya, bingung.

"Kenapa?"

"Lo kalau senyum tambah cantik. Gue jadi makin suka sama lo."

"Masih pagi kali Ken. Sudah ngegombal aja lo," timpal Dimas laki-laki yang duduk tepat di samping Kenzo.

"Apaan sih lo Ken," balas Nafisha tertawa pelan. Ia menaruh tas ranselnya di atas meja kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di sana.

"Baru sampai Naf?" tanya Aqilla yang baru saja masuk ke dalam kelas. Bersama Davira dan Vania yang berjalan di belakangnya.

Mereka bertiga mendekat ke arah Nafisha yang sedang tampak sibuk memainkan ponsel yang ada di genggaman tangannya.

"Sudah dari beberapa menit yang lalu," sahut Nafisha setelah berhasil mematikan ponselnya. ia menoleh ke arah Aqilla, Davira, dan juga Vania yang sudah berdiri di sekitar mejanya.

"Lo bertiga dari mana?"

"Biasalah, lo kayak nggak tahu si Davira aja. Dia kan setiap pagi selalu minta temenenin ke toilet. Buat benerin make upnya," sindir Aqilla menyandarkan tubuhnya di sisi meja seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bener nggak Vir?"

"Ngapain lo tanya ke Davira? Kalau lo juga ngelakuin hal yang sama kayak dia," timpal Vania memutar bola matanya malas.

Aqilla yang mendengar itu seketika langsung membenarkan posisinya. Kedua tangannya kembali berada di sisi kanan serta kiri tubuhnya.

"Lo kenapa? Lagi PMS?"

"Pantas," cetus Davira setelah mendapatkan jawaban berupa anggukan dari temannya. Kemudian kembali menyandarkan tubuhnya di sisi meja.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang